________________
"Seburuk itukah aku Dimata dewa sehingga mengambil semua yang ku punya?"
"Atau dosa dikehidupanku sebelumnya tidak bisa termaafkan sehingga harus menerimanya?"
________________
Terdengar suara ledakan yang keras diluar sana membuat Xiang fei bergegas keluar dari gubuk nya. Disana asap hitam terlihat membumbung tinggi membentuk gumpalan awan gelap.
Tidak salah lagi disana adalah lokasi kerajaan Hanzi, pikiran Xiang Fei mendadak kosong. Bagaimana bisa asap pekat itu ada disana?
Bagaimana keadaan ayah nya?
Xiang Fei berlari kearah kerajaan nya, ia harus segera sampai disana. Air mata Xiang Fei menggenang di pelupuk matanya, jangan sampai ia menyesal untuk kesekian kali nya.
Tak sengaja Xiang Fei menabrak seseorang hingga terjatuh, menemukan kalau prajurit Hanzi lah yang baru ditabrak nya tadi.
"Putri kami menemukanmu!" Ucap prajurit itu berlutut. "Kami mohon kembalilah, yang mulia kaisar membutuhkan anda."
"Ayah! Apa yang terjadi pada ayahku?!"
"Kerajaan Hanzi di serang oleh kerajaan yang berkhianat, mereka mencoba melakukan kudeta. Kesehatan yang mulia juga memburuk dan ingin bertemu dengan anda." Prajurit membeberkan jika kondisi Kaisar Baozai sangat fatal setelah memimpin perang, berada dalam kondisi hidup dan mati, sementara pewaris kerajaan telah tiada membuat mereka harus menemukan Xiang Fei.
....
Gerbang kerajaan Hanzi terlihat hancur sisa asap dari api masih terlihat. Beberapa Bangunan yang dulu menjadi tempat bermain Xiang Fei telah hancur dan berubah menjadi arang.
Gerbang kokoh yang biasanya terlihat angkuh itu kini menjadi puing-puing. Kepulan asap seakan-akan mengejek ketidakberdayaan Xiang Fei.
"Bagaimana bisa..."
Disana ratusan orang yang menjadi korban perang dikumpulkan dan tubuh mereka ditutupi dengan kain putih. Satu orang yang tengah berada di dalam pelukan seorang tabib dengan tubuh penuh luka membuat air mata Xiang Fei mengalir.
Xiang Fei berlari menghampiri bibi An yang nafas nya mulai tersendat, terdapat luka tebasan pedang panjang pada dada wanita itu. "Bibi An, apa yang terjadi? Kenapa bibi bisa jadi seperti ini?" Air mata Xiang Fei berjatuhan saat sang bibi hanya tersenyum sambil mencoba mengatur nafas dengan susah payah, demi dapat menjawab pertanyaan nona kesayangan nya.
"Syukur-lah, an-da baik-baik saja." Kata dayang An susah payah dengan tangan bergetar ia menyentuh pipi Xiang Fei. "Jangan menangis nona muda, jangan menangis karena saya.. saya takut anda menangis dan pada saat itu saya tidak ada disebelah anda." dayang An mengulurkan sesuatu yang sedari tadi dipelukannya dengan erat, sebuah sapu tangan dengan sulaman emas bertuliskan namanya. "Saya ingin memberikan ini saat ulang tahun anda nanti, tapi sepertinya saya harus memberikan nya sekarang."
Xiang Fei menggeleng menggenggam tangan bibi An erat-erat. "Surga merestui anda, kebahagiaan akan menyeratai. Kelak semua kebaikan akan berbalik membalas anda Putri. Ingatlah bahwa saya sangat menyayangi anda." Setelah mengatakan itu kedua mata dayang An terpejam, genggaman tangan nya mengendur dan perlahan terlepas.
Xiang Fei terbelak, mengguncang bahu dayang An pelan. "Bibi An, bangunlah ... bibi..? Tabib Zhou tolong katakan jika bibi An hanya pingsan ... tabib Zhou..." Air mata nya meluruh berusaha untuk meyakinkan dirinya.
Tabib Zhou terlihat lelah, ia menggelengkan kepalanya tersenyum lembut pada Xiang Fei. "Dia telah pergi..."
Tangan kanan tabib Zhou terangkat perlahan menepuk kepala Xiang Fei. "Dia pergi setelah menunggumu," "kau gadis baik Xiang Fei setelah semua ini, kuharap surga memudahkan jalanmu untuk menemui kebahagiaan. Kami akan terus bersamamu." Setelah itu tubuh tabib Zhou jatuh ke samping masih merangkul tubuh bibi An, meninggal. Beberapa bagian tubuh nya telah menghitam karena terluka, Xiang Fei menduga jika tabib Zhou telah diracuni dan tidak sempat untuk menyembuhkan diri nya sendiri lalu menyerah setelah melihat keadaan bibi An.
