"Gila lo ya!"
Kata-kata yang terdengar oleh panca indera milik Amira sukses membuat dia terkejut. Dia menghentikan langkahnya untuk melihat siapa yang berbicara sekeras itu di dalam kamar mandi perempuan.
Amira memasuki kamar mandi, seolah-olah dia ingin membersihkan tangannya yang kotor. Padahal dia hanya ingin tahu siapa yang berbicara keras sampai terdengar dari luar kamar mandi.
Amira menyalakan kran wastafel lalu membasuh tangannya ke air yang mengalir. Sorot mata Amira terus melirik ke arah perempuan yang sangat familiar menurutnya. Cara berpakaiannya hingga cara berdiri.
Plak! Tamparan berhasil mendarat di pipi orang yang tidak bisa Amira lihat siapa orang tersebut. Amira mendengar tamparan tersebut, langsung melihatnya untuk memastikan siapa orang tersebut.
"Kalian ngapain disini?" Tanya Amira ketika melihat orang tersebut adalah Vina dan juga Indri.
Mereka terkejut ketika melihat Amira berdiri diluar, terlebih lagi Indri yang benar-benar salah disini. Vina memergokinya pada saat Indri sedang berbicara kepada seseorang dibalik telepon yang sedang membicarakan Amira.
Vina mengetahui hal tersebut langsung menyeretnya ke dalam kamar mandi, agar Vina lebih leluasa bertanya kepada temannya tersebut.
Vina melontarkan beberapa pertanyaan mengenai apa yang telah dibicarakannya dibalik telepon tadi, justru Indri terus mengelak seolah-olah dia tidak tahu apa-apa mengenai Amira.
Dan semalam, pada saat Indri datang ke rumah Amira dan mengatakan bahwa dia tahu keberadaannya Juna, tiba-tiba Miko mengusir Indri keluar rumah dan menutup pintunya rapat-rapat. Miko menjelaskan apa yang dia lihat mengenai barang yang dibawa oleh Indri. Iya, Indri mengenakan kamera CCTV sekecil apapun itu berhasil diketahui oleh Miko. Miko tidak tahu persis untuk apa perempuan itu membawa kamera CCTV ke dalam rumah. Tapi dia yakin, jika perempuan tersebut adalah suruhan dari Clara.
Kembali lagi ke tempat kejadian, Amira menatap Vina dengan penuh pertanyaan yang ingin dia lontarkan kepadanya. Tapi niatnya dia urungkan dan memilih menatap Indri yang sedang menundukkan kepalanya.
Amira melihat sebuah benda pipih yang ada ditangannya Indri. Dia mengambil benda pipih tersebut dari tangan Indri untuk mengecek handphonenya Indri.
Jempol Amira sangat mahir mengotak-ngatik handphone milik Indri. Dia bersyukur jika handphonenya tidak ada kata sandi yang merepotkan, dia hanya perlu mengusap ke atas untuk membuka kata kunci.
Dalam aplikasi tidak ada yang mencurigakan, tapi hanya satu aplikasi yang belum Amira buka, yaitu telepon. Amira menatap Indri sesaat sebelum dia membuka telepon dari handphonenya Indri. Setelah menatapnya, Amira langsung membuka aplikasi tersebut dan dia terkejut jika panggilan terakhir tersebut dari bu Clara.
Amira menatap tajam ke arah Indri dan memberikan handphone kepada miliknya. Lalu Amira menyeret Indri keluar dari kamar mandi untuk menuju ke taman kampus.
Suasana yang sedikit sepi meskipun hanya beberapa mahasiswa yang sekedar duduk ataupun berjalan mondar-mandir. Amira menghentikan langkahnya dengan melepaskan genggaman tangannya yang mengepal tangan Indri hingga dia tersungkur jatuh ke tanah.
Vina terus membuntuti temannya yang entah pergi kemana dan mau melakukan apa. Dia terus membuntutinya karena dia takut jika Amira akan lepas kendali dan bisa menyebabkan orang lain terluka.
"Ndri, dari dulu lo udah gue anggap sebagai teman dan sahabat gue! Tapi gue tetap gak nyangka lo bakal ngelakuin hal setega ini sama gue!" Ucap Amira kepada Indri.
Semua orang yang ada di taman tersebut langsung menyaksikan Amira dan Indri yang sedang beradu mulut.
"Sekarang lo bisa katakan ke gue, apa salah gue sebenarnya sampai lo tega ngelakuin ini semua ke gue?" Tanya Amira.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PERFECT LECTURER✓ [COMPLETED]
Novela Juvenil[COMPLETED] Setelah kepergian Gladys, Juna melanjutkan kuliahnya di Prancis. Dia berhasil mendapatkan gelar S1 nya. Dan sekarang dia balik ke Indonesia untuk merintis karirnya yang menjadi dokter. Namun, di sela-sela kesibukannya menjadi dokter. Jun...