42. Teror (2)

221 20 21
                                    

Enjoy the reading..

🌻🌻🌻

"Assalamualaikum tante, om, semuanya," salam dari mulut seorang cowok yang baru saja masuk ke kediaman Aldebaran.

"Waalaikumsalam," jawab penghuni ruang tamu serempak.

"Audi, Dika kok pulangnya malam?? Kata Satria kalian tadi ke tinggal?"

Pertanyaan beruntut keluar dari mulut Cahya. Ya memang Audi dan Dika sekarang sudah di kediaman Aldebaran, datangnya malam karena insiden tadi sore.

Tadi sore? Yeah.

Khaisar yang meminta Dika jadi kuda terus nggak mau di tinggal akhirnya Audi dan Dika berinisiatif menemani Khaisar main sampai puas dan berujung ketiduran.

Bunda Khaisar??

Di usir dari kamar karena Khaisar kalau udah asik main sama itu pasti nggak boleh ada yang gangu sekalipun itu bundanya.

Dan berakhir Audi dan Dika ke kediaman Aldebaran, malam hampir mulai acara doa bersama, kalau Dika nggak ngebut pasti ini nanti sudah mulai, kan gak enak datang di acara doa bersama kok di pertengahan.

"Iya tante, tadi ada masah dikit di jalan dan mengantar Audi pulang dulu dan tetakhir harus main sama Khaisar," jelas Dika.

Dahi Cahya mengkerut, "Siapa Khaisar?"

"Ponakan aku tante. Anaknya kakak aku," sahut Audi tiba-tiba, yang entah sejak kapan sudah duduk manis di dekat Cahya.

"Oh kalau main kenapa sampai malem?"

"Dia kalau udah asik sama 'itu' pasti nggak mau di udahan, nunggu sampai puas dulu, dan kalau rasa puas-nya ya tidur. Jadi kita nunggu dia tidur dulu baru kesini," 'itu' yang di maksut Audi adalah kesenangannya.

"Oh gitu," mama mengangguk, "Kita ke depan yuk, acara udah mau mulai," lanjutnya diangguki yang lain.

Dela??

Ada di sana setelah dari cafe tadi dia langsung ke kediaman Aldebaran, meminta maaf sebesar besarnya. Keluarga Aldebaran maklum dan mereka juga sudah memaafkan Dela walaupun Dela yang bikin Erly masuk rumah sakit dan koma tapi bukan dia yang memulai masalah ini dan bukan dia juga yang buat Erly meninggal.

Terus siapa yang buat Erly meninggal??

Yang pasti manusia.

🌻🌻🌻

Kalau di kediaman Aldebaran suasananya adem. Kenapa adem?? Karena denger lantunan ayat-ayat suci, beda halnya dengan kediaman Brawijaya, mereka semua di ributkan dengan suara tangis bocah kecil yang sedari tadi tidak berhenti.

Bukanya berhenti, tapi tangisannya semakin kencang. Siapa lagi kalau bukan Khaisar.

"HUAAAAA OM IKA," teriakan itu menggelar di penjuru rumah. Sedari Khaisar berteriak itu-itu aja.

Semua penghuni rumah kewalahan karena menenagkan Khaisar yang sedari tadi menangis manggil Om Ika. Bahkan bundanya-Amel saja kewalahan,

"Ical jangan nangis! nanti gak di beliin oma maina lho," sedari tadi Amel mencoba menenangkan Khaisar dengan kata-kata yang membuat Khaisar luluh, tapi apadaya, tidak luluh sama sekali.

ERLY ALBETRO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang