Keesokan harinya, Amira sedang berada di perpustakaan kampus. Dia sengaja kesana untuk mengisi waktu luangnya karena dia tidak masuk ke kelas hari ini. Alias absen.
Pagi ini, pada saat dia datang ke kampus dan sampai di parkiran. Amira dapat melihat keberadaan Juna di sana. Sebenarnya Amira sangat ingin menemuinya dan bertanya bagaimana kabarnya atau alasan kenapa dia tidak balik lagi ke dia. Tapi niatnya dia urungkan, ketika Amira melihat ada sosok wanita yang tak lagi adalah Clara.
Seribu pertanyaan berdatangan ketika Amira melihat Juna dengan Clara. Bisa-bisanya dia datang ke kampus dengan Clara.
Hati Amira benar-benar merasa sakit ketika dia melihat mereka berdua bersama. Ditambah lagi, saat ini kelas Amira terjadwal jam kelasnya Juna. Oleh karena itu, dia sengaja tidak masuk ke kelas karena rasa malas yang tiba-tiba menjalar.
Di perpustakaan, Amira hanya membolak-balikkan buku yang sangat tebal membuat dia merasa bosan. Tapi mau bagaimana lagi? Jika dia ke kantin maka teman-temannya akan mengetahuinya. Dan perpustakaan lah yang sangat legend untuk dibuat absen seperti saat ini.
Amira melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10 siang. Dan artinya kelasnya sudah selesai setengah jam yang lalu. Diapun segeran mengembalikan bukunya dan langsung menuju kelas untuk menemui Vina.
Namun, pada saat Amira ingin mengembalikan buku di rak. Tiba-tiba saja dia tidak sampai untuk meletakkannya kembali. Benar saja, buku tersebut terletak di rak paling atas. Amira bisa mengambilnya, tapi tidak bisa mengembalikannya.
Seribu cara dia gunakan untuk meletakan buku tersebut di rak paling atas. Tapi apalah dayanya yang tubuhnya terlalu pendek di antara rak-rak yang menjulang tinggi itu. Amira merasa kesal dan akhirnya dia meletakkannya di sembarang tempat.
Amira hendak pergi dari sana, tiba-tiba jalan yang harus dia lewati dihentikan oleh tangan kekar laki-laki yang mengenakan jas dan juga kemeja. Amira menutup matanya berharap tidak terjadi kemarahan oleh penjaga perpustakaan kampusnya.
Laki-laki tersebut mengambil buku yang diletakkan sembarangan oleh Amira tersebut. Dan meletakkannya kembali di rak yang sebenarnya.
Amira masih menutup matanya, dia juga dapat merasakan tubuhnya terhimpit oleh tubuh laki-laki tersebut dan Amira juga dapat merasakan parfum yang familiar di hidungnya. Amira menikmati harum parfum tersebut. Parfum tersebut sering sekali digunakan oleh Juna, oleh karena itu hidungnya bisa mengenali parfum tersebut.
"Kalau tidak sampai, bisa memberitahu orang lain untuk membantumu!" Ucap laki-laki tersebut dengan membisikkan ke telinga Amira.
Jantung Amira berdebar tak karuan, ketika laki-laki tersebut membisikkan sesuatu ditelinga nya. Amira membuka matanya dan terkejut melihat Juna yang kini berada dihadapannya. "Kam–kamu?" Ucap Amira dengan terbata-bata.
Juna hanya menatap Amira datar lalu pergi meninggal cewek tersebut yang terlihat terkejut ketika dia dihadapannya.
Amira tersadar dari lamunannya dan merutuki dirinya sendiri karena telah membiarkan Juna pergi. Padahal Amira ingin bicara dengan Juna masalah dia yang tak kembali kepadanya. Tapi apalah dayanya yang kini Amira bisa melihat punggung Juna yang pergi meninggalkan dia tanpa mengucapkan satu kata pun.
Amira berjalan dengan kesal. Benar-benar kesal. Kenapa dia bisa kaku melihat Juna yang ada dihadapannya tadi. Meskipun dia sudah tahu jika Juna masih hidup.
Amira berjalan menuju kelasnya yang pintunya tertutup. Amira membuka pintu tersebut dengan berjalan empat langkah dari keberadaan pintu kelasnya.
"Harus–" kata-katanya terhenti ketika seiringnya dengan langkahnya terhenti. Dia melihat seluruh isi ruangan yang sangat hening. Benar-benar hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] Setelah kepergian Gladys, Juna melanjutkan kuliahnya di Prancis. Dia berhasil mendapatkan gelar S1 nya. Dan sekarang dia balik ke Indonesia untuk merintis karirnya yang menjadi dokter. Namun, di sela-sela kesibukannya menjadi dokter. Jun...