#Day and Night (Ost. Start Up#
###
Pada awalnya Dea tidak berniat untuk mencari lebih tau apa yang sedang dilakukan Lova dan bersama siapa. Tapi rasa penasaran yang begitu besar terbesit begitu saja dalam kurun waktu beberapa detik. Stigma demi stigma yang sangat klise menghantui pikiran Dea, hingga pada akhirnya Dea memberanikan diri untuk membuntuti Lova seharian ini. Aktivitasnya kebanyakan dihabiskan di rumah, ke luar hanya sebatas untuk pergi ke mini market terdekat yang dengan pedenya mengenakan boxer motif alpokadot berwarna kuning tua. Sedikit menyempatkan waktu berdiam di depan mini market, duduk di kursi yang sudah disediakan di sana. Dea menebak jika laki-laki itu sedang bermain games di ponselnya, terlihat begitu asyiknya kedua jari jempolnya bergerak kesana kemari di layar ponsel.Dea melemaskan punggungnya, aktivitasnya mengintai Lova tentu saja tidak mudah, ia harus lebih banyak duduk di dalam mobil yang mengakibatkan pantatnya terasa kebas. Beberapa cemilan di sampingnya hampir habis hanya menyisakan satu batang coklat yang masih utuh dan beberapa botol minuman manis.
Tok... tok...
Perhatian Dea teralih ketika terdengar ketukan dari jendela. Dengan tampang cengonya, mata Dea terbelalak begitu mendapati seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam mobilnya.
"Lo kok bisa di sini heh?!" Hardik Dea merasa terheran dengannya. Namun ucapan Dea tidak dijawab. "Sumpah, Gar. Lo bikin gue kaget tahu," ucapnya lagi.
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa?"
"Kenapa lo di sini? Maksud gue, kenapa lo seharian ini mengamati Lova?"
Dea terdiam menatap Gara tidak percaya. Dea pikir aksi mata-matanya tidak akan diketahui oleh siapa pun.
"Lova tahu?" Gara menggelang sebagai jawaban yang menghasilkan kelegaan bagi Dea. Akan dibawa kemana wajahnya jika Lova mengetahui perbuatan Dea saat ini.
"Menurut lo bagaimana hubungan yang sudah tidak ada rasa percaya satu sama lain?" Ucap Gara secara tiba-tiba. Secara tidak langsung hal itu membuat Dea terdiam memikirkannya. "Atau di dalamnya begitu banyak hal yang dimanupulasi, seolah nampak baik-baik saja namun ketika ditelaah lebih dalam dan dirasakan bahwa hubungan itu jauh dari kata baik?"
"Gue anggap sebagai rintangan dalam hubungan." Sebenarnya dia tidak begitu yakin, ia tidak bersungguh-sungguh mengucapkannya.
"Kalau saja Lova yang melakukan seperti yang lo lakukan sekarang, gimana perasaan lo?"
Dea terhentak atas pertanyaan dari Gara. Dengan membayangkan keadaan yang berbalik padanya, tentu saja Dea tidak terima begitu saja jika Lova membuntutinya secara diam-diam. Itu seolah...
Ya, sudah tidak ada kepercayaan lagi.
Namun memang dasarnya Dea sebagai wanita yang tidak mau mengalah dengan pasal yang sudah paten jika wanita selalu benar. Dea membenarkan perbuatannya kali ini dengan alasan ia hanya penasaran, ia hanya ingin membuktikan dan mungkin saja ini menjadi kesempatan terakhir untuknya.
"Gue gak akan memihak salah satu diantara kalian. Tapi lo juga perlu tahu."
"Maksud lo?"
"Tunggu sampe jam 5 sore," ucap Gara membuat rasa penasaran Dea meninggi.
Membutuhkan tiga puluh menit lagi hingga tepat jam 5 sore. Entah apa yang dimaksud Gara tentu saja itu membuat Dea merasa tidak tenang. Posisinya kini sudah di sekitaran rumah Lova setelah laki-laki itu memutuskan untuk pulang. Kemudi sudah beralih tangan, Gara memutuskan untuk mengendalikannya.
Waktu tidak tepat menunjukkan jam 5 sore tetapi di depan sana nampak Lova ke luar dari rumahnya. Pakaiannya terlihat rapi, siapa saja bisa tahu jika Lova hendak pergi. Perhatian Dea dan Gara mengarah pada satu tujuan, Gara dengan sikap santainya mulai menghidupkan mobilnya, mengendarai dengan hati-hati di belakang mobil yang dikemudikan oleh Lova.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeaLova
Teen Fiction"Cinta memang tidak tahu kapan ia datang, tapi cinta tahu kapan semestinya ia pergi." Dea. "Mencintaimu adalah keputusanku yang mutlak, dan menyakitimu ketidaksengajaan yang ku perbuat." Lova. _DeaLova_