Sesampainya di kampus, Amira berjalan menuju ke kelasnya. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Yang berarti dia belum terlambat untuk masuk jam mata kuliah dari dosennya itu.
Amira melihat di sekeliling kelas, yang sudah ramai dipenuhi dengan celotehan dari teman-temannya. Ada yang ghibah, ada yang mabar di pojok kelas, ada yang nyanyi dengan suara cempreng. Amira berjalan begitu saja tanpa menghiraukan mereka.
Tak lama kemudian, Juna pun masuk ke kelasnya Amira untuk mengisi jam mata kuliahnya. Amira pun diam dan memperhatikan dosennya itu, eh sekaligus suaminya. Sesekali Amira menguap karena dia sangat bosan mendengar penjelasan dari Juna.
Selesai jam mata kuliah, Amira langsung bersandar di bahu Indri. Sontak, Indri terkejut dengan apa yang dilakukan oleh temannya tersebut.
"Bosan banget gila!" Ucap Amira kepada Indri.
"Lima belas menit lagi akan ada seminar wajib yang akan dihadiri oleh mahasiswa fakultas kedokteran! Jangan lupa untuk hadir! Sekian dari saya, terimakasih!" Tutup Juna setelah itu dia pergi meninggalkan kelas Amira.
Amira berdesis pelan. Sebenarnya dia malas banget menghadiri seminar itu. Ditambah lagi yang mengisi seminar itu adalah Juna suaminya sendiri.
"Yang ngisi prof.Zaidan kan?" Tanya Vina.
"Bukan, yang ngisi pak Juna si dosen tak tau diri itu!" Jawab Amira.
"What? Kenapa emang?" Tanya Vina.
"Gak tau! Emang gue emaknya apa," ucap Amira dengan ketus.
"Sssstttt sudah, mending kita ke gedungnya langsung! Kita cari tempat yang strategis," ucap Indri.
"Dimana?" Tanya Amira yang masih setia bersandar di bahunya Indri.
"Di depan," jawab Indri. Sontak, Amira langsung bangun dari sandarannya itu.
"Gak ah, dibelakang paling pojok aja!" Ucap Amira.
"Gue dukung keputusan lo Ndri," ucap Vina dengan mengacungkan kedua jempolnya. Amira pun merengek tak mau, tapi tetap dipaksa oleh kedua temannya. Dan mau tidak mau, Amira menuruti permintaan temannya, agar duduk didepan sendiri. Daripada dia duduk dibelakang pojok sendirian tanpa kedua temannya, nanti ada cowok playboy yang menggodanya lebih ngeri lagi.
🥀🥀🥀
Amira duduk di depan bersama kedua temannya. Dia melihat ke arah pembawa acara tanpa melihat keberadaan Juna yang tengah duduk di kursi yang telah disediakan.
"Cool banget gila!"
"Dari jauh aja ganteng, gimana dari dekat ya?"
"Calon imam idaman!"
Seperti itulah bisikan-bisikan para mahasiswi fakultas kedokteran yang berada di gedung tersebut. Amira merasa risih ketika mendengar bisikan-bisikan dari mahasiswi itu. Bukannya apa, tapi Amira menganggap bahwa Juna itu tak semenarik yang mereka pikirkan.
"Sssttt," bisik Indri. Amira pun menoleh ke arah Indri dengan mengangkat alisnya.
"Kenapa pak Juna dari tadi ngelihatin lo terus sih?" Tanya Indri. Amira pun langsung melihat Juna, dan benar saja jika Juna tengah memandanginya dari tadi.
"Mana gue tau," ucap Amira.
Setelah pembawa acara memberikan waktu kepada Juna, akhirnya Juna pun memulai seminar tersebut.
"Selamat pagi semuanya, saya di sini untuk menggantikan prof.Zaidan yang sedang berhalangan karena ada hal penting yang harus beliau selesaikan! Baiklah, seminar kali ini tentang pentingnya tumbuh kembang anak atas dukungan dari kedua orang tuanya," ucap Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Setelah kepergian Gladys, Juna melanjutkan kuliahnya di Prancis. Dia berhasil mendapatkan gelar S1 nya. Dan sekarang dia balik ke Indonesia untuk merintis karirnya yang menjadi dokter. Namun, di sela-sela kesibukannya menjadi dokter. Jun...