4

6.3K 527 16
                                    

Xiang fei mendapati banyak pedagang yang menjajakan barang nya, Xiang Fei melirik kearah kantung uang nya yang telah disiapkan oleh dayang An sebelumnya.

Melihat aneka jajanan tradisional disana membuat Xiang fei bersemangat, gula-gula yang dibentuk bermacam-macam dengan bentuk hewan dan bunga. "Paman aku ingin satu." Xiang Fei menunjuk gula-gula berbentuk ikan koi sambil mengeluarkan  nya.

Menyadari dua anak kecil yang berada disebelah nya membuat Xiang Fei menunduk. "Kalian ingin itu?" Menunjuk kearah pedagang gula, mereka mengangguk.

Xiang fei mengambil semua gula-gula itu dan memberikan nya pada dua anak kecil yang wajah nya berubah sangat cerah. "Terimakasih nona." Kata meraka berdua.

"Paman berapa yang harus kubayar?" Tanya Xiang Fei.

"Satu teal perak nona." Jawab pedagang itu takjub.

Setelah membayar Xiang Fei kembali berkeliling, hingga sampai pada salah satu kedai pada saat itu ia melihat tusuk rambut yang terlihat cantik.

"Paman tolong bungkus semua ini." Xiang Fei menunjuk tusuk rambut yang disukainya.

"Untuk siapa nona membeli banyak tusuk rambut ini?" Tanya paman penjual penasaran. "Untuk kuhadiahkan pada para pelayan dikediamanku." sahut Xiang Fei tanpa beban.

Paman penjual itu terlihat terkejut.
"Anda seorang putri Atau anda berasal dari keluarga bangsawan?" Tanya penjual itu lagi penasaran dengan sosok gadis yang begitu murah hati pada para pelayan di kediaman nya, sangat jarang melihat bangsawan yang menghargai pelayan nya sebagai seorang manusia.

"Benar, tolong kirimkan ke istana Krisan, disana akan ada kasim yang menerima nya." ucap Xiang Fei memberikan beberapa keping emas pada penjual itu sebagai tanda jadi.

...

Waktu beranjak semakin malam namun perayaan semakin meriah dengan nyanyian dan tarian jalanan. Xiang Fei sendiri menyadari keberadaan para Putri atau Pangeran yang berbaur di antara rakyat biasa, malam ini semua anggota kerajaan melepas gelar mereka untuk bersenang-senang sama sepertinya.

Disaat seperti ini derajat mereka seolah-olah sama, manusia dengan nyawa yang begitu berharga tanpa embel-embel gelar bangsawan maupun kasta. Semuanya sama dan setara.

Sayang sekali Xiang Fei tidak memiliki teman yang bisa diajaknya untuk bersenang-senang. Di istana Xiang Fei hanya berbicara dengan para pelayan, entah kenapa saudara tiri nya yang lain seolah-olah menjaga jarak darinya.

Karena itu Xiang Fei lebih banyak menghabiskan waktu nya dengan berkuda, memanah dan membaca buku. Pengetahuan nya yang lebih luas dibandingkan putra mahkota membuat para Putri lain segan untuk berdekatan dengan nya. Awal nya Xiang Fei lah yang akan menjadi penerus kerajaan Hanzi namun karena selir Mei melahirkan seorang putra maka putranya lah yang menjadi Pangeran mahkota sekarang.

Sejujurnya Xiang Fei sendiri tidak mengharapkan apapun di dalam hidupnya, ia hanya menginginkan ketenangan dan kedamaian dalam menjalani hidup.

Namun kebencian dan rasa iri dari saudara tiri nya yang lain membuat Xiang Fei merasa sedikit sedih.

Ibunya meninggal di tangan selir yang iri karena kaisar yang terlalu bersikap pilih kasih. Beberapa kali pelayan nya juga mati karena mencicipi makanan yang sebelum dihidangkan padanya telah diracuni oleh seseorang.

"Jika boleh aku hanya ingin terlahir sebagai orang biasa, hidup sebagai putri petani tanpa harus takut meregang nyawa karena kasih yang memilih." gumam Xiang Fei saat sampai ditepian danau kecil. Dadanya masih terasa sesak kala ingatan tentang kematian ibundanya dan alasan dibalik itu semua terlintas dikepalanya.

"Kenapa kau menangis disini?" tanya seseorang membuat Xiang fei menoleh menemukan pria yang lebih tua beberapa tahun darinya tengah mengamati dengan tertarik.

"Aku tidak menangis." Xiang fei menjawab jujur karena sedari tadi ia hanya melamun.

Pria itu terkekeh mengusap pipi Xiang fei lalu menunjukan jejak basah di ibu jarinya. "Mulutmu bisa berbohong tapi tidak dengan kedua matamu."

Sontak kedua pipi Xiang Fei berubah merah padam. "Aku tidak tahu jika aku menangis tadi." sahutnya dengan suara kecil sambil mengusap wajahnya.

Jika diperhatikan pria muda ini terlihat seperti bangsawan yang berpengaruh, dari pakaian dan wajahnya Xiang Fei tahu jika ia tidak boleh terlalu dengan pria ini. "Maaf aku harus pergi." memberi hormat singkat pada pria yang baru ditemuinya dan berlalu.

Namun pria itu tidak membiarkan Xiang pergi. "Aku bukan orang jahat jika itu yang kau takutkan," katanya dengan senyum menenangkan. "Tetaplah duduk disini aku tidak akan dekat-dekat."

Xiang Fei berpikir sebentar akhirnya tetap duduk menghadap danau. Sama sekali tidak mengatakan apapun karena ia tidak terbiasa berbicara dengan lawan jenis. Biasanya para Pangeran akan segan berdekatan dengan nya karena status nya yang pernah menjadi calon putri mahkota. belum lagi ia adalah Putri seorang Permaisuri dan Putri kesayangan Kaisar, jadi sangat jarang ada pria yang berani mengobrol dengan nya.

"Kau pasti melalui hidup yang berat." kata pria muda itu tanpa melihat Xiang Fei yang menatap nya bertanya-tanya.

"Terlihat dari mata dan jawabanmu tadi, gadis berhati emas sepertimu pasti selalu membuat orang-orang di sekitarmu iri karena itu mereka membencimu." ujar pria itu menerka, hampir benar tapi juga salah.

"Mereka tidak perlu alasan untuk membenci tuan, karena kebencian itu selalu ada di dalam diri manusia tergantung bagaimana caramu memperlihatkan nya." Xiang Fei menatap langit yang terlihat kelam.

Pria muda itu tersenyum mendengar jawaban Xiang Fei. "kau benar." katanya. "Aku mengikuti mu saat kau dengan murah hati membelikan anak pengemis itu makanan, tanpa sengaja aku mendengar kalau kau lebih memilih untuk dilahirkan sebagai gadis biasa, mengapa?"

Xiang fei sedikit terkejut namun merasa jika pria ini tidak memiliki niat buruk padanya maka ia kembali tenang dan menjawab.

"Apakah Tuan tahu? Kekuasaan artinya adalah luka, karena akan selalu ada hal mesti dikorbankan dan mengorbankan. Tidak pernah ada jaminan kebahagiaan atas kekuasaan, bahkan untuk mendapatkan cinta harus melalui kematian yang menyakitkan." Xiang fei mengatakan itu saat teringat dengan kematian Ibunya. "aku ingin hidup bebas dengan cinta sederhana tanpa menimbulkan luka, tak apa hidup serba sederhana dibandingkan ketakutan dalam kemewahan fana."

"Aku takjub dengan cara berpikirmu yang lain dengan gadis-gadis lainnya." ucap pria muda itu. "Lalu apa kau tidak ingin menikah dengan Pangeran atau sejenisnya?"

"Sama sekali tidak, kalau bisa aku ingin menghindari yang derajat nya terlalu tinggi seperti itu." jawab Xiang Fei tanpa ragu. "Seorang Pangeran apalagi pangeran mahkota, tidak mungkin hanya memiliki seorang Permaisuri dihidupnya, Pasti akan ada satu dua selir yang mengisi kerajaan nya, dan seorang Permaisuri tidak boleh protes akan hal itu karena saat ia menginjakan kaki dikerajaan hidup nya bukan lagi milik nya pribadi namun milik rakyatnya."

Pria muda itu terdiam, entah memikirkan apa tapi Xiang fei kalau senyum tipis itu bukanlah sesuatu yang baik. "Sepertinya puncak festival akan segera dimulai." katanya menunjuk ke ujung danau dimana orang-orang mulai menyalakan lentera mereka.

Xiang berdiri saat melihat satu persatu lentera diterbangkan ke langit, hilang sudah rasa curiganya pada pria muda ini  disaat ia fokus pada warna jingga keemasan yang menghiasi langit malam.

"Siapa namamu nona jika aku boleh tahu?" tanya pria muda itu.

Xiang Fei menoleh sebentar dan tersenyum manis. "Xiang fei itu namaku."

"Kalau begitu kau juga harus mengingat ku Xiang fei.. Namaku Guang Xi."

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang