"Gila lo ya Jun? Otak lo dimana sih?"
"Otaknya masih tenggelam dilautan luas!"
"Gak kasihan sama orang-orang lo Jun!"
Begitulah pembicaraan kedua temannya Juna mengenai dirinya yang masih hidup setelah melewati masa-masa kritis di rumah sakit.
Setelah 14 hari berlalu, Juna kini telah dinyatakan sembuh dan bisa kembali pulang ke rumahnya. Tapi Juna tidak pulang ke rumah, melainkan ke apartemen yang baru saja dia beli beberapa waktu lalu.
Alasan Juna tidak kembali ke rumahnya karena dia tidak ingin membuat orang-orang disekitarnya dalam keadaan bahaya. Terlebih lagi jika musuhnya itu masih berkeliaran diluar sana.
Pada saat kecelakaan pesawat dua minggu yang lalu, Juna merasa dia tidak bisa hidup kembali. Namun, dia terselamatkan karena berkat Allah swt yang selalu bersamanya. Mungkin hanya dua orang yang selamat dalam kecelakaan itu. Yang salah satunya adalah dirinya.
Dan kini, Juna pulang ke rumah dijemput oleh teman-temannya itu.
Setelah membereskan apartemen yang Juna tinggali, mereka keluar untuk makan malam. Biasa kalau teman-temannya Juna sedang ada didekatnya. Mereka akan meminta traktiran yang tidak main-main. Bagaimana tidak? Meskipun mereka sudah bekerja, mereka juga sering menghabiskan uang milik Juna yang katanya tidak akan habis tujuh keturunan.
Sesampainya di rumah makan dekat apartemen sekaligus rumah makan tersebut memang sudah terkenal mahalnya. Dan Juna hanya mengiyakan apa yang mereka mau.
Ketiga laki-lali tampan masuk ke dalam rumah makan yang cukup ramai, mereka duduk di dekat jendela agar mereka bisa melihat situasi luar. Juna menyerahkan semua tanggung jawab dalam memilih makanan kepada Miko dan juga Andra. Karena dia sedang tidak ingin makan malam ini. Entah apa yang tengah dia rasakan kali ini.
"Lo pesan apa Jun?" Tanya Miko.
"Samain aja," jawabnya singkat. Miko pun mengangguk paham lalu memesankan makanan yang sama untuk Juna.
Tak lama kemudian, makanan tersebut datang. Dan situasi rumah makan semakin lama semakin ramai. Ditambah lagi, diluar sedang terjadi hujan yang cukup lebat.
Juna menatap makanan yang ada didepan matanya. Benar-benar banyak. Lalu dia menatap Miko dan juga Andra. Mereka hanya terkekeh melihat tatapan dingin dari Juna. Dan dia hanya menghela napasnya lalu memakan makanannya.
Hujan semakin lebat, membuat mereka terjebak dalam rumah makan tersebut. Iya meskipun mereka datang ke sana menaiki mobil, tapi jika menerobos hujan, maka pakaian yang mereka kenakan akan basah. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu di sana.
"Jun, lo gak mau balik ke rumah lo?" Tanya Andra untuk membuka pembicaraan.
Juna menggelengkan kepalanya, "jika gue balik ke rumah, maka ada orang yang hidupnya dalam bahaya!"
"What? Kenapa?" Ujar Miko.
Juna menghela napasnya dan mulai bercerita apa yang telah terjadi beberapa waktu lalu.
Dua hari setelah Juna siuman dari tidur lamanya di rumah sakit setelah kecelakaan yang menimpanya, tiba-tiba dia melihat Clara di depan matanya. Dia terkejut ketika melihatnya. Mengapa dia yang datang? Kenapa bukan Amira?
Clara tersenyum disertai air mata yang mengalir begitu saja dari matanya. Dia mendekat ke arah Juna lalu mengusap kepalanya untuk memberi ketenangan serta memastikan jika dia masih hidup.
Jangan tanyakan bagaimana Clara bisa menemukannya. Dia memiliki banyak orang suruhan yang sangat mudah untuk gali informasi mengenai seseorang. Dan Clara sudah menyuruh orang untuk datang ke rumah Amira, seolah-olah mereka membawa jasad Juna untuk dikebumikan. Sebenarnya Amira sudah menolak jasad tersebut, tapi apalah dayanya keluarganya tetap menerima jasad tersebut untuk di kebumikan. Tapi Amira tetap teguh dalam pendiriannya. Bahwa suaminya masih selamat dari kecelakaan tersebut.
"Kamu masih hidup?" Tanya Clara dengan suara pelan.
Juna hanya diam menatap Clara. Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaannya masih lemah. Ditambah lagi dia masih dalam masa pemulihan selama beberapa hari.
Setelah satu minggu kemudian, dokter di sana sudah menyuruh Juna untuk pulang ke rumah. Karena keadaannya sudah membaik dan bisa memulai aktivitasnya seperti biasa. Namun, tak lama kemudian, Clara datang dengan beberapa orang di sana. Orang bertubuh besar dan juga kekar. Mungkin mereka adalah bodyguardnya Clara.
"Disini aku hanya ingin bilang ke kamu Jun, kamu harus menikah denganku!" Ucap Clara.
Juna mengernyitkan dahinya. Apa alasannya Clara memintanya untuk menikahi dia?
"Jangan terkejut, karena ini adalah sebuah balas budi dari kamu untukku!" Kata Clara.
"Balas budi? Untuk apa gue balas budi kepada lo?" Tanya Juna.
"Karena aku yang sudah menyelamatkan hidup kamu dari maut, aku sudah mengerahkan anak buah aku untuk menemukan kamu di sana! Dan benar, mereka bisa menemukanmu dan kamu di rawat di rumah sakit ini!" Jawab Clara.
Juna hanya diam menatap Clara. Dan juga Juna terkejut mendengar perkataan dari Clara jika dia telah menyelamatkan hidupnya. Tak lama kemudian, Clara pergi meninggalkan Juna.
Juna melihat pintu ruang rawat inapnya yang tertutup, dia bisa merasakan jika air matanya lolos membasahi pipinya. Dia sangat tidak menginginkan bantuan dari Clara. Apalagi dalam hal menyelamatkan hidupnya.
Terbesit dalam benaknya kenangan dan juga bayangan tentang pernikahannya dengan Amira. Dia sangat merindukan perempuan yang dia cintai saat ini. Dia membutuhkannya disaat seperti ini. Tapi mengapa mereka tidak dipertemukan?
Dan kata-kata terakhir Clara sukses membuat Juna ketakutan mendengarnya.
"Jika kamu tidak menikah denganku, maka seseorang yang kamu cintai saat ini bisa aku pastikan dia akan pergi untuk selamanya!"
Juna benar-benar dalam keadaan sulit. Dia ingin kembali kepada Amira tapi mengapa seseorang justru menjauhkannya?
Lalu Juna memanggil dokter dan meminta dokter tersebut untuk membantunya. Dengan berat hati, dokter tersebut membantu Juna dengan memberikan handphonenya. Juna tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada dokternya. Lalu dia menekan nomor milik temannya. Siapa lagi kalau bukan Andra.
Dibalik telepon, Juna bisa mendengar jika Andra terkejut mendengar jika temannya masih hidup. Tapi Juna meminta jangan ada orang manapun yang mengetahui hal tersebut kecuali dirinya dan Andra. Andra pun mengerti dan segera menjemputnya ke rumah sakit Jakarta. Iya, Juna berada di Jakarta karena suruhan Clara. Clara ingin jika Juna dirawat di rumah sakit terbaik di Jakarta, agar dia mudah untuk menjenguknya.
Dan tak lupa, Juna meminta kepada Andra untuk tidak memberitahukan kepada Amira. Dan juga dia menyuruh Andra untuk mengabari Miko untuk membantunya. Andra mengerti dan segera melakukan apa yang dikatakan oleh Juna.
Setelah bercerita, Juna meneguk jus buahnya yang masih setengah gelas dan kini sudah habis. Dia menatap kedua temannya dengan tatapan sendu lalu menundukkan kepalanya untuk menenangkan dirinya. Andra yang berada disampingnya menepuk pundak Juna untuk menenangkannya.
"Tenang Jun, kita masih ada disini! Tidak ada satupun orang yang akan membuat hidup Amira celaka!" Ucap Andra setelah mendengar cerita dari Juna.
"Benar Jun, kita bisa diam-diam mengawasinya!" Ujar Miko tak mau kalah dengan Andra.
"Dan sekarang gimana kerjaan lo?" Tanya Andra.
"Tenang, gue masih jadi dosen di kampus yang sama!" Jawab Juna.
"Bagaimana Clara? Dia terus-terusan ngejar lo, jika lo masih kerja di sana!"
"Gue tau, tapi gue udah minta ke rektor agar jalan akses fakultas dibatasi! Jadi mereka tidak bisa masuk jika tidak ada kepentingan! Dan rektor kampus menyetujuinya, karena gue juga sudah menceritakan semuanya, jadi beliau juga tidak mau hal yang sama akan terjadi lagi!"
"Lalu? Dengan Amira?"
"Gue tidak tau," jawabnya singkat.
🥀🥀🥀
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Setelah kepergian Gladys, Juna melanjutkan kuliahnya di Prancis. Dia berhasil mendapatkan gelar S1 nya. Dan sekarang dia balik ke Indonesia untuk merintis karirnya yang menjadi dokter. Namun, di sela-sela kesibukannya menjadi dokter. Jun...