53. Rain

248 17 0
                                    

Enjoy it guys..

🌻🌻🌻

Pagi ini matahari sedang malu-malu untuk menampakan dirinya dari ufuk timur. Suara kicauan burung pun tak terdengar karena tak ada yang menyinari mereka. Hanya suara petir yang bergemuruh membuat sang mentari takut akan menampakan dirinya.

Angin kencang yang membuat pepohonan bergoyang, ditambah tetes demi tetes air hujan yang turun menyentuh kaki bumi yang menambah hawa di pagi hari ini dibilang cukup...syahdu.

Biasanya hawa yang seperti ini digunakan untuk bermalas-malasan bagi orang-orang yang pemalas.

Tapi tidak dengan seorang gadis yang ada di dalam kamar yang di dominasi warna biru laut itu, dirinya sudah siap dengan berseragam putih abu-abu melekat pada tubuhnya yang nampak pas, ditambah make up yang ter-rias di wajahnya yang sangatlah natural dan jangan lupakan rambut panjang yang dibiarkan menghirup udara syahdu ini, menambah kesan...cantik.

Gadis itu sudah siap akan keberangkatannya ke sekolah. Selesai bersiap, dirinya berjalan menuju meja belajar yang tak jauh dari ia berdiri sekarang, ia mengambil tasnya lalu ia taruh di bahu sebelah kanan, berjalan keluar kamar. Saat dia benar-benar hampir keluar dirinya melihat ke sekeliling kamar memastikan apakah ada yang ketinggalan atau tidak?? Serasa sudah cukup ia menutup pintu kamarnya.

Menuruni tangga dengan pelan dan sesekali melihat sekeliling yang masih tampak sepi. Ternyata oh ternyata para keluarganya sudah berkumpul di ruang makan menunggu dirinya. Ah dirinya jadi tidak enak.

"Pagi semua," sapa gadis itu berjalan mendekati keluarganya.

"Pagi sayang."

"Pagi dek."

"Pagi Erly."

Yah gadis itu Erly Albetro. Gadis yang duduk di dekat abangnya--Dirga.

"Mau sarapan apa sayang?" tanya Cahya yang hendak mengambil hidangan yang ada di depan mereka.

"Roti sama susu anget aja ma," jawab Erly seraya meletakkan tas di belakang tempat tubuhnya.

Cahya mengangguk lalu menyiapkannya, setelah itu ia taruh di depan Erly.

Erly menerima piring yang disodorkan oleh sang mama tak lama ia berucap, "Makasih ma," dengan seulas senyum.

Cahya mengangguk, "Sama-sama."

Diam.

Satu kata itulah untuk mengambarkan kondisi ruang makan keluarga Aldebaran. Saat makan sang kepala keluarga--Bara, menyuruh semuanya diam dan menikmati makananya yang mereka santap dengan hikmat.

🌻🌻🌻

Tak beda dengan kediaman Alexander. Mereka juga sedang sarapan dengan hikmah, hanya suara denting sendok yang mendominasi suara di ruang makan itu.

"Aksa nanti El diajak kesini! Mama mau ketemu sama dia," perintah Anjani setelah selesai sarapan.

Aksa yang sedang mengunyah sarapannya ia hanya mengangguk. Setelah dirasa kunyahanya di telan, "Oke ma."

Perlu di ketahui keluarga Alexander dan Aldebaran sudah mengetahui soal Aksa dan Erly sahabat dari dulu.

Dimula saat setelah acara Satria menyatakan cintanya ke Dela, Aksa langsung mengajak Erly jalan-jalan katanya mau ngomong penting. Daripada di buat penasaran Erly ngikut aja dan Aksa mengajak di rumah pohon.

Dan disitulah Aksa bilang kalau dia Sasa nya El, awalnya Erly gak percaya tapi Aksa memiliki banyak bukti dan juga cerita-cerita yang membuat Erly terkejut bukan main.

ERLY ALBETRO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang