18 MABUK

8.1K 271 2
                                    

"Eh? Kenapa kamu menangis?" Tanya Juna kepada Amira.

"Karena kamu telah mengatakan kalau saya ini bodoh, memang saya bodoh sekali sampai-sampai saya disekolahkan oleh orang tua, agar kebodohan saya ini bisa berubah jadi pintar!" Jawab Amira.

Juna langsung memeluk Amira yang masih sesenggukan. Amira pun mengusap air matanya dan melepaskan pelukan dari Juna.

"Mari kita pulang," ajak Amira. Juna mengangguk tapi dia bingung dengan mobilnya sendiri. Dimana tadi dia memarkirkan mobilnya? Kenapa dia tidak ingat sama sekali.

"Kita pulang mau naik apa? Saya tidak ingat mobil saya dimana?" Ucap Juna.

Amira berpikir sejenak untuk menemukan ide bagaimana cara mereka untuk pulang ke rumah. "Bagaimana kalau kita jalan kaki saja? Itung-itung olahraga malam hihihi," usul Amira.

"Apa kamu sudah kehilangan akal? Rumah kita jauh dari sini, jika kita jalan kaki maka kita akan pingsan ditengah jalan!" Ucap Juna.

"Baiklah, kalau begitu bagaimana? Katakan saja," ucap Amira. Juna mendengus kesal. Dia berpikir bagaimana caranya untuk pulang tanpa jalan kaki.

"Iya sudah, saya tidak bisa berpikir lagi! Lebih baik kita jalan kaki, katamu itung-itung olahraga kan? Baiklah ayo," ucap Juna yang merasa putus asa karena otaknya tidak mau bekerja sama sekali. Akhirnya mereka jalan kaki untuk pulang ke rumah. Sedangkan mobilnya masih berada ditempat yang sama, tapi Juna tidak bisa mengingatnya karena dia sedang mabuk.

🥀🥀🥀

Mereka benar-benar dibawah alam sadar mereka. Mereka berdua berjalan kaki dengan sempoyongan. Untung saja jalanan sepi, mungkin hanya beberapa mobil atau motor yang lewat dijalan itu.

"Juna," panggil Amira. Juna berhenti dan membalikkan badannya ke arah Amira.

"Kamu tadi panggil saya apa? Kenapa kamu tidak sopan?" Ucap Juna.

"Ssssttt! Lebih baik kamu diam saja daripada mengomel terus! Aku punya ide, kamu cepetan balik badan," usul Amira.

"Apa?"

"Balik badan cepet," ucap Amira. Juna mengangguk dan berbalik badan membelakangi Amira. Sedangkan Amira tertawa kecil melihat Juna menuruti perkataannya.

Hup!

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Juna.

"Ayolah pak, saya sudah capek jalan terus!" Ucap Amira yang sudah berada di gendongan nya Juna.

"Turun sekarang," perintah Juna.

"Tidak,"

"Kalau begitu saya akan menjatuhkan kamu disini,"

"Coba aja kalau berani!" 

Bruk!

Amira merintih kesakitan. Dia tidak menyangka jika Juna benar-benar menjatuhkannya dijalan. Dia pikir, Juna tidak akan berani menjatuhkannya. Tapi nyatanya Juna benar-benar menjatuhkan Amira dijalan. Juna yang menjatuhkan Amira tidak merasa salah sama sekali, malah dia juga ikutan duduk disebelah Amira dengan memandanginya.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Juna. Amira menggelengkan kepalanya.

Juna berdiri dan menjulurkan tangannya ke arah Amira untuk membantunya berdiri. Amira pun melihat Juna lalu menerima bantuan darinya. Namun, tiba-tiba Amira terpeleset dan hampir jatuh yang kedua kalinya. Juna pun sigap menangkapnya agar Amira tidak jatuh yang kedua kalinya.

"Terima kasih," ucap Amira.

"Tenanglah, selagi ada saya, kamu tidak akan jatuh yang kedua kalinya!" Ucap Juna.

MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang