16

3.9K 299 12
                                    

_______________________

Luka itu masih ada bahkan masih terasa menusuk sampai rasanya aku tidak mampu bernafas jika teringat tentangmu.

-Empress Xiang Fei-

_______________________

Xiang Fei pergi ke kota untuk melihat-lihat sekaligus menghilangkan jenuh, para pedagang seakan-akan berlomba untuk menjajakan dagangan nya pada siapapun yang lewat. Mulai dari perhiasaan, pakaian, sepatu hingga obat-obatan dan makanan dijual disepanjang mata memandang.

"Nona anda memiliki dua benang merah yang unik." kata seorang wanita yang merupakan peramal berbicara pada Xiang Fei yang kebetulan lewat di depan tenda nya.

"Apa?"

Wanita paruh baya itu mempersilahkan Xiang Fei untuk masuk kedalam, "masuklah nona akan kujelaskan apa yang kulihat." katanya.

"Baiklah." Xiang duduk di dalam sana membiarkan wanita itu menyentuh tangan kanan nya.

Wanita itu tersenyum sedih sesaat setelah menyentuh tangan nya. Dan berkata. "Menurut legenda, Dewi cinta mengaitkan benang merah di setiap jari para kekasih sejati agar mereka suatu saat nanti dapat bertemu dan saling jatuh cinta. Itulah mengapa terkadang ada saja orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, maupun ada juga orang yang bertemu di tempat dan situasi yang tak terduga namun bisa menjadi kekasih sampai akhir hayat. Bisa jadi itu karena mereka saling terhubung oleh benang merah takdir."

Xiang Fei masih diam meski ia masih mendengarkan, selama ini ia selalu menjadi gadis yang selalu memandang kehidupan dengan luas dan realitis. Ia tidak cukup percaya dengan ramalan manusia yang menurutnya sia-sia.

"Lalu apa hubungan nya semua itu denganku?" kata Xiang Fei akhirnya.

Wanita itu seolah tuli pada perkataan agak menusuk daru Xiang Fei dia tetap melanjutkan.
"Tapi dalam kasus anda ini cukup istimewa anda memiliki dua benang merah takdir, satu berwarna hitam dan satunya lagi berwarna merah."

Kening Xiang Fei berkerut samar. "Apa artinya itu?"

"Artinya anda terikat dengan dua jiwa, yang hitam menandakan jika jodoh anda telah mati, dan benang merah satunya masih hidup dan tengah mencari keberadaan anda." kata wanita peramal itu menjelaskan. "Ini cukup unik karna seharusnya dari benang merah pertama anda yang berwarna hitam seharusnya anda juga mati karena kalian terikat oleh simpul mati, tapi karena benang yang satu lagi menyelamatkan anda dari kematian dan merupakan jodoh kedua anda."

Tiba-tiba kening nya berkerut samar, ia menunduk memperhatikan jari kelingking nya lalu tertawa masam. "Bibi terimakasih untuk ramalanmu tapi aku tidak cukup tertarik untuk mengetahui lebih banyak. Biarlah takdir tetap menjadi rahasia." Selesai mengatakan itu Xiang Fei memberikan bayaran lalu pergi begitu saja.

"Tapi benang merah ini tampaknya adalah orang yang akan tega menarik cahaya dari kehidupan anda." gumam wanita itu menatap dua benang yang melayang menjauh. Tiba-tiba benang hitam perlahan berubah warna lalu kembali menggelap. "Takdir tidak akan berakhir sampai semuanya usai setelah itu baru kau bisa kembali."

...

Xiang Fei sekarang hidup berkelana, ia membeli sebuah kuda hanya untuk menyusuri negeri Hanzi dan menghindar dari prajurit kekaisaran.

Sebelumnya ia telah berpamitan dengan anggota panti, sadar jika kerajaan akan cepat mengendus keberadaan nya. Berbekalkan uang simpanan nya Xiang Fei berniat pergi sejauh mungkin dari kerajaan. Jika ia tetap bertahan disana dengan segala bayangan dari masalalu Xiang Fei hanya akan merasakan tertekan, kehilangan pertama masih membuat nya utuh tapi kehilangan kedua telah merupakan pukulan telak yang menghancurkan nya.

Xiang Fei tidak tahu ia berada dimana yang pasti ia sampai disebuah gubuk tua tak berpenghuni tapi masih cukup layak untuk dijadikan tempat tinggal. Tampaknya dari yang terlihat gubuk itu baru ditinggal pemiliknya sekitar seminggu atau lebih dari itu.

Dengan keadaan nya saat ini Xiang Fei tidak berharap jika utusan kerajaan atau siapapun akan menemukan nya dengan cepat.

Xiang Fei baru mengingat keberadaan gelang pemberian terakhir dari Jendral Guan Yu, gelang jade itu telah pecah berserak diatas makam sang Jendral Guan Yu, seakan-akan menegaskan jika ikatan mereka telah berakhir.

Xiang Fei yang selama ini tidak pernah berpengalaman mengurus dirinya sendiri harus mampu untuk membereskan gubuk yang akan menjadi tempat tinggal sementara nya. Berjam-jam kemudian ia mengusap peluh di kening nya, Xiang Fei baru saja mengangkat kendi berisi air untuk mengisi tong, ia harus bisa berjalan sebentar kearah sungai yang berada dibelakang pondok nya.

Tak terbiasa melalukan perkerjaan berat Xiang Fei menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang anyam. Perlahan kedua matanya tertutup terbuai oleh kantuk.

....

Padang rumput itu terasa begitu luas, sepanjang mata memandang hanya warna hijau yang menyejukan mata. Ia melangkah tanpa arah mengikuti suara-suara yang memanggilnya dari kejauhan. Ia terus melangkah tanpa arah membiarkan suara itu menuntun nya ke sebuah pohon rindang yang entah sejak kapan berada disana.

Seorang wanita cantik duduk disana sambil memainkan guzheng dipangkuan nya. Ia terdiam menatap wanita itu lama hingga kedua matanya terasa buram karna kabut.

"Xiang Fei? Kemari duduk bersama ibu." wanita itu menepuk tempat disebelahnya. Entah mengapa Xiang Fei menurut ia duduk disamping ibunya, masih tak bersuara.

"Kau ingat kisah Jembatan Magpie?" tanya permaisuri mengingatkan sebuah legenda yang selalu dijadikan theater kerajaan.

Xiang Fei mengangguk. "Jembatan magpie. Sebuah kisah dimana si pemuda penggembala sapi bertemu dengan kekasihnya gadis penenun pada Festival Qixi, cerita yang mengharukan karena pada akhirnya mereka harus dipisahkan oleh bima sakti setelah saling jatuh cinta, pada akhirnya keduanya hanya dapat bertemu di 'jembatan Magpie' pada hari itu setiap tahun, tepatnya pada tanggal ke 7 bulan ke 7." ujar Xiang Fei mengingat sebuah adegan pada theater yang selalu ditontonnya setiap tahun.

"Ya karna cinta mereka besar maka dewi pun luluh dan membiarkan mereka untuk bertemu sekali dalam setahun." kata permaisuri tiba-tiba ia tersenyum lembut kearah Xiang Fei. "Kau mengerti inti dari cerita itu nak?"

Xiang Fei menggeleng, walau ia cukup menyukai sastra dan sanjak ia tidak cukup mengerti mengenai makna seseungguhnya dari apa yang dibaca. "Aku tidak tahu ibu."

"Makna dari cerita itu adalah sejauh atau sesulit apapun jarak yang memisahkan sepasang kekasih, jika cinta mereka lebih besar dari penghalang itu maka tidak akan ada yang bisa menghalangi mereka untuk bersama."

Xiang Fei terdiam lalu berkata.
"Jika kematian yang menjadi pemisah mereka?"

"Maka tuhan akan mempertemukan kalian dikehidupan kedua dengan rasa yang sama." Xiang Fei membiarkan sang ibu membalai kepalanya lembut, terasa sangat menenangkan namun juga terasa menyesakan. "Kau masih ingat puisi jembatan mapie?'

Pertanyaan sang ibu membuat Xiang Fei tertawa. "Puisi itu selalu kudengar setiap tahun bagimana bisa aku melupakan nya ibu?"

"Kalau begitu coba bacakan, ibu ingin mendengar nya."

Xiang Fei mengiyakan keinginan sang ibu, membacakan sebuah karya sastra terkenal dari seorang penyair pada dinasti song.

"Melalui berbagai bentuk awan lembut, pesan sedih dari bintang jatuh, sebuah perjalanan sunyi melintasi Bima Sakti, suatu pertemuan Gembala Sapi dan Gadis Penenun di tengah angin musim gugur keemasan dan embun berkilau- berkilau, jauh melebihi pertemuan yang tak terhitung di dunia fana. Perasaan lembut seperti air, momen suka cita tidak nyata seperti mimpi, bagaimana hati seseorang bisa kembali ke jembatan yang terbuat dari magpie? Jika kedua hati itu bersatu untuk selamanya, mengapa kedua orang itu harus tinggal bersama-hari demi hari, malam demi malam?"







......

Ps: Di Tiongkok terdapat banyak kisah cinta yang disampaikan secara turun-temurun selama ribuan tahun. Salah satunya legenda Gunung Tianzhu : Bisikan di bawah Jembatan Magpie

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang