⬆️Ada Cinta — (Cover) 🎵⬆️
***
"Lo pernah mikir gak kalau Gara suka sama lo?"
"Mungkin."
"Lo pernah mikir juga gak kalau gue suka lo?"
Dalam hitungan detik langkah Dea terhenti, tubuhnya terdiam. Setelah menyadarinya ia berbalik menghadap Lazuardi. "Gue gak mau musuh jadi cinta."
"Bukannya hal itu sudah lumrah di sekitar kita?"
"Ketika musuh jadi cinta, lo akan beribu kali untuk melepaskan. Musuh lebih tahu apa kelemahan dalam hidup lo dan akan selalu mudah untuk menarik perhatian meski seberapa besar lo merasa kecewa padanya."
Lazuardi sejenak memfokuskan atensinya pada Dea, Lazuardi pikir akhir-akhir ini Dea sedikit lihai mengeluarkan kata-kata yang tidak biasanya dan sedikit menjaga ucapannya.
"Gue gak tahu yang lo omongin itu serius atau enggak dan gue harap lo jangan pernah merasakan hal itu. Kalaupun benar, entah apa yang harus gue lakuin dan yang pasti mari kita lihat ke depannya akan seperti apa."
Mereka melanjutnya langkahnya dan sedikit melupakan pembahasan yang sedikit membuat suasana antara mereka canggung. Benar apa yang Lazuardi rasakan jika Dea mengalami perubahan, tidak tahu apa yang sedang disembunyikan, sepanjang jalan tatapannya tak pernah fokus sama sekali, tidak pernah menghiraukan tatapan murid lain yang terang benderang mengulitinya. Ketika alis Dea berubah mengkerut dan mata menyipit, Lazuardi memelankan langkahnya. Ternyata Dea akan menghampiri Miki yang rupanya sedang berbicara dengan Gara.
"Mik."
Perhatian Miki sebentar teralihkan pada Dea sebelum ia memutuskan untuk lebih fokus lagi pada Gara.
"Nanti gue jelasin lebih rinci. Kita ketemu di tempat biasa aja."
"Sore atau malam nanti gue konfirmasi lagi. Menarik, sih. Cuman gue harus pertimbangin."
Miki nampak mengangguk, tingkahnya tidak memperdulikan keberadaan Dea di sana.
"Gue cabut duluan, kita tunggu." Pamit Miki hendak pergi.
"Mik, lo gak baca chat gue?"
Dan pada saat itu Dea hanya bisa melihat Miki menatapnya tanpa membalas sedikit pun. Langkah lebarnya membuat jarak mereka semakin jauh. Dea terheran-heran di tempat, tingkahnya semakin membuat Dea merasa ada yang salah pada Miki. Setelag mengabaikan pesannya sekarang Miki mengabaikan dirinya di depan matanya.
"Gar—"
"Yuk, berangkat!"
Alis Dea terangkat bingung."Apa?"
"Lo gak buka chat grup?"
Dea terdiam lalu menggeleng. "Gue silent."
"Emang kenapa?"
"Kumpul sama yang lain."
Dea mengangguk pelan. Tiba-tiba bahunya terhentak begitu sebuah lengan merangkulnya. "Gue boleh gabung?" Itu Lazuardi yang tiba-tiba saja datang.
"Gar, kenapa gue merasa kal—"
"Lo sabar aja. Mending kita berangkat sekarang."
Dea menghela napas berat. Bahkan Gara pun sama-sama sedikit menghindar darinya. Kenapa semua orang seolah menyalahkan dirinya atas situasi yang terjadi. Dea bahkan tidak pernah menginginkan situasi ini bisa ia rasakan antara yang lainnya, tapi Dea memang harus melakukannya dengan sedikit egois.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeaLova
Teen Fiction"Cinta memang tidak tahu kapan ia datang, tapi cinta tahu kapan semestinya ia pergi." Dea. "Mencintaimu adalah keputusanku yang mutlak, dan menyakitimu ketidaksengajaan yang ku perbuat." Lova. _DeaLova_