12

4K 425 13
                                    

__________________

Disaat hanya kau yang mau mengerti dan membuatku merasa nyaman mengapa kematian harus menjemputmu lebih dulu dariku?

-Xiang Fei-

__________________

Seperti biasanya Xiang Fei menemani
Kaisar di balairung, tapi kali ini Xiang Fei hanya membaca buku yang dibawanya dan duduk disamping Ibu suri yang terlihat jenuh.

Xiang Fei membuka setiap lembaran kertas itu tanpa minat, buku yang sedang dibacanya ini membahas tentang sistem perekonomian sebuah kerajaan. Sementara mereka berdebat Xiang Fei sibuk menyusun sistem perekonomian yang dapat berkerja dibawah rakyat Hanzi. Jika dilihat pemerintahan negeri Hanzi terlalu banyak campur tangan pada sistem perekonomian, membuat perdagangan jadi tidak leluasa dan terkesan makin mundur kebelakang bukan nya berkembang.

Sistem ekonomi bebas tanpa campur tangan dari pemerintahan akan membuat ekonomi itu berkembang pesat.

Xiang fei mengetuk kening nya. Jika ia berhasil meyakinkan Kaisar dengan rencana ekonomi ini maka, keberhasilan nya akan memperkuat fondasi pembangunan ekonomi di seluruh negeri Hanzi. Dan kemudahan bagi daerah untuk mengembangkan peraturan yang berkaitan dengan kemampuan ekonomi daerah masing-masing dan memaksimalkan sumber daya alam yang ada.

Dengan kebijakan ekonomi seperti itu, para pedagang akan leluasa melakukan aktivitas perdagangan, pertanian, kerajinan kayu, keramik, hasil laut, pertambangan sejenis perunggu akan meningkat pesat. Sistem perdagangan pun berjalan tanpa harus membuat laporan-laporan yang harus disampaikan kepada pemerintah pusat dan kembali harus disampaikan kepada Kaisar yang akan membuatnya sakit kepala.

Dengan kata lain, selain memajukan perekonomian seluruh negeri Xiang Fei juga akan terbebas dari sakit kepala menahun karena teriakan bersahut dari para menteri yang berdebat. Xiang Fei harus segera mendiskusikan hal ini dengan sang Ayah.

Xiang fei mencebik bibir saat salah satu menteri mulai bertengkar dan mungkin tanpa sadar melemparkan botol tinta hingga terjadi keributan. "Mereka terpelajar tapi terlalu bodoh untuk mengerti etika." gumam Xiang Fei pedas.

Pada saat itu seorang prajurit utusan membawa pesan jika Jendral Guan Yu dan prajurit nya berhasil memenangkan perang di wilayah sura.

"Yang mulia saya hamba adalah prajurit utusan Jendral Guan Yu, mengabarkan jika kita berhasil memenangkan perang di wilayah sura." kata prajurit itu terengah.

Balairung diliputi dengan kebahagiaan. Begitupun dengan kaisar Baozai yang tersenyum lebar.

"Tetapi yang mulia..." prajurit itu memberikan isyarat jika pesan selanjutnya hanya boleh diperdengarkan oleh kaisar seorang.

Kaisar menyanggupi meminta samua orang untuk keluar dari balairung. Dayang An yang menunggu Xiang Fei merangkul pundak Xiang Fei yang terlihat letih. "Ada apa putri kenapa semua orang keluar dari balairung?" tanya dayang An.

"Seorang prajurit utusan datang dari wilayah perang mengabarkan kemenangan." jelas Xiang Fei membiarkan dayang an membawa langkah nya kembali kekediaman.

"Itu bagus! karena Jendral Guan Yu akan segers pulang, dan kalian akan segera menikah." dayang An berbinar langsung terlihat bersemangat.

Xiang Fei hanya tersenyum tipis. Kedua mata nya kosong ketika Dayang An menyeret nya untuk kembali ke kediaman dan melakukan persiapan untuk menyambut kedatangan para tentara.

....

Kerajaan Hanzi melakukan perayaan untuk kepulangan para prajurit yang telah banyak berkorban demi abdi mereka. Kaisar sendiri yang memerintahkan untuk melakukan penyambutan untuk para prajurit.

Xiang Fei duduk di depan cermin sementara dayang An menggulung rambut nya, dayang An meminta Xiang Fei untuk memakai hanfu berwarna hijau dengan sulaman bunga sakura.

Xiang Fei menggeleng menolak mengenakan nya. Ia lebih ingin menggunakan hanfu berwarna putih dengan sulaman bunga teratai. "Aku lebih menyukai yang ini bibi."

"Tapi ini terlalu polos, terlalu biasa digunakan untuk gadis yang telah bertunangan."

Xiang Fei mengenggam tangan dayang an, sorot matanya terlihat lembut.
"Bibi kita hanya harus menyambut kedatangan mereka, aku tidak mau jadi pusat perhatian."

"Baiklah nona."

Gulungan rambut xiang Fei dihiasi dengan bunga berwarna pucat seperti mawar, melati dan wisteria berwarna serupa.

Selesai berdandan sebuah tandu datang untuk membawa Xiang Fei menuju gerbang utama. Disana telah berdiri Kaisar Baozai, Ibu suri Wei Sha dan para menteri.

Para rakyat yang menyambut dengan nyanyian sangat ramai ingin menyambut rombongan prajurit yang datang. Semua itu bertambah ramai saat dari kejauhan rombongan itu datang.

Xiang Fei berdiri disana dengan senyum lebar, ketika rombongan itu makin mendekat serentak khalayak ramai terdiam, fokus mereka berada pada peti mati yang berada di depan barisan ditandu oleh beberapa orang seolah-olah tengah memimpin.

Ya itu peti mati Jendral Guan Yu. Seketika rakyat mengerti mengapa putri mereka menggunakan hanfu putih yang lebih cocok untuk orang berkabung dibandingkan penyambutan.

Kaisar menoleh kearah putri nya yang menatap peti mati itu lurus, bibirnya melengkungkan sebuah senyuman manis meski air mata mengalir diwajahnya. "Kau sudah tahu nak?" kata Kaisar.

Xiang Fei mengangguk. "Aku sudah tahu sejak malam sebelumnya."

"Lalu mengapa kau masih berusaha tersenyum meski kau tahu dia yang berada didalam sana?" tanya Kaisar dengan suara serak.

Xiang Fei mencoba menguasai dirinya sebelum berkata. "Dia memintaku untuk tersenyum saat menyambut nya, tapi dia tidak bilang agar aku tidak menangis saat kehilangan nya." Suaranya terdengar tercekat namun intonasi jelas dengan kepedihan.

Rombongan itu sampai didepan gerbang salah satu tangan kanan Jendral Guan Yu maju dengan selembar kertas. Wajah nya terlihat keras namun sarat duka. "Lapor pasukan yang dipimpin oleh Jendral Guan Yu berhasil memenangkan perang dalam kurun waktu setahun, kemenangan ini diperuntunkan untuk yang mulia Kaisar dan Putri Xiang Fei.
Tetapi Jendral Guan Yu gugur di medan perang dan hanya kembali dengan sebuah kemenangan." Jenderal itu berkata dengan mata berkaca-kaca apalagi saat bertatapan dengan Xiang Fei.

Xiang Fei memejamkan matanya selepas perkataan itu dibacakan. "Kau berhasil Jendral, kau berhasil dalam tugasmu." dan kau juga berhasil menghancurkanku..

Peti mati itu diletakan dirumah duka Xiang Fei duduk disisi peti mati yang terbuka, Xiang Fei memperhatikan wajah Jendral Guan Yu yang pucat ada beberapa bekas luka dan darah mengering diwajahnya. "Bibi An tolong bawakan air hangat dan handuk." pinta Xiang Fei langsung dibawakan oleh dayang an. Pelan-pelan Xiang Fei membersihkan wajah Jendral Guan Yu.

Xiang Fei beralih pada tangan Jendral Guan Yu yang terlihat menggenggam sesuatu, perlahan Xiang Fei membuka nya menemukan bunga yang telah mengering. Tangis Xiang Fei mendadak pecah, bunga itu adalah kali terakhir mereka bertemu sebelum keberangkatan nya, dan Jendral Guan Yu masih menyimpan nya.

Xiang Fei meraih cincin giok milik Jendral Guan Yu yang sempat dikembalikan padanya, hati-hati Xiang Fei memakaikan nya kembali ke jemari Jendral Guan Yu. "Aku tidak mau menerima kembali barang yang telah menjadi pengikat kita."

Xiang Fei meletakan tangan itu dikeningnya persis seperti yang dilakukan oleh Jendral Guan Yu saat menenangkan nya. "Aku hanya memintamu untuk kembali dengan selamat, padahal hanya itu."

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang