56. Santan Kara

226 13 0
                                    

Enjoy it guys..

🌻🌻🌻

Bagaikan semut yang meninggalkan gula, berlarian kesana kemari, berpencar, memisahkan diri dan tidak mempedulikan orang lain, mencari tempat yang aman.

Sama seperti manusia-manusia ini. Yang berlarian keluar ruangan yang menjadi saksi bisu atas kesungguhan mereka. Berlari keluar tanpa mempedulikan yang lain. Yang mereka butuhkan sekarang adalah menghirup udara segar dari alam.

Bukan karena sesak nafas atau bagaimana, namun suatu kegiatan yang membuat otak mereka mendidih, ketar ketir mentalnya. Ketar ketir karena takut usaha yang selama ini mereka lakukan menjadi sia-sia. Tapi apa daya mereka hanya butuh doa.

Mereka siswa dan siswi SMA Andromeda.

Selesai melaksanakan ujian kelulusan yang terakhir, akhirnya mereka bisa bebas dari semuanya itu, tapi tidak seutuhnya bebas. Masih ada satu yang mengganjal yaitu nilai mereka. Berhamburan kesana kemari melepas lelah dan penat.

Sama halnya yang di lakukan oleh 3 gadis ini mereka mengabaikan orang yang bersorak mengatakan

Finally

Mereka abaikan, mereka menuju pohon mangga yang tak jauh dari tempat kejadian bersorak, menghempaskan pantatnya dibawah pohon dan punggungnya bersandar di batang pohon itu.

"Akhirnya ujian kita selesai," kata gadis yang duduk di tengah dengan menghela nafas lega.

"Iya Alhamdulillah semoga hasilnya baik, dan kita semua lulus," sahut gadis yang duduk di sebelah kiri.

"Ammin," sahut gadis yang duduk di sebelah kanan.

"Audi dan kawanya!! Kalian gue cariin eh taunya lesehan di sini," teriak seorang cowok yang tak jauh dari tempat berteduh.

Yah mereka Audi, Erly dan Dela. Sang empu yang di panggil hanya meringis.

"Ehehe sorry gue kira kalian mau kumpul sama cowok yang lain," jawab Audi yang tak enak.

"Itumah Dika kalau gue ya mau sama bebeb," tukas Satria lalu duduk di samping Dela.

"Hai beb, gimana ujianya??"

"Baik aja kok Sat."

"Sekali kali manggilnya jangan Sat dong!! Udah pacaran manggilnya kok Sat, panggilan spesial kek," rajuk Satria yang memalingkan wajahnya kearah lain.

"Spesial makanan? Martabak," kata Dela yang mulai jengah dengan Satria. Bukan apa-apa tapi dulu katanya Satria boleh manggil nama asalkan ada unsur cintanya, lha sekarang?

"Ck bukan itu beb, kayak sayang, honey, bubu dan sebagainya."

"Gpp Sat gue lebih suka manggilnya gitu kok."

"Nama panggilan 'Sat' udah banyak yang gunain, yang lain kek ya ya ya," bujuk Satria.

Dela nampak diam sedang berfikir panggilan apa yang cocok buat manusia kayak Satria. Aha dia menemukan sesuatu...

"Kara," kata Dela yang sudah menemukan panggilan yang pas untuk Satria.

"Hah kara??" beo Satria 6ang tak tau maksud panggilan itu.

"Pfttt maksut lo santen kara?" Sahut Dika tiba-tiba dengan nada mengejek.

"Heh matamu," maki Satria tak terima enak saja dirinya di samakan dengan santen kara.

"Gimana Kara bagus kan?" tanya Dela memastikan dan meminta persetujuan.

"Dapet panggilan tuh dari mana?"

ERLY ALBETRO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang