20

3.6K 337 10
                                    

___________________

Bagaimana semua kemalangan dapat merubah sisi lembut seseorang dalam semalam?

-Empress Xiang Fei-

___________________


Untuk sementara sampai kesehatan yang mulia Kaisar stabil maka Xiang Fei diharuskan untuk mengambil alih pemerintahan. Berkutat dengan rapat para Mentri dan Jendral membahas tentang perang yang akan terjadi. Xiang Fei tidak berada dalam situasi mendesak dimana semua orang mulai membuka wajah asli mereka.

Semua orang berlomba-lomba menancapkan duri dalam daging, menganggap Xiang Fei tak bisa mengambil alih. Tahta nya dibatasi oleh selembar kain tipis menunjukan sekat yang membatasi nya dalam dunia politik.

Rapat yang dimulai sejak dini hari hingga matahari mencapai puncak, tak ada satupun hasil dari perdebatan mereka. Malahan mereka berusaha menyodorkan putra-putra kebanggaan mereka untuk menikah dengan nya. Secara tidak langsung berusaha menarik kekuasaan dalam genggaman.

Tetapi Xiang Fei tidak bodoh, ia diam melihat para menteri itu saling memaki, menunjuk satu sama lain seolah-olah tidak memiliki batasan diri. Citra mereka sebagai seorang terpelajar musnah seperti domba yang dicukur bulu nya.

Mahkota di kepala nya seolah menusuk-nusuk membuat sakit kepala, dan jubah berat tak berguna ini menutupi fisik nya yang semakin hari semakin kurus dan rapuh.

Namun, Xiang Fei harus bersikap tegar semua ini demi dinasti nya, demi jerih payah para leluhur dan semua orang yang telah gugur demi kerajaan, jadi ia tidak bisa membiarkan semua itu hancur ditangan nya begitu saja. Lihua berdiri mengibaskan lengan jubah nya, sekat tipis yang membatasi pandangan orang terhadap nya telah robek oleh sabetan pedang ditangan kanan nya.

"Tidak ada satupun kah solusi dari semua omong kosong ini?!" Teriak Xiang Fei membuat semua orang disana terdiam dan langsung bersujud meminta pengampunan.

"Lebih baik kutarik leher kalian keluar untuk menerima hukuman pancung!" Suara Xiang Fei bergema diseluruh balairung membuat nafas orang-orang disana tercekat. "Kasim! Seret mereka keluar!"

"Maharani mohon maafkan kami!" Semua orang disana serentak bersujud membentur-benturkan kepala mereka kelantai dengan keras.

Bagaimana semua kemalangan dapat merubah sisi lembut seseorang dalam semalam?

Hanya ada sorot dingin tanpa kelembutan dalam mata itu, memandang kening mereka yang telah berdarah-darah tanpa rasa iba.

"Disaat mereka semua mati dibunuh dengan keji oleh para pemberontak itu, kalian malah bersembunyi! Meninggalkan Kaisar dan putra mahkota melawan mereka semua." teriak Xiang Fei lagi menghunuskan pedang nya hingga menancap di karpet merah itu, beberapa senti hampir menancap kepala salah satu menteri.

"Kekaisaran Hanzi hampir runtuh tapi kalian berusaha melindungi diri sendiri dihadapanku!" Untuk kali ini Xiang Fei benar-benar meluapkan kemarahan nya, Ayah nya yang kini terbaring di tempat tidur, sedangkan satu-satunya penerus tahta telah mati. "Seret mereka keluar! Dan copot status menteri mereka!"

Xiang Fei kembali duduk dikursi nya memijat kepala nya yang sakit, "Perkerjakan pemuda dari akademi Hanzi, menjadi menteri yang baru." perintah Xiang Fei mutlak. Disaat seperti ini kemampuan anak-anak itu sangat diperlukan dan sudah pasti tidak akan mengkhianati nya.

"Maharani adakah lagi yang ingin anda perintahkan?" Tanya kepala Kasim yang kini mendampingi Xiang Fei.

"Aku lelah, pertemuan ini kita lanjutkan besok." Xiang Fei mengangkat tangan nya, berdiri lalu meninggalkan balairung.

Kepala Xiang Fei sangat sakit sudah seminggu ia menjalani peran nya sebagai Maharani Hanzi. Xiang Fei berbelok menuju kediaman naga dimana sang kaisar tengah beristirahat.

Para dayang mengikuti dibelakang takut melakukan kesalahan setelah mendengar perubahan sifat junjungan mereka.

Xiang Fei mengangkat dagu nya naik, terlihat angkuh. Aura nya terasa dingin dan suram membuat orang-orang enggan berpapasan dengan nya. Jika nasib mereka belum mujur mereka hanya akan melemparkan diri untuk bersujud.

Kasim yang berjaga digerbang masuk menunduk pada Xiang Fei, mengabarkan kedatangan nya. "Maharani Xiang Fei telah datang!"

Xiang Fei masuk kedalam para pelayan dan Kasim menyambut nya namun diabaikannya. Lama Xiang Fei terdiam di depan pintu, sejak ia kembali ke kerajaan ia sama sekali belum bertemu dengan ayahanda nya.

Ia masih kecewa, tapi ia tidak ingin abai saat kondisi sang ayah tengah sakit seperti sekarang. Memantapkan hati nya Xiang Fei membuka pintu dan masuk kedalam, Kaisar Baozai tengah tidur dengan selimut tebal menutupi tubuh nya.

Xiang fei duduk di kursi yang berada disamping ranjang. Ia melihat wajah pucat itu dengan pedih. Sesuatu yang digenggam oleh ayahanda nya menarik perhatian Xiang Fei, sebuah sapu tangan bersulamkann bunga Krisan. Pemberian nya dulu.

"Ayah masih menyimpan nya?" Kedua mata Xiang Fei memerah.

Kaisar baozhai terbatuk berusaha menggapai, Xiang Fei mengambil gelas membantu sang Ayah minum.

"Xiang Fei?" Panggil Kaisar Baozai saat baru menyadari kehadiran nya.

"Iya." sahut Xiang Fei.

Kedua mata Kaisar Baozai terbelak tak percaya jika Putri nya masih Sudi untuk bertemu dengan nya.
"Putriku? Sungguh maafkan ayah." kedua tangan nya berusaha menggapai Xiang Fei.

Xiang Fei mendekat membiarkan sang Ayah memeluk nya erat, nafas Xiang Fei tercekat menahan pedih. Ia merindukan pelukan sang ayah.

Kaisar Baozai menyetuh wajah Xiang Fei yang telah beranjak dewasa, melihat Putri nya dalam balutan Maharani. Penguasa negeri. Kedua mata putri nya terlihat kosong dan terluka, sekali lagi ia telah menghancurkan putri nya. Seharusnya saat ini Xiang Fei tengah tersenyum bersama keluarga kecil nya, bukan nya malah memerintah disaat yang genting seperti sekarang.

"Maafkan Ayah telah membuatmu menjadi seperti sekarang."

Xiang Fei hanya diam perlahan kedua mata nya memerah dan ia menangis dalam pelukan sang Ayah. Ia mengadukan semua keluh hati nya pada pelukan itu, bertindak seperti anak kecil. "Xiang Fei tidak kuat Ayah. Aku tidak bisa menggantikanmu, mereka semua ... mereka semua berkomplot untuk menghancurkanmu."

"Aku terpaksa merubah sikapku, menyakiti mereka dengan perintahku ... aku tidak bisa. Aku takut."

"Aku takut dengan apa yang akan terjadi dimasa depan. Aku takut membuka mataku karena setelah itu aku sadar jika semua ini nyata."

Xiang Fei melepaskan mahkota nya, membiarkan gulungan rambutnya terlepas menunjukan sosok gadis muda yang terpaksa mengemban beban dipundak nya. "Aku ingin kembali, aku ingin menjadi Putri Ayah ... bukan seorang Maharani"

_____

Setelah hari itu Xiang Fei selalu menemani Kaisar Baozai disela-sela kesibukan nya. Seperti saat ini tanpa mahkota dan jubah nya, Xiang Fei hanyalah seorang putri kaisar yang manis.

Ia tengah membaca beberapa laporan. Hanya pada saat ini pribadi nya kembali seperti Xiang Fei yang semula tanpa aura suram dan kesan angkuh selama ia menjadi Maharani.

"Ayah dengar kau menghukum mati hampir semua menteri dan mengganti mereka dengan para pemuda yang baru keluar dari akademi." Tanya Kaisar yang kesehatan nya mulai membaik setelah melihat Putri nya.

Xiang Fei mendongak lalu mengangguk. "Benar, mereka terbukti ikut dalam pemberontakan bahkan menjadi otak dalam pembunuhan putra mahkota." terang Xiang Fei setelah ia melakukan penyelidikan singkat dibantu dengan orang-orang yang setia pada kerajaan.

"Sebenarnya Ayah cukup terkejut mendengarmu memberikan hukuman seperti itu, tapi Ayah bangga padamu."

Mendengar itu Xiang Fei kembali menunduk. "Aku menyadari setelah kematian bibi An, jika aku tidak bisa kabur terus menerus berlindung dalam nurani kemanusiaan." Gumam Xiang Fei. "Karena itu aku membunuh rasa empatiku."

"Nak seorang penguasa juga memerlukan hati saat memerintah rakyat nya."

"Ayah lupa jika sejak dulu aku tidak tertarik dengan kekuasaan?" "Besok aku akan berangkat bersama tentara Hanzi untuk berperang."

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang