43

268 10 1
                                    

Bali, 2015

Hari minggu diakhir bulan selalu Dea manfaatkan untuk berbelanja. Sekadar memanjakan diri, entah dengan berbelanja keperluannya atau memanjakan dengan memilih ke body spa disalah satu tempat langganannya. Untuk sekarang Dea lebih memilih memanjakan tubuhnya. Biasanya di hari minggu selalu dipenuhi dengan pelanggan ibu-ibu. Terbukti dengan sekarang Dea harus lebih lama mengantri untuk menunggu gilirannya.

Mencoba menghilangkan rasa bosan dengan memainkan ponsel, menonton televisi yang sudah disediakan, atau bermain dengan anak kecil pemilik tempat.

"Emang bedanya buaya sama crocodile apa?"

Dea menahan tawa, bisa ditebak jika Aci si bocah kecil ini sedang dikerjai oleh kakaknya.

"Sama-sama bahaya." Jawab Dea.

"Aci jangan mau deket sama buaya ataupun crocodile. Apalagi buaya darat."

Bola mata Aci melebar, memperlihatkan wajah polosnya. "Buaya darat apa ka Dea?" Dea menepuk dahinya merasa salah berbicara.

"Sini." Sambil menarik Aci lebih dekat lalu membisikkan sesuatu sehingga membuat Aci manggut-manggut.

"Siap! Nanti Aci kasih tau lagi ka Dea."

Dea mengangguk dengan menahan tawa. Selepas Aci berlari kecil menjauhinya, Dea menghela napas begitu lega, tak urung tawanya bisa lepas. Dea sudah tau Aci begitupun dengan Kakaknya yang selalu menjahili Aci, tapi justru hal itu membuat Dea merasa greget dengan hubungan saudara diantara mereka. Apalagi, jika kebetulan kakaknya Aci berada di sana, Aci selalu mengadu pada Dea dengan begitu manja. Hubungannya memang sudah sangat dekat terlihat sudah sangat sering Dea mengunjungi tempat itu.

"Sudah lama tinggal di sini tapi kenapa baru mampir, Jeng?" Terdengar ibu-ibu sedang berbicara setelah keluar dari salah satu ruangan.

"Baru sempat, saya baru selesai mengurusi surat pindah dan keperluan anak-anak." Jawab ibu yang satunya. Dea sedikit menggeser tubuhnya ketika Ibu itu lebih memilih duduk di sofa yang sama.

"Yasudah, saya senang kamu ternyata masih mengingat tempat ini. Kalau begitu saya ke dalam dulu. Masih banyak ternyata." Kekehnya diakhir.

Dea jadi kaku begitu tidak lama diperhatikan oleh ibu-ibu di sampingnya. Hal yang begitu Dea benci yaitu diperhatikan secara terang-terangan seperti ini. Dengan berani, Dea menoleh. Keduanya saling tatap, dan membuat Dea tersadar bagaimana cantiknya beliau. Tanpa sadar Dea tersenyum.

"Ade ke sini sama siapa?" Tanpa diduga beliau bertanya.

"Sendiri tante."

"Ibunya gak tau kalau kamu ke sini sendirian?"

"Tau tante, saya sering ke sini."

Beliau menggelengkan kepalanya. "Anak kecil jaman sekarang sudah bisa datang kesini." Gumamnya.

Lantas saja Dea melotot, jadi Ibu-ibu ini mengaggap Dea masih kecil?

"Saya sudah mau lulus SMP, Tante." Jelas Dea dengan ramah. Spontan saja terlihat keterkejutan dari raut wajah beliau. Diperhatikannya tubuh Dea yang mungil dari atas sampai bawah. Tubuh yang bisa dikategorikan masih anak SD, bedanya tubuh Dea memang sedikit tinggi terlihat ketika Dea saat ini tengah berdiri.

"Maaf, saya kira masih SD."

Perkataannya hampir saja membuat Dea mengeluarkan dengusan, tapi sebisa mungkin Dea memberikan senyuman ramah. "Ah, tidak apa-apa Tante. Bukan hanya Tante saja yang menganggap begitu."

DeaLovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang