LOLLIPOP
Cinta itu bukan mimpi tapi harapan. Bukan apa yang didapat tapi apa yang dirasa. Cinta bukan puisi tapi kata hati, tak perlu banyak diucap tapi buktikan dengan sikap.
~Anna~
***
Biasanya Dea akan ogah-ogahan disaat jam pelajaran olahraga, selain tidak bisa apa-apa mengenai pelajaran itu, Dea pun termasuk wanita yang mager-an banget. Apalagi kalau lari. Sudah, Dea lebih baik belajar biola beribu-ribu kali walaupun alat musik itu yang paling Dea tidak bisa.
Namun hari ini, semangat Dea sedang memuncak ketika ia mengetahui bahwa olahraga kali ini berhubungan dengan tenis meja. Nah, kalau satu ini adalah jenis olahraga yang sangat Dea sukai, selain permainannya yang tidak memakan banyak waktu, tempatnya pun di dalam ruangan, alhasil tidak harus panas-panasan di lapangan apalagi kalau sudah ditonton banyak siswa lain. Dea sangat malas.
"Aku duluan, ya."
Dea mengangguk sebagai respon untuk Berly lalu melanjutkan apa yang menjadi tujuannya sekarang. Karena Dea tidak mau ribet, terkadang ia meninggalkan seragam olahraganya di dalam loker, dan kebiasaan itu diikuti oleh teman-temannya.
Baru saja dibuka, Dea sudah terkejut dengan isi dalam lokernya. Lagi dan selalu sama. Sebuah surat tergeletak dengan warna yang sama setiap harinya. Namun yang berbeda kali ini adalah ketika surat itu selalu didampingi dengan benda yang beda-beda, kadang coklat, gantungan kunci, bahkan pernah daun kering, itu yang membuat Dea begitu tertarik.
Ada saja ide sang pengirim untuk memberikannya hadiah-hadiah kecil. Ah, Dea ragu apakah itu pantas untuk dikatakan hadiah?
Semangat manis di pagi hari untuk Dea terimut sejagat raya.
Baru satu kalimat saja ia baca, Dea sedikit mual tapi tak ayal ia terkekeh membaca tulisan receh bin alay itu.
Gue tebak lo pasti semangat, yakan? Iya dong, secara olahraga kali ini adalah bersangkutan dengan tenis meja. Hayoh, lo pasti bingung gimana gue bisa tahu? Udah gak usah banyak mikir, nanti otak lo makin gesrek. Tapi tenang deng, di hati gue cuma lo seorang walaupun kelakuan lo diluar kendali manusia, eh.
Tuh, kan. Sialan!
Dea ... disaat banyak orang yang gak suka memainkan bola pimpong, cuma lo wanita absurd yang seneng bermain permainan itu. Karena apa? Karena lo cewek gesrek tapi bisa bikin hati gue adem setiap melihat permainan lo.
♡♡♡
Dea berdecak sebal, dibuat kagum dengan isi surat yang kali ini isinya seolah menjatuhkan semangatnya.
"Cewek gesrek? Absurd? Serasa dibandingin sama kerak telor," ujar Dea mendramatisir.
Kemudian ia beralih ke benda satunya lagi, kali ini yaitu permen kiss berwarna biru, dengan biasa andalan permen kiss itu adalah kata-kata di belakangnya. Kan selain wangi permen kiss itu bisa ngomong. Begitulah kira-kira yang selalu Dea dengar di televisinya.
'Semangat'
"Pelit nih orang, nanggung banget ngasih permen cuma satu biji. Gak sekalian satu pack?"
***
"Aku tau ... Dirimu kini telah ada yang memiliki. Tapi bagaimanakah dengan diriku, tak mungkin ku sanggup untuk kehilangan dirimu..."
Dea bersenandung disetiap langkahnya. Sekolah sudah nampak sepi disaat hari sudah mulai sore. Walaupun masih ada murid lain yang masih di sekolah, biasanya mereka yang mengikuti organisasi tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeaLova
Teen Fiction"Cinta memang tidak tahu kapan ia datang, tapi cinta tahu kapan semestinya ia pergi." Dea. "Mencintaimu adalah keputusanku yang mutlak, dan menyakitimu ketidaksengajaan yang ku perbuat." Lova. _DeaLova_