Memilih untuk tetap bersama di keabadian atau bertemu di kehidupan lalu memulai semua nya dari awal untuk kembali bersama. Sedangkan Xiang Fei ditinggalkan seorang diri di dunia yang picik ini untuk merasakan penderitaan yang tak berujung. Menjalani hari hanya untuk melihat satu-persatu semua orang yang disayanginya pergi meninggalkan nya.
Xiang Fei menjerit, membuat suara tangisan nya bergema menambah kesan pilu atas kehancuran yang dialami oleh kerajaan nya dan dirinya.
"Kenapa semua orang kau renggut dariku? Apa dosaku di kehidupan sebelumnya hingga mendapatkan takdir seperti ini?!" Xiang Fei menangis dihadapan dua jasad orang yang sangat berarti untuk nya. "Seburuk itukah aku Dimata dewa sehingga mengambil semua yang ku punya?"
"Putri, semua nya harus segera dimakamkan sebelum fajar." Ucap Jendral yang sekarang bertugas. Menurut nya ruh seseorang yang meninggal harus segera di urus agar tidak memiliki kendala saat bereinkarnasi.
Lama Xiang Fei menangis hingga akhirnya ia mengusap air matanya, kini tinggal dirinya satu-satunya penerus dari kerajaan Hanzi. Ialah yang akan memperjuangan tanah kelahiran nya. "Segera urus prosesi pemakaman mereka dengan layak, khususnya bibi An dan tabib Zhao. Berikan upacara terbaik untuk ruh mereka."
....
Sulit nya lokasi dan banyak nya jasad yang harus dimakamkan terpaksa membuat sebagian dari mereka harus dikremasi. Nyala api besar mulai membakar membawa angin serta asap hitam.
Xiang Fei melihat semua prosesi itu dengan mata sembab namun tidak terlihat lagi air mata. Hanya terdapat kekosongan dan kesakitan yang tersisa.
Kayu-kayu itu mulai dilalap habis oleh api suci, para biksu membacakan wirid dengan suara nyaring.
Dalam pakaian putih nya yang berkibar terkena hembusan angin panas, Xiang Fei sudah tidak dapat lagi menghitung berapa kali ia menggunakan pakaian berkabung.
Untaian rambut terlepas dari gulungan rambutnya, Xiang Fei menyampaikan nya dibelakang telinga nya. Sementara ditangannya yang lain menggenggam sapu tangan sutra, hadiah terakhir dari bibi An.
"Jika ada kesempatan aku ingin bertemu denganmu lagi bibi." Xiang Fei melihat kearah langit mendung, bermula hanya setitik air perlahan berganti menjadi hujan deras. Api pun padam menyisakan asap dari sisa abu yang tersisa, para prajurit mengumpulkan sisa abu itu dan meletakkan nya dalam kendi yang masing-masing diberi nama dari pemilik abu.
Sementara para pelayat lain masih bertahan disana karena Putri mereka yang masih bertahan disana. Tidak ada yang berani membubarkan diri karena setelah ini, Xiang Fei lah yang akan meneruskan tahta sebagai putri mahkota. Beban besar yang harus dipikulnya setelah kematian putra mahkota.
Keadaan Kaisar tengah buruk dan kelangsungan kerajaan sedang tidak baik, lalu mereka semua dengan egois membebankan semua nya pada Xiang Fei.
Hujan itu mulai membasahi tubuh Xiang Fei hingga kuyup. Pada saat itu disaat hujan turun dengan deras, tidak ada satupun orang yang memperhatikan jika tubuh mungil bergetar dan terisak.
Setelah ini ia tidak akan diperbolehkan menangis, tidak boleh menunjukan kelemahan sebagai calon pewaris kerajaan. Maka karena itu langit pun ikut berduka dan berbelas kasih menutupi tangisan Xiang Fei.
"Lihat betapa egois nya semua orang. Mereka memintaku untuk tidak menangis dan terus menjalani hidup tegar, tanpa menyadari jika mereka lah penyebab mengapa aku menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Xiang Fei
RomanceTerdapat sebuah kisah tentang seorang gadis muda yang kelak akan menjadi seseorang yang paling berkuasa di seluruh daratan china. Gadis itu adalah putri Xiang Fei yang terkenal akan sifat lemah lembut, dan sopan santun nya. Kecantikan, kepintaran se...