34

2.3K 291 0
                                    

_______________

Dia memang tampak seperti bunga, jadi haruskah aku melenyapkan mataharinya setelah memotong akar nya?

-Empress Xiang Fei-

_______________

Sejak semalam hujan turun dengan deras sampai pagi tiba. Awan kelabu menjadi atap yang membuat semua orang berlindung di kediaman masing-masing. hari ini menjadi hari peringatan kematian dari orang-orang yang berarti untuk Xiang Fei. Xiang Fei membakar dupa, sekaligus menuangkan arak di atas mangkuk.

Xiang Fei membungkuk dalam. Lama ia tak kunjung bangkit dan hanya diam menatap lantai kayu. "Aku berhasil mempertahankan nya Ayah, aku berhasil menjaga dinasti ini tetap berdiri tegak. Ayah tak perlu khawatir."

Xiang Fei beralih pada papan arwah milik sang ibu,  diam sebentar mengumpulkan keberanian untuk mengatakan perasaan nya. Walaupun dihadapannya hanyalah sepotong papan arwah rasanya tetap begitu sulit untuk meneritakan semuanya.
"Aku tidak pernah tahu jika kisah cinta jembatan magpie akan menjadi nyata dalam kehidupanku Ibu. Aku selalu mengira jika itu merupakan sebuah kisah paling romantis yang pernah kubaca, tetapi saat merasakan nya langsung aku benar-benar menderita.. aku bahkan tak bisa melihat wajah nya atau bahkan bertemu lagi. aku tidak beruntung untuk sempat mengatakan jika aku mencintai nya." Xiang Fei bercerita dengan suara lirih, terdengar seperti terisak meski tidak ada air mata di bola mata indah itu.

"A-aku masih belum bisa mencintai suamiku, meskipun dia begitu baik. Aku merasa takut untuk membuka hati disaat Guan Yu masih ada disana." Xiang Fei bangkit dari posisi nya menatap papan arwah yang berukir nama kedua orangtuanya. Meski ingin, Xiang Fei tidak berani untuk meletakan nama papan arwah Guan Yu.

Besok adalah hari peringatan kematian para tentara perang dan kedua orangtuanya. Dan pada waktu itulah rakyat akan berbondong-bondong datang ke makam seperti festival Qingming. Tanpa Xiang Fei sadari dibalik pintu itu terdapat seseorang yang menguping semua perkataan nya.

•••

Diluar pintu Guang Xi bersidekap sambil bersandar pada pilar, kedua mata nya fokus pada langit rintikan hujan. Eskpresi nya sama sekali tidak terbaca. Mendengar perkataan seperti itu langsung dari Xiang Fei sama seperti panah yang menusuk nya. Dari awal mereka menikah Xiang Fei memang pernah berkata tidak bisa menjanjikan perasaan.

"Mengapa begitu sulit untuk dapat terlihat olehmu ... Begitu banyak bunga lain yang lebih indah, namun aku tetap terpikat denganmu. Aku sudah memotong akar nya, haruskah aku melenyapkan matahari nya juga?" Di mata Guan Xi sosok Xiang Fei persis seperti bunga matahari yang terlihat cantik.

Tetapi bunga itu hanya terus terpaku pada matahari nya tanpa sedikitpun menoleh kearah bayangan dibelakangnya. Tidak sekalipun walau bayangan itu terus mengikuti nya.

Pada dini hari nya para dayang bergegas masuk kedalam kamar Xiang Fei, mendapati jika Xiang Fei masih duduk di depan perapian dan seperti nya sama sekali tidak beristirahat.

"DEWA! jangan bilang kalau anda sama sekali tidak tidur untuk hari ini?!" Dayang Fan bergegas menarik tangan Xiang Fei kearah pemandian.

"Anda seharusnya lebih memperhatikan diri anda sendiri yang mulia." dayang Fan berusaha menceramahi majikan nya, dan tampak nya telah lupa dengan siapa dia mengabdi.

"aku baik-baik saja dayang Fan, jangan terlalu khawatir." ujar Xiang Fei bangkit dengan dibantu dayang Fan, kedua kaki nya terasa keram setelah semalaman berlutut.

Butuh waktu lama untuk mandi dan berhias, sementara para dayang berkeliaran disekitar nya sibuk menyiapkan berbagai macam pakaian dan lain-lain.

Rambut Xiang Fei hampir mencapai lutut karena sebuah peraturan dimana seorang wanita yang telah menikah dilarang memotong rambut nya. rambut Xiang Fei diminyaki dengan ekstrak bunga matahari lalu disikat sebelum akhirnya digulung tinggi.

Dayang Fan dengan hati-hati meletakan mahkota emas di kepala Xiang Fei, lalu menambahkan anting-anting bergiok merah ditelinga Xiang Fei. pantulan wanita pada cermin itu terlihat sangat glamor dan angkuh. Xiang Fei seolah-olah kehilangan diri nya dirinya sendiri.

bukankah wanita di dalam cermin itu terlihat seperti boneka?

...

"Kenapa kau belum menemui istri tercintamu dan malah berada disini?" tanya penasehat Liu. keberadaan seseorang di ruang kerja nya lumayan mengejutkan apalagi orang tesebut adalah Kaisar. "Kau mempersingkat waktu sebulan menjadi dua minggu, hanya karena ingin melihat wajah istrimu. lalu sekarang kau malah mabuk disini seperti seorag pecundang."

Kata-kata penasehat Liu terasa seperti racun, wajar saja ia tengah membalas dendam pada teman kecil nya setelah selama dua minggu berkerja keras dan tidak dapat berkata apa-apa dihadapan Permaisuri.

Guan Xi mengusap wajah nya kasar. "kau tahu aku mencintainya bukan?"

Panasehat Liu hanya mengangguk malas, semua orang tahu betapa pria ini sudah gila karena cinta sepihak. "Ya, dan kau sudah setengah gila karena nya."

Guan Xi bedecak kesal. "bukan itu."

"lalu apa?"

"Xiang Fei meskipun dia bersikap sebagai istri yang sangat baik, aku merasa jika ia melihatku hanya sebagai rekan kerja bukan sebagai orang yang akan menghabiskan waktu seumur hidup dengan nya."

Penasehat Liu tertawa keras. menertawakan penderitaan teman dalam hal cinta memang sangat menyenangkan. "Bukankah kau menikahi nya dengan alasan itu? kau ingin memiliki Permaisuri yang cerdas dan tidak ingin dia bergantung padamu. lalu kau juga mengetahui seberapa kuat dan mandirinya istrimu itu, bukankah hubungan saling menghormati ini sudah berjalan baik?"

"Melihat dari karakternya aku bahkan yakin jika wanita seperti Permaisuri tidak akan membutuhkan laki-laki dihidupnya. Bicara tentang pernikahan, aku yakin dia akan setia tetapi bagaimana denganmu? kau seorang Kaisar yang tidak akan mungkin memiliki seorang permaisuri, sebentar lagi kau pasti akan memenuhi kediaman dalam dengan puluhan bahkan ratusan perempuan cantik." ujar Penasehat Liu penuh ironi, membayangkan bagaimana seekor burung phoenix terjebak dalam sangkar emas dan dililit dengan rantai perak. Tetapi burung phoenix itu adalah api yang kelak akan membakar apapun yang mengekang nya.

"Jika kau hanya ingin membuatnya menderita, lebih baik berikan saja padaku. sebagai putra tunggal dari bangsawaan Li aku bisa menjadikan nya nyonya sekaligus wanita paling bahagia." Jujur saja sejak pertama kali melihat Xiang Fei yang menolong seseorang, dan berkali-kali memperhatikan nya Penasehat Liu sudah dibuat terpesona.

Sayang sekali gadis yang membuatnya tertarik ternyata merupakan istri dari pria brengsek, bodoh dan dungu yaitu sahabatnya sendiri.

Mendengar itu tatapan Guan Xi menajam. "Apakah itu sebuah ajakan perang untuk keluargamu?" katanya dingin.

Kedua bahu penasehat Liu terangkat acuh, ia hanya berkata dengan malas menanggapi nada ancaman pada perkataan Guan Xi.

"Terserah, yang pasti jika bukan aku maka ada puluhan pria lain yang siap untuk merebut Xiang Fei darimu."


Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang