1

15.2K 802 17
                                    

Perjalananku menjadi seorang Permaisuri dimulai dengan mayat dan darah yang bergelimpangan disekitarku, termasuk mayat Ibuku, yang kini telah terbaring kaku dengan luka tusuk yang menganga di bagian perut nya.

Aku mendekati tubuh ibuku, permaisuri Jing Fei.

"Ibu bangunlah! Jangan tinggalkan aku!"

Aku terisak sedemikian kuat mengabaikan kenyataan jika para bandit itu akan kembali datang karena mendengar tangisanku. Derap langkah terdengar menghentak lantai kayu tempatku bersimpuh, saat itu aku telah berpasrah jika para bandit itu kembali kemari untuk membunuhku.

"XIANG FEI!"

Suara yang terdengar begitu akrab ditelingaku, Ayahanda.

"A-ayahanda Ibunda.." isak Xiang Fei terluka menyodorkan kedua tangan nya yang masih mengalirkan darah sang Ibunda.

Kaisar membawa tubuh Xiang Fei ke dalam pelukan nya, membiarkan putri kecil nya menjerit terisak di dalam pelukan nya hingga hilang kesadaran.

Berhari-hari kemudian diketahui jika selir Yan, selir tingkat 4 milik Kaisar terbukti telah menyewa dan menyelundupkan para bandit-bandit itu untuk membunuh Xiang Fei.

Dari pemeriksaan penjagaan disekitar kediaman permaisuri Jing Fei sangatlah ketat, setelah seseorang pelayan yang ketahuan berkerja sama dengan bandit itu baru diketahui jika bandit-bandit itu merupakan orang yang berkerja pada selir Yan.

Selir Yan yang merupakan bagian dari keluarga kerajaan mengetahui dengan pasti kapan saat penjagaan kediaman permaisuri Jing Fei lengah, dan dengan bantuan seorang pelayan yang berkhianat semua itu berjalan dengan lebih mudah.

Kaisar tentu sangat murka dan memerintahkan selir Yan untuk dihukum dengan hukuman penggal.

Xiang Fei melihat proses hukuman mati itu dengan perasaan sakit sekaligus pedih membayangkan perasaan putri Meilin harus kehilangan ibunya karena kesalahan nya sendiri.

"Seharusnya kau mati putri Xiang Fei! Kau mencuri semua perhatian yang mulia Kaisar hingga mengabaikan putriku Mailin. Aku bersumpah kau akan mengalami akhir yang menyakitkan!" sumpah selir Yan menunjuk Xiang Fei dengan tatapan bengis.

Semua orang terkesiap dengan perkataan dari selir Kaisar itu lalu dengan emosi yang memuncak Kaisar sendirilah yang langsung menebaskan pedang nya ke leher selir Yan.

Xiang Fei menjerit ketakutan saat kepala selir menggelinding dibawah kaki nya, kedua mata selir Yan seakan-akan masih menatap penuh benci kearahnya, hingga Xiang Fei jatuh terduduk.

Dayang An yang berada persis di belakang nya langsung membantu junjungannya untuk berdiri, lalu dengan cepat menutup kedua mata Xiang Fei dengan telapak tangan nya tidak membiarkan tuan nya dihantui penampakan mengerikan kepala selir Yan.

•~×X×~•

Xiang fei duduk di depan teras kediaman nya. wajah nya pucat dan terlihat tirus, kepangan rambutnya halus nya dibiarkan terlepas hingga terurai bebas dan terbang mengikuti angin yang berhembus.

Kematian Ibundanya, eksekusi mati selir Yan, tatapan benci Meilin. Selalu berputar di kepala nya, hingga pada saat tertentu Xiang Fei akan menangis seorang diri hingga malam. Menolak untuk menyentuhkan makanannya dan lebih memilih menghabiskan waktu di taman dengan hanfu putih bersih khas seseorang yang tengah berkabung.

"Nona muda seharusnya anda tidak seperti ini." ucap dayang An bersimpuh di samping junjungan nya, "Sudah 2 hari nona muda menolak menyentuh makanan, anda bisa sakit jika terus seperti ini."

Xiang Fei menoleh, membungkukkan tubuhnya untuk menarik dayang An agar berhenti bersimpuh. Xiang Fei mengulas senyum tipis terbaiknya untuk dayang An yang telah mengurusinya semenjak ia telah dapat merangkak.

"Aku baik-baik saja bibi, kau tidak perlu khawatir." Xiang Fei memanggil dayang An dengan sebutan bibi karena gadis itu juga begitu menyayangi dayang An seperti keluarga nya sendiri.

Dayang An tersenyum miris sedih dengan takdir yang dijalani oleh gadis yang telah dianggapnya sebagai putri nya sendiri, sejak pertama kali melihat Xiang Fei dan diberi tugas untuk merawatnya dayang An langsung jatuh hati pada sosok mungil yang penyayang nan santun itu. Saat berumur 7 tahun Xiang Fei memanggilnya dengan sebutan bibi bukan pelayan ataupun budak, hal itu membuat dayang An terharu dan merasa begitu dihargai oleh junjungan nya hingga ia merawat Xiang Fei sepenuh hati seperti anaknya sendiri.

"Anda harus makan nona muda!" Sayang An bersikeras untuk memaksa Xiang fei makan karena jika dilihat dari kondisi nya yang memperhatikan Xiang Fei dapat pingsan kapan saja.

"Baik." Xiang Fei membuka mulutnya dengan patuh ketika dayang An menyuapinya makan.

Dayang An menyuapi Xiang Fei dengan air mata yang menggenangi kedua pipinya, ia sedih atas nasib buruk yang menimpa gadis sebaik ini.

"Bibi jangan menangis ya, Xiang Fei berjanji akan makan malam nanti." ucap Xiang Fei setelah menelan makanan nya.

Tangis dayang an semakin deras mendengar perkataan Xiang Fei yang sangat tulus. dayang An menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya, Xiang Fei membalas pelukan itu dengan tepukan lembut menyuruhnya berhenti menangis.

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang