55

180 11 1
                                    

⬆️Imagine Dragons—Believer (cover)🎵⬆️

Enjoy guys. !!!

•••

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya malam ini Dea beserta yang lainnya dengan sepakat menginap di Rumah Sakit. Jam menunjukkan pukul 9 malam dan semuanya sudah hadir terkecuali Lova yang katanya akan sedikit terlambat. Dea sibuk memainkan ponsel, di sampingnya Gara pun melakukan hal yang sama sedangkan Cika dan Miki keduanya entah sedang meributkan apa sampai tiga puluh menit lamanya pertengkaran itu masih belum selesai.

"Lo butuh bantuan gue?" Dea sedikit melihