49

193 13 1
                                    

"Lo mau tayo atau angry bird?"

"Itu, kan, buat cowok, Lova!" Tungkas Dea.

"Masa lo mau berbie?"

"Emang kenapa kalau berbie? Salah gitu?"

"Ya gak pantes aja gitu loh."

"Lagian kenapa, sih? Ko tiba-tiba pengen banget beliin gue boneka?"

"Gue baru sadar aja selama ini gue cuman ngasih lo makan terus. Pernah sih barang, itu pun mainan cowok—Play station."

Dea merasa heran. Memangnya salah jika ia menyukai benda itu? Lagian kan lebih seru daripada main boneka. Duh, ingatkan Dea jika hal itu sangat membosankan. Pernah sekali, waktu kecil Dea diajak bermain boneka oleh tetangganya dan saat itu Dea merasa waktu begitu lambat, membosankan dan beberapa kali Dea menguap.

"Lagian boneka cuman buat pajangan doang— eh, eh, jangan pernah sekalipun lo ambil itu boneka, menuhin kamar aja!" Cegat Dea begitu melihat Lova yang hendak mengambil boneka dengan ukuran yang lebih besar dari tubuhnya.

"Biar ada kenangan dari gue."

Dea terdiam, "lo ada maunya, ya?"

"Emang selama ini gue selalu ada maunya sama lo?"

"Ya, enggak juga, sih."

"Atau lo ada salah, ya, sama gue?" Tebak Dea curiga. Lova berbalik menghadap Dea, "lo curigaan banget orangnya."

"Aneh aja, gitu."

"Mending pulang aja, yuk. Capek nih" Dengan cepat Dea menggeret tubuh Lova menjauhi toko tersebut. Bisa bahaya jika Lova benar-benar mengambil boneka yang super jumbo itu.

"Lo duluan aja, gue mau ke toilet."

Dea mengangguk dan lebih dulu keluar dari pusat perbelanjaan. Selama menunggu Lova ia menghilangkan rasa bosannya dengan memainkan ponsel sebelum ponsel itu menampilkan dering telpon dari Cika.

"Hallo, Cik. Kalau lo nelpon cuman mau curhatin Miki mending nanti aja, deh. Gue lagi di luar–"

"Dea...!"

"Apa? Gak usah teriak Cika, telinga gue sakit, nih."

"Lagian lo main cerocos aja, gue kan belum ngomong."

"Lo dari tadi udah ngomong loh, Cik." Jengah Dea.

"Lo gak tau kalau Anna masuk rumah sakit?" Ucap Cika jelas.

Dea sedikit berjengit. "Lagi? Ko bisa, sih?"

"Anna belum cerita, gue dari tadi di sini nungguin dia sama yang lainnya."

Dea menggelengkan kepala begitu Lova masuk ke dalam mobil dan menawarkan sebuah minuman hangat kepadanya. Lova pun sempat bertanya siapa yang sedang berbicara dengannya.

"Yaudah gue ke sana sekarang."

"Cepetan, bawa makanan ya!"

Dea langsung memutuskan telponnya. Kenapa baru sekarang ia mendapatkan kabar tentang Anna?

"Lo gak tau kalau Anna masuk rumah sakit?" Tanya Dea langsung kepada Lova.

"Tau." Jawabnya. "Minum dulu."

Dea mengambilnya, meneguk sedikit lalu kembali menatap Lova.

"Ko gak ngasih tau gue?"

"Takut lo khawatir."

"Anna juga temen gue."

"Lagian kan sekarang lo tahu."

Dea sedikit kesal, kenapa Lova seolah tidak acuh dengan kabar itu. Biasanya Lova akan menjadi garda terdepan jika menyangkut Anna.

DeaLovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang