13 •

4.4K 456 21
                                    

___________________________

Jika kehidupan kedua itu benar ada nya maka tolong biarkan aku bahagia bersamanya. Biarkan benang merah kami tetap terhubung meski dibatasi oleh kematian.

-Xiang Fei-

___________________________

Tanah Hanzi itu basah selepas hujan deras yang menguyur kota membuat udara semakin lembab dan dingin, Xiang Fei masih duduk disebelah peti mati Jendral Guan Yu. Ia tak pernah menyingkir sedikitpun dari sana hanya menatap kosong sambil menggenggam tangan dingin Jendral Guan Yu.

Diseberang sana Pangeran Guang xi menatap nya dengan sorot mata layu dibalas nya tatapan itu tanpa emosi. "Kau bilang apa yang akan kulakukan jika dia tidak kembali, akan kujawab sekarang pertanyaan itu. Aku akan menggenggam erat tangan nya seperti ini selama yang aku bisa dan mampu, meyakinkan diri jika perjuangan nya tidak sia-sia dan aku harus beryukur karna dia mati sebagai pahlawan." Ujar Xiang Fei saat pangeran Guang Xi berdiri di depan nya menyerahkan bunga berkabung.

"Aku tahu kau adalah gadis yang kuat Putri Xiang Fei." Kata pangeran Guang xi singkat. 

Suara wirid dari pada biksu tak membuat Xiang Fei terganggu bahkan hingga prosesi pemakaman berlangsung. Kaisar Baozai berusaha menelan sesak ketika Putri nya tak kunjung melepaskan tangan Jendral Guan Yu.

"Lepaskan nak, biarkan dia pergi dengan tenang." kata Kaisar berusaha menarik tangan Xiang Fei.

Air mata Xiang Fei kembali mengalir sorot mata itu berubah. "Ayah apa kau puas sekarang?" Tanya nya lirih.

"Apa maksudmu?"

"Ayah mengambil segalanya dariku disaat aku tak pernah meminta apapun. karena Ayah aku kehilangan Ibu, karena Ayah juga aku kehilangan tunangnku." untuk pertama kalinya Xiang Fei mengatakan kalimat setajam itu pada sang Ayah tanpa ingin peduli, tanpa ingin memikirkan orang lain Xiang Fei biarkan emosi nya membara. Kali ini saja biarkan ia menjadi egois.

"Xiang Fei ayah tidak pernah bermaksud-."

"Ayah kira ada berapa Jendral di kerajaan Hanzi mengapa harus tunangan putrimu sendiri yang berangkat pergi, meski kau tahu jika tidak ada jaminan untuk kembali dengan selamat?!" Teriak Xiang Fei berusaha untuk diredam oleh dayang An yang tiba-tiba memeluk tubuh nya dari belakang. Patah hati membuat Xiang Fei terluka sedemikian dalam hingga tak lagi mempedulikan jika Ayah nya merupakan seorang Kaisar yang berkuasa.

Xiang Fei melepaskan genggaman nya pada Guan Yu dan langsung meraih Hanfu sang Ayah mencengkram nya kuat.

"KALI INI APA LAGI YANG AKAN KAU AMBIL DARI HIDUPKU?!" Mental Xiang Fei makin hancur saat berkali-kali dibuat kehilangan oleh seseorang yang menurut nya sangat berharga.

Pangeran Guang Xi merasa jika Xiang Fei akan membuat keributan lebih jauh akhirnya memutuskan ikut campur, memukul titik saraf belakang Xiang Fei yang membuatnya langsung pingsan. "Aku akan membantu membawanya kembali, lanjutkan saja prosesi nya." katanya sebelum mengikuti langsung dayang An menuju kediaman gadis itu.

Tubuh yang sedang tak sadarkan diri dipelukan nya itu terasa sangat ringan, ia perhatikan rona yang menggelap dibawah mata gadis itu bukti jika malam nya di isi dengan tangisan.

"Tuan anda bisa meletakan yang mulia Putri diatas ranjang nya." kata Dayang An membuka lapisan selimut agar pangeran Guang Xi dapat meletakan junjungan nya disanana. Guang Xi menurunkan tubuh Xiang Fei hati-hati membiarkan dayang gadis itu langsung menyelimuti nya.

"Anu, sampai kapan Putri akan tertidur?" tanya dayang An khawatir.

"Dia akan bangun saat dia ingin." kata Guang Xi yang artinya Xiang Fei bisa terbangun sewaktu-waktu.

Tabib Zhao dengan para asisten nya masuk mengecek keadaan Xiang Fei, diberikannya gadis itu obat tidur agar terbangun pada esok hari. Biarkan Xiang Fei melewati hari ini dengan mimpi.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Dayang An tak suka, jika Xiang Fei baru terbangun besok artinya ia akan melewatkan pemakaman Jendral Guan Yu sore ini.

"Kaisar yang memintaku melakukan nya, mengingat kemarahan Xiang Fei tadi ia tidak yakin prosesi nya akan berjalan mudah." jawab tabib Zhao menyayangkan sikap kaisar yang begitu egois.

"Ini terlalu egois." kata dayang An.

________

Samar-samar kelopak mata itu terbuka, melihat sekelilingnya yang sunyi, Xiang Fei bangun menyentuh kepala nya yang pusing. "Apa semua itu mimpi?" gumam nya melangkah kearah jendela melihat orang-orang dikediaman nya berseliweran dengan hanfu putih. Ia tersenyum masam. "Ternyata bukan mimpi."

Kini Xiang Fei melirik kearah cermin memperhatikan pantulan dirinya yang memperihatinkan. "Kemarin aku membuat kekacauan karena itu mereka membuatku pingsan."

Xiang Fei melangkah masuk kedalam kamar mandi, melepaskan setiap helai hanfu nya membiarkan mereka teronggok diantara kaki nya. Perlahan Xiang Fei masuk kedalam pemandian air panas. Membiarkan air itu menenggelamkan tubuh nya menciptakan uap disekitarnya.

"Setelah ini aku tidak yakin jika semua nya akan kembali sama." Xiang Fei mengayunkan tangan nya cahaya merah dari cincin giok menarik perhatian nya. "Ternyata kau masih disini? Kukira mereka juga akan mengambilnya." memang jika tunangan seorang Putri mati maka semua barang pemberian si pria akan dimusnahkan tak peduli dengan perasaan si gadis. Hal itu bertujuan untuk membuang nasib buruk ketika si gadis akhirnya menikah dengan pria lain.

Xiang Fei memejamkan matanya membiarkan air mencapai kepalanya. Rasanya begitu nyaman hingga Xiang Fei tidak ingin kembaki kepermukaan jika tidak mendengar teriakan dayang An.

"Nona apa yang anda lakukan?!" dayang An menarik Xiang Fei kepermukaan menyelimuti tubuh gadis itu dengan handuk tebal. Dayang An mengira jika sang Putri tengah berusaha untuk menenggelamkan diri.

"Aku sedang mandi bibi." jawab Xiang Fei sembari bangkit dan melangkah keluar dari kamar mandi. Xiang Fei membiarkan dirinya didandani dengan hanfu putih bercorak bunga krisan.

Setelahnya Xiang Fei memakan sarapan nya tanpa banyak bicara, ia tidak terlihat marah bahkan jejak duka tak ada wajahnya. Terlihat seperti biasa namun dalam kondisi yang lebih parah. Seolah-olah tidak memiliki emosi didalam dirinya.

Xiang Fei mengelap bibir nya menggunakan sapu tangan lalu berjalan keluar melihat bunga Krisan yang bermekaran di halaman nya. Xiang Fei memetahkan salah satu tangkai dan melangkah pergi begitu saja.

Langkah nya membawa Xiang Fei ke pemakaman keluarga kerajaan, disana sebuah makam baru dibawah pohon persik tempat dimana Jendral Guan Yu tertidur lelap dalam keabadian. Berjongkok xiang Fei meletakan setangkai bunga Krisan kuning itu diatas makam. Dagu nya bertumpu pada lutut. "Semula aku tidak terlalu percaya dengan yang namanya reinkarnasi, tetapi jika hal itu benar-benar ada aku ingin bertemu denganmu di kehidupan selanjutnya."

Kedua mata Xiang Fei nanar melihat pecahan gelang jade merah yang berserakan diatas makam. Ia mengusap wajah nya dan menghela napas panjang,  Jendral Guan Yu adalah satu-satunya keturunan keluarga Yu yang artinya tak ada lagi yang dapat menjadi pewaris.

Xiang Fei bangkit melangkah mundur dari makam Jendral Guan Yu. "Kau tahu aku penasaran apa kau bertemu dengan ibuku disana? Apa aku harus menyusulmu segera?" tak ada jawaban hanya hembusan angin yang menerbangkan untaian rambut Xiang Fei membuatnya menyipit. Tapi disaat itu juga Xiang Fei bisa melihat permaisuri dan Jendral Guan Yu tengah tersenyum padanya dan menggeleng.

Mata Xiang Fei kembali berkaca. Ketika hembusan angin itu hilang bayangan permaisuri dan Jendral Guan Yu ikut mengabur. "Kalian segitu tidak ingin aku menyusul hingga menampakan roh." Xiang Fei mengigit bibir bawahnya menahan diri untuk tidak menangis.

Tanpa siapapun sadari seorang pria berwujud transparan tengah memeluk Xiang Fei erat dari belakang.

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang