30

3.1K 313 5
                                    

Kejadian kemarin membuat kepala kasim Shin mendapatkan persidangan dari kaisar sendiri. Tunjangan dan gaji nya dibekukan untuk beberapa bulan kedepan. Untuk seorang gubernur ataupun menteri pemotongan gaji bukanlah hal yang mengerikan, tetapi untuk seseorang yang bergelar kasim dan rakyat biasa merupakan momok menakutkan.

Sejak saat itu nama Permaisuri Himeji selalu digumamkan oleh semua orang yang berada di istana. Semua orang membicarakan betapa adilnya ia sebagai pemimpin rumah tangga kerajaan.

Semua orang juga mengungkit-ungkit gelar nya sebagai putri kebajikan di masalalu. Xiang Fei merasa itu terlalu berlebihan, ia hanya membela kemanusiaan seorang manusia yang sama seperti nya. Baginya semua orang berhak hidup tanpa penyiksaan berkedok pendisiplinan.

Manusia memiliki akal bukan hewan yang harus dipukuli agar bisa mengerti, cukup katakan dan perintahkan maka dia akan berkerja sesuai dengan yang seharusnya.

Karena strata derajat, nyawa dan keadilan bisa dengan muda nya di injak-injak. Wanita pun tak ada beda nya, beberapa dari mereka suara nya tidak di dengar dan hanya digunakan sebagai penghasil keturunan dan penghias kamar.

Xiang Fei memakan sarapan nya dengan pelan, nyaris tidak menelan nya hanya mengunyah dan terus menatap jendela dengan tatapan melamun.

"Nyonya? Apa ada yang salah dengan makanan nya?" Tanya dayang Fan, menunduk kearah junjungan nya.

Xiang Fei tersadar lalu menggeleng. "Tidak ada."

"Apa kalian sudah makan?"

Dayang Fan masih menunduk dan mengangguk. "Kami sudah makan dibelakang nyonya."

Xiang Fei melihat wajah dayang-dayang nya satu persatu, wajah pucat dan tatapan kosong kearah meja makan. Itu bukanlah jenis tatapan yang dia ingin dirasakan nya ketika makan. "Biasanya kepala pelayan akan menjatahi kalian makan apa?"

"Saya dijatahi 3 ikat gandum sehari." Kata Dayang Fan.

Terbelak, Xiang Fei tidak menyangka jika makanan para dayang dan Kasim bahkan tidak lebih baik dari pakan kuda. Akhirnya Xiang Fei mendorong piring nya. "Ambil semua ini untuk kalian, jika tak ingin makan bersamaku bawalah ke paviliun kalian. Setelah itu baru layani aku lagi." Kata Xiang Fei.

Sontak saja semua kasim dan dayang langsung melihat kearah Xiang Fei ragu yang mengangkat sebelah alis nya kesal. "Sekarang." Satu kata itu cukup untuk membuat para dayang langsung mengerjakan apa yang junjungan mereka perintahkan.

Mereka semua bergumam terimakasih dan berlalu agar bisa cepat melayani Xiang Fei. Sementara itu dayang Fan masih bersimpuh disana tidak beranjak selangkah pun.

Akhirnya Xiang Fei ikut menunduk untuk melihat apa yang tengah dayang nya itu lihat.

"Nyonya apa tengah nyonya lakukan?! Berdiri cepat sebelum orang-orang melihat!" Kata dayang Fan yang baru tersadar, berusaha membuat Xiang Fei duduk kembali diatas kursi.

Xiang Fei tertawa melihat ekspresi panik gadis itu. "Memang nya kenapa? Secara teknis aku ini masih remaja belasan tahun sama sepertimu."

"Nyonya tolong jangan samakan derajat anda dengan bawahan seperti saya ... saya takut siapapun akan mendengar nya." Dayang Fan benar-benar khawatir jika seseorang menjatuhkan Xiang Fei.

"Apa yang membuatmu terlihat sangat takut padaku?" Tanya Xiang Fei yang pada akhirnya duduk kembali di kursi nya setelah membuat dayang Fan duduk di kursi.

"Saya takut jika seseorang akan menyakiti kemurahan hati anda."

"Terimakasih karena telah menghawatirkanku. Kau mengingatku dengan bibiku..."

"Keluarga anda?"

Xiang Fei menggeleng.

"Dia Dayang pribadi tetapi telah seperti keluarga hingga aku memanggil nya bibi. Dia memiliki kasih sayang tulus yang menyerupai ibu kandung, bahkan sampai mati dia tetap menyayangiku." Ujar Xiang Fei ketika pikiran nya kembali mengarah pada kejadian berdarah dimana ia kehilangan semua orang. Keluarga nya, Bibi An, paman Zhao. Para hamba sahaya. Ia kehilangan mereka semua hanya dalam sekejap mata.

Semua nya pergi begitu saja direnggut oleh ketamakan manusia tercela. Lalu semua nya nampak seperti bom yang meledak berturut-turut untuk menghancurkan hidup nya. Membawa nya untuk terikat pada sebuah pernikahan tanpa perasaan.

.....

Berhari-hari selanjutnya pun Xiang Fei tetap menjalani peran nya sebagai Permaisuri Himeji. Setiap pagi ia akan mengerjakan seluruh perkamen rumah tangga. Tanggung jawab seluruh kediaman berada ditangan nya.

Kali ini Xiang Fei mendapatkan laporan dari panti asuhan nya, jika hampir semua anak masuk dan akan segera lulus dari akademi. Beberapa dari mereka telah berkerja di instansi kerajaan sebagai mentri dan sebagai nya.

Kadangkala Kaisar Guanxi akan datang menemani nya hingga sore lalu pergi, mengunjungi sebentar lalu pergi lagi. Sadar jika Xiang Fei masih belum terbiasa dengan keberadaan nya jadi dia meminimalisir kehadiran nya walaupun ingin tinggal lebih lama.

Semua orang yang berkerja dibawah Xiang Fei merasa bersuka cita seolah-olah dewa telah memberikan rahmat dengan memberikan majikan sebaik Xiang Fei. Sebagai nyonya rumah tangga dan ibu dari kerajaan, Xiang Fei tidak pernah berkelakuan angkuh ataupun kejam. Namun kadang kala dia juga bisa bersikap tegas pada bawahan nya.

Kasang kala Xiang Fei akan memberikan mereka hadiah libur 3 hari dalam sebulan untuk mengunjungi sanak saudara. Sesuatu yang tidak akan ditemukan pada majikan lain. Atau mengizinkan mereka untuk makan bersama nya dan memberikan mereka makanan layak sampai tidak pernah sekalipun merasakan kelaparan.

"Dayang Fan, apa yang biasa nya kalian lakukan ketika istirahat?" Tanya Xiang Fei ingin tahu, ia bosan dengan kuas dan kanvas di hadapan nya. Ia ingin mendengarkan cerita tetapi semua opera jalanan telah didengarkan nya sampai telinga nya berdenging bosan.

Dayang Fan menyeduhkan teh untuk langsung mendongak, ia duduk didekat kaki kursi memandang lukisan cantik. "Biasanya kami akan membereskan tempat lain, atau tinggal di barak sampai anda memanggil kami."

"Istirahatlah jika ada waktu, tidak perlu mengerjakan hal lain. Istana ini tidak akan berdebu hanya karena kau melonggarkan kerah baju." Kata Xiang Fei pelan.

"Jika kau bisa memilih jalan kelahiran, takdir seperti apa yang kau inginkan?"

Dayang Fan termenung sesaat sebelum berkata. "Tentu saja saya akan memilih takdir seperti ini agar dapat melayani anda."

"Tidak, tanpaku. Kau harus menjawab nya tanpa memikirkan hal itu."

Dayang Fan tak menjawab, bahkan jika ia terlahir beberapa kali pun ia akan tetap ingin melayani Permaisuri Xiang Fei. Tidak semua orang dianugerahi tuan yang berhati luar biasa baik, bahkan secara sukarela memperhatikan kesejahteraan hamba sahaya nya.

Tidak pernah ada bentakan kecuali teguran bijak ketika mereka melakukan kesalahan. Tidak pernah ada pukulan sebagai hukuman ketika junjungan merasa bosan, bahkan mereka sama sekali tidak pernah kelaparan dan hidup dengan layak, setelah permaisuri merombak barak kumuh mereka menjadi paviliun.

Pertama kali melihat tempat tinggal para kasim dan pelayan, Xiang Fei hampir mengira jika ia memasuki kandang kuda. Kumuh, kotor berada disudut gelap antara kediaman nya dan kandang kuda. Pada saat itu juga Xiang Fei memerintahkan agar seseorang membangun paviliun.

Setelah itu para pelayan langsung bersumpah untuk setia pada Permaisuri, karena dia memandang mereka sebagai manusia bukan peliharaan yang harus tunduk padanya.

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang