"Lo mau sampai kapan di sini?"
"Kenapa?"
"Ini waktunya istirahat, lo gak laper?"
Dea tertawa kecil, tangannya mengusap perut kerempengnya. "pantesan utun daritadi berontak." gumamnya kecil. Lazuardi yang melihatnya menggelengkan kepalanya. "Gila emang."
"Yaudah ayok."
Dan kemudian mereka berjalan bersama. Keadaan semakin ramai seiring murid-murid yang satu persatu keluar dari kelasnya untuk mengisi perut kosongnya. Dea menyamakan langkahnya dengan Lazuardi sedikit menatap wajah lelaki itu dari samping. Meski dikatakan termasuk dalam kategori tampan tapi menurut Dea tak lebih tampan dari Lova. Hanya saja keunggulan Lazuardi adalah memiliki rahang yang begitu tegas dan bibirnya yang sedikit tipis dibandingkan Lova, dan Lazuardi memiliki aura yang berbeda, jiwa kepemimpinannya sudah terlihat di usianya yang sekarang. Dengan cepat-cepat Dea menangkis semua pemikirannya yang sudah membandingkan sosok Lazuardi dengan Lova. Mereka mempunyai kelebihannya masing-masing maka dari itu rasanya tidak pantas untuk membandingkan antara dua lelaki itu.
"Dea..." suara yang memekikan itu sangat menganggu pendengaran Dea membuatnya mencari ke arah sumber suara. Begitu matanya menangkap sosok yang tengah melambaikan kedua tanganya Dea pun tahu jika orang itu adalah Cika yang sedang duduk di barisan kanan kantin tentu saja dengan tektek bengek grup mereka. Pandangan Dea pun tidak bisa mengabaikan kedua sosok yang sedang ia hindari, Lova dan Anna. Saat ini mereka bahkan duduk saling berdampingan. Melihatnya Dea pun hanya bisa tersenyum lalu menarik tangan Lazuardi menuju pada teman-temannya.
"Ajagileee,,, kalian makin deket aja, sih." Seruan pertama yang berasal dari mulut Miki membuat Dea tersadar lalu melepaskan genggaman tangannya.
"Sialan... Lo kemana aja kampret?" Balasan dari Dea membuat Miki mengaduh kesakitan pasalnya Dea menoyor kepala Miki dengan kerasnya.
"Datang-datang udah dianiaya, salah apa gue ya Allah?" ringis Miki begitu lebaynya.
"Heh kutu kupret. Lo gak kasihan sama pacar lo ini yang setiap malam galauin lo dan ganggu setiap malam gue karena selalu curhatin lo, hah?" Miki langsung menatap Cika yang pura-pura tidak melihat ke arah Miki.
"Ya maaf maaf, gue balik kampung dan di sana gak ada sinyal sama sekali jadinya gue gak bisa ngabarin kalian. Tapi ada untungnya ternyata hilangnya gue itu bikin kalian cemas. kan?"
"GAK!" tukas Gara dengan tegasnya. Miki mencebikkan bibirnya.
"Yaudah sebagai kata maaf gue, kalian gue traktir deh."
"Ini yang gue tunggu daritadi." dengan cepatnya Gara bengkit dan berlalu, tidak salah lagi laki-laki itu pasti akan memesan makanan dan mengatas namakan Miki sebagai tanggungan biayanya.
"Dasar keparat, giliran gratisan paling semangat." cibir Miki memandang kesal Gara yang tengah mengantri dengan murid lain.
"Ini lagi kembarannya, daritadi malah bucin sama si cantik." ucapan Miki membuat pandangan Dea sekilas mengarah ke arah Lova dan Anna. Kedua orang itu entah sedang melakukan apa sampai-sampai kehadiran Dea dan Lazuardi diabaikan begitu saja.
Dea bisa melihat jika Anna nampak malu-malu sedangkan Lova sempat menatap ke arah Dea lalu kembali fokus ke arah Anna. Dalam hati Dea ingin mengeret Lova dan memukuli laki-laki itu. Tapi apa daya, untuk menyapa saja rasanya Dea sangat enggan.
Akhirnya Dea mengambil tindakan untuk duduk di samping Anna dan diikuti Lazuardi di samping Dea. Dengan sisa bangku kosong yang membuat posisinya sepert itu mau tidak mau Dea harus bisa menerima.
"Tadi gue sempat denger seliweran katanya lo ribut sama si Rindu itu?" Cika bertanya memastikan gosip yang ia dengar tadi pagi, ia pun sempat mengunjungi kelas Dea namun tidak menemukan sosok Dea dan hanya ada Lova yang duduk di bangku yang biasanya Dea tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeaLova
Teen Fiction"Cinta memang tidak tahu kapan ia datang, tapi cinta tahu kapan semestinya ia pergi." Dea. "Mencintaimu adalah keputusanku yang mutlak, dan menyakitimu ketidaksengajaan yang ku perbuat." Lova. _DeaLova_