Pagi-pagi sekali Xiang Fei telah bersiap dengan pakaian perang nya, karena ia seorang Maharani maka ia harus memimpin langsung dalam perang kali ini.
Meski tidak berpengalaman dalam perang Xiang Fei memiliki sikap tenang dan bakat memanah yang luar biasa, bukankah pada awalnya ia merupakan seorang putri mahkota, jadi tidak akan sulit untuk mengasah keterampilan nya itu sekali lagi dalam perang nyata.
Xiang Fei merasakan kedua tangan nya yang gemetar, ia tahu satu tetes darah pun ia tidak akan sanggup menoreh nya. Konflik perebutan kekuasaan ini memaksa nya untuk dapat bertahan.
Hamba sahaya yang melihat kedua tangan junjungan nya bergetar merasa tak sampai hati. "Yang mulia, anda harus kuat untuk negeri ini. Saya percaya anda bisa melakukan nya," kata pelayan itu menyisipkan sebuah tusuk rambut pemberian mendiang bibi An disela gulungan rambut Xiang Fei. "Memang banyak nyawa yang harus dikorbankan tapi saya percaya itu semua setimpal untuk hasil akhir yang kita dapat Putri."
"Kau.. kau tidak takut padaku?" Tanya Xiang Fei menatap pantulan diri nya dari kaca.
"Mengenai 'penghukuman' itu?" Sahut pelayan Xiang Fei. "Kami tidak takut pada anda, sebaliknya kami mendukung anda yang mulia. Bagi kami anda adalah orang yang memiliki hati paling lembut, pasti ada banyak hal yang anda korbankan untuk mencapai titik ini."
"Sangat ... sangat banyak."
"Anda harus kuat Maharani. "
______
Waktu keberangkatan.
Xiang Fei membungkuk dihadapan Kaisar Baozai, semua orang kerajaan Hanzi menatap nya dengan pandangan tidak rela, apalagi hamba sahaya yang ditinggalkan oleh Xiang Fei. Seorang gadis muda yang dipaksa ikut dalam pertikaian, mengorbankan kepolosan dan ketenangan hidupnya. Apalagi yang lebih mengerikan dari itu?
"Xiang Fei jaga dirimu disana nak, pastikan kau kembali dengan selamat. Maafkan ayah karena menarikmu dalam kesulitan ini."
"Ayah darah seorang Kaisar mengalir ditubuhku, jadi jangan khawatir."
Kaisar Baozai menyerahkan sebuah pedang pada Xiang Fei, pedang dengan ukiran khas yang hanya dimiliki oleh Jenderal besar. "Ini milik Jendral Guan Yu, pakailah."
Nanar, Xiang menerima pedang itu. "Terimakasih. Ayah lekaslah sehat agar aku bisa mengembalikan ini semua padamu." Pesan Xiang Fei memeluk sang Ayah singkat lalu berbalik pergi.
Naik keatas kuda Xiang Fei memimpin langsung perjalanan mereka. Semua tentara yang ikut serta naik keatas kuda masing-masing, beberapa yang lain berjalan membawa tandu dipundak mereka berupa perbekalan dan barang lain selama kebutuhan perang.
Xiang Fei menghentak tali kekang kuda mulai berlari meninggalkan gerbang kerajaan Hanzi.
Perjalanan mereka kali ini harus melewati ibu kota dan desa-desa kecil, 7 hari perjalanan mereka akan sampai.
"Maharani apa anda baik-baik saja?" Tanya seorang Jenderal yang ikut serta dalam perang kali ini, Jendral Bai.
Jenderal itu sengaja membuat kuda mereka sejajar hanya untuk menanyakan keadaan nya. "Tentu, Jendral Bei."
"Jika ada yang anda butuhkan, anda bisa mengatakan nya pada saya Maharani."
"Anda cukup memanggilku Xiang Fei Jendral."
"Tapi-"
"Didalam istana kita dibedakan oleh kasta, diluar itu kita sama-sama manusia." Xiang Fei tersenyum tulus,
Melihat senyum Xiang Fei Jendral Bei membuang muka. "Sekarang aku tahu mengapa Jenderal Guan Yu jatuh cinta pada Anda." gumam nya.
"Apa?" Tanya Xiang Fei karena tidak bisa mendengar dengan jelas.
"Bukan apa-apa." sepanjang perjalanan itu Jendral Bei tersenyum kearah langit, seolah-olah mengatakan pada sahabatnya 'kau tidak salah mencintai seorang gadis teman'
_________
Waktu sudah menjelang malam mereka baru sampai disalah satu desa. Untuk sampai disana mereka harus melewati hutan dibalik hutan inilah desa itu bisa ditemukan.
Tiba-tiba muncul beberapa orang dibalik pohon menodongkan pedang kearah mereka, sehingga kuda-kuda mereka meringkik nyaring. Xiang Fei menepuk-nepuk leher kudanya mencoba menenangkan.
Tampilan mereka memang disamarkan sebagai pedagang sehingga para bandit akan salah mengira. Jenderal Bei Berniat turun tangan tapi ditahan oleh Xiang Fei.
"Serahkan kuda-kuda dan harta kalian!"
Pfft..
Xiang Fei melirik kearah Jendral Bei menahan tawa tentu saja siapa yang tidak akan tertawa saat Jendral besar Hanzi digertak oleh sekelompok bandit hutan.
Xiang Fei menghela nafas, jika Jendral Bei menghabisi mereka disini maka akan memancing keributan yang tidak perlu. Anak buah bandit ini pasti akan mendapat kabar dan membawa jumlah yang lebih banyak, tujuan rombongan mereka kali ini adalah beristirahat untuk perjalanan esok hari.
Tanpa kata Xiang Fei meraih panah dibelakang punggung nya, menggenggam erat busur lalu memposisikan mata panah nya.
"Apa yang akan kau lakukan?!" Hardik bandit tersebut.
"Sama dengan akan kulakan pada anak buahmu yang lain."
Wushh!
Panah itu langsung menancap pada tulang belikat bandit tersebut, posisi yang pas untuk membuat seseorang cacat seumur hidup.
Dengan satu tanda dari Xiang Fei beberapa prajurit menarik busur nya, langsung melumpuhkan sekelompok orang tersebut.
"Kerja bagus." puji Xiang Fei pada para prajurit nya. Ia memeriksa keadaan para bandit itu, tidak akan mati tapi cacat seumur hidup, bayaran setimpal untuk nyawa yang mungkin sudah direnggut oleh mereka.
"Apa yang ingin kau lakukan Xiang Fei?" Tanya Jendral Bei ikut turun dari kuda.
"Aku melihat sebuah kereta kuda dibalik semak-semak itu." Xiang Fei menunjuk kereta yang keberadaannya tersamarkan oleh tumbuhan rimbun, keadaan yang gelap membuat mata orang awam tidak akan mampu melihat nya dengan jelas.
Jenderal Bei mengangguk, akhirnya kereta itu diperiksa secara mengejutkan di dalam nya terdapat beberapa orang yang terikat dengan wajah yang ditutupi oleh karung.
"Buka penutup kepala mereka." Perintah Xiang Fei.
Para prajurit mengikuti perintah membuka karung kepala orang-orang tersebut, hasilnya ternyata mereka adalah penduduk desa yang diculik untuk akhirnya dijual sebagai budak.
Seorang wanita hamil yang ikut menjadi korban penculikan bandit itu membuat Xiang Fei geram, "kau baik-baik saja?" Tanya Xiang Fei membantu wanita itu berdiri.
"Saya baik-baik saja nona, terimakasih atas pertolongan nya." ucap wanita itu menggenggam tangan Xiang Fei penuh terimakasih.
"Lalu bagaimana dengan nya?" Yang Xiang Fei maksud adalah janin diperut wanita itu.
"Saya sempat kontraksi karena panik, tapi selebihnya baik-baik saja."
"Syukurlah." Xiang Fei membantu wanita itu masuk kedalam kereta, bersama dengan gadis-gadis lain yang menjadi korban. Biar salah satu prajurit nya yang mengendarai kereta.
"Anda ingin kemana? Sebelum nya beritahu saya cara membalas budi." wanita hamil itu menahan tangan Xiang Fei.
"Kami akan ke sebuah desa untuk beristirahat sementara-"
"Kalau begitu singgahlah di desa kami! Desa kami berada diujung hutan ini!" Kata wanita itu bersemangat seolah-olah berusaha membalas budi.
Xiang Fei menoleh kebelakang para prajurit nya telah kelelahan, "Baiklah." Xiang Fei menutup kain penutup kereta tersebut lalu kembali naik keatas kudanya.
"Xiang Fei, para bandit ini ingin dibereskan seperti apa?" Tanya Jendral Bei menunjuk kearah bandit-bandit yang terikat.
"Ikat ujung tali mereka pada kereta kuda itu, biarkan mereka terseret selama sisa perjalanan." Xiang Fei teringat atas kematian Ibunda nya ditangan para bandit, lalu dengan tega nya mereka menculik wanita hamil dengan harapan bisa menjual nya ke rumah bordil membuat Xiang Fei marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Xiang Fei
RomanceTerdapat sebuah kisah tentang seorang gadis muda yang kelak akan menjadi seseorang yang paling berkuasa di seluruh daratan china. Gadis itu adalah putri Xiang Fei yang terkenal akan sifat lemah lembut, dan sopan santun nya. Kecantikan, kepintaran se...