26 MENGANDUNG BOMBAY

6.8K 250 6
                                    

Setiap pertemuan pasti akan ada yang namanya perpisahan! Perpisahan hidup, perpisahan sementara, ataupun perpisahan selamanya! Kamu boleh menangis dan bersedih, tapi jika sudah puas jangan lupa untuk kembali semangat! Karena masih banyak yang harus kamu kejar

-My Perfect LECTURER-

🥀🥀🥀

"Amira!" Ucap Juna dengan nada tingginya.

"Ada apa mas? Hari ini saya capek, jadi izinkan saya untuk pergi malam ini karena ada hal yang sangat penting!" Izin Amira tapi tidak memberitahu kemana dia pergi.

"Katakan, kamu mau kemana biar saya yang ngantar kamu!" Ucap Juna.

"Tidak, saya bisa sendiri!" Ucap Amira dengan membawa barang-barangnya yang penting untuk dibawa ke rumah sakit. Namun, Juna menghentikan langkah Amira dan menarik tas yang dibawa oleh Amira.

"Bisa ngertiin saya gak? Saya khawatir sama kamu," ucap Juna.

"Kenapa mas khawatir dengan saya? Saya saja tidak pernah ngekhawatirin mas, jadi mas gak usah pusing-pusing mikirin saya!" kata Amira yang membuat Juna merasakan perih dihatinya.

Setelah itu, Amira mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Juna tanpa memberitahunya jika dia akan ke rumah sakit menemani bundanya yang dirawat di ruang ICU.

🥀🥀🥀

Sesampainya di rumah sakit, Amira terkejut dengan keberadaan ayahnya yang berdiri didepan pintu ruang ICU. Amira pun berjalan dengan cepat untuk menemui ayahnya yang terlihat sangat syok.

"Ayah, sejak kapan ayah disini? Maaf yah, karena Amira tidak bisa menghubungi ayah pada saat bunda sedang sakit!" Ucap Amira. Sedangkan ayahnya menepuk pundak anak semata wayangnya untuk menguatkannya. Amira bingung apa yang telah terjadi. Tiba-tiba hospital bed yang berada di ruang ICU dibawa keluar oleh dua perawat dengan ditutupi oleh kain bewarna putih.

"Siapa ini?" Tanya Amira kepada dua perawat tersebut.

"Maaf mbak, dokter sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan lebih sayang sama bundanya mbak!" Jelas salah satu perawat.

"Tidak, tidak mungkin! Tadi bunda saya baik-baik saja," ucap Amira dengan meneteskan air matanya.

"Maaf mbak, saya permisi!" Ucap perawat tersebut dan menuju ke ambulance untuk dibawa ke rumah duka.

"Innalilahi wa innailahi roji'un, BUNDA, kenapa bunda pergi secepat ini?" Ucap Amira. Ayahnya langsung memeluk anaknya untuk menenangkannya dan langsung pergi ke rumah untuk melakukan acara pemakaman bundanya.

Di rumah sudah ramai dipenuhi dengan tetangga dan kerabat dekat. Sedangkan kerabat yang jauh masih dalam perjalanan menuju rumahnya Amira. Amira berjalan dengan tatapan kosong. Dia tidak menyangka jika bundanya akan pergi secepat ini.

Dengan kondisinya saat ini, tiba-tiba Amira terjatuh. Dan segera ditolong oleh Juna. Amira menatap Juna dengan sesenggukan. Dia tidak kuasa menahan tangisnya lalu memeluk Juna dengan erat.

"Sudah, jangan menangis! Kalau menangis nanti kasihan bunda," ucap Juna dengan lembut. Amira masih saja menangis ke dalam pelukannya Juna. Dia benar-benar lemah kali ini. Sampai dia tidak bisa mengatakan satu kata pun.

"Kenapa kamu bisa disini?" Tanya Amira yang mengetahui Juna sudah berada dirumahnya. Padahal sebelumnya Amira tidak mengatakan bahwa dia ada dirumah sakit dan bundanya meninggal.

"Saya di telepon sama ayah," jawab Juna dengan membantu Amira berdiri.

Acara pemakaman terus berlanjut meski sudah pukul 10 malam. Karena keluarga Amira menginginkan agar segera dimakamkan malam ini juga. Amira ikut ke pemakaman meski sudah dilarang oleh suaminya. Tapi Juna mengalah demi Amira agar dia bisa melihat secara langsung tempat peristirahatan terakhir bundanya.

MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang