Setelah apa yang terjadi semalam, Amira tak menyangka jika dirinya akan menikah secepat ini. Pasalnya dia masih berumur 20 tahun, dia tidak siap untuk menikah, dan yang terakhir adalah dosen tak tau diri itu yang akan menjadi calon suaminya.
Acara tunangannya di gelar di rumahnya Amira. Sederhana dan tidak mewah. Karena itu semua adalah permintaan dari Amira. Dan orang tua pihak laki-laki serta perempuan juga menyetujuinya.
Amira meneteskan air matanya. Dia melihat dress yang ia kenakan saat ini. Bewarna gold serta riasan wajah yang membuat dirinya lebih cantik. Tapi hatinya sangat gundah. Kenapa dia harus kenal dengan dia? Kenapa harus menikah secepat ini?
"Mbak jangan nangis dong, nih make up luntur nanti! Kenapa sih mbak? Bukannya tunangan itu yang di idam-idamkan oleh semua wanita?" Ucap perias dengan menambahkan make up di pipinya Amira yang terkena air matanya. Amira hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Dia tak kuasa dengan kenyataan ini.
Pintu kamar terbuka, dan menampakkan bunda Reta yang tersenyum hangat melihat anaknya. Dia mendekati anaknya lalu mengelus kepalanya dengan lembut. "Jangan takut! Kamu harus bahagia, kamu akan mendapatkan calon suami yang baik. Dan itu sangat langka sayang," tenangnya bunda Reta.
APA GUE HARUS NGERTIIN KEADAAN INI? APAKAH HARUS BERDAMAI DENGAN SEMUA INI?
"Iya udah ayo, sudah jam 10 siang. Dan keluarganya sudah ada di bawah!" Ucap bunda Reta. Amira mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk menuju ke bawah.
Wajah Amira terus menunduk. Dia tak kuasa melihat semua orang yang mendatangi acara tunangannya. Padahal yang diundang adalah kerabat dekat mereka saja. Dan tanpa sahabat Amira. Iya, dia tidak mengundang mereka karena dia tidak ingin tau atas hubungannya dengan dosennya bernama Juna.
Semua orang terpesona dengan wajah cantiknya Amira. Dan Juna? Dia hanya melirik sekilas dan tersenyum tipis.
"Baiklah acara ini akan kita mulai," ucap pembawa acara tunangannya Juna dan Amira.
Semua kerabat yang hadir di acara tunangannya bertepuk tangan setelah Juna memasangkan cincin di jari manis milik Amira. Dan begitupun sebaliknya.
"Acara selanjutnya adalah foto bersama dengan calon pengantin kita hari ini!"
Semua kerabat pun antri giliran untuk berfoto. Dan ada juga yang makan terlebih dahulu sebelum berfoto. Dan ekspresi yang digunakan oleh Amira adalah senyum palsu. Mau tidak mau dia harus tampak bahagia di depan keluarganya. Sedangkan Juna hanya tersenyum tipis saat berfoto. Sedangkan di luar foto, dia memasang wajah datarnya kembali.
Kini giliran Juna dan Amira foto berdua. Gaya mereka sangat kaku, dan membuat fotografernya gemes sendiri melihat gaya mereka yang kaku.
"Jangan kaku dong, kalian kan sudah pasangan. Iya udah biasa aja jangan kaku-kaku amat!" Tegur fotografernya yang mulai pusing melihat gaya Juna dan Amira yang kaku. Mereka menganggukkan kepalanya secara bersamaan.
Juna dan Amira foto candid dengan memperlihatkan cincin yang ada di jari manis mereka. Mereka tampak bahagia di foto tersebut. Amira yang menatap Juna dengan tertawa dan Juna melihat Amira dengan senyum tipis.
🥀🥀🥀
Setelah acara selesai, Amira pun pergi ke kamarnya tanpa berpamitan ke orang tuanya. Dia sangat galau, benar-benar galau.
"Amira!" Ucap ayahnya yang membuat Amira menghentikan langkahnya. Amira menghampiri ayahnya lalu duduk disebelah ayahnya.
"Kamu gak ngajak Juna ke kamar kamu?" Tanya ayahnya. Amira mengernyitkan dahinya. Dia tidak paham apa yang dimaksudkan oleh ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[COMPLETED] Setelah kepergian Gladys, Juna melanjutkan kuliahnya di Prancis. Dia berhasil mendapatkan gelar S1 nya. Dan sekarang dia balik ke Indonesia untuk merintis karirnya yang menjadi dokter. Namun, di sela-sela kesibukannya menjadi dokter. Jun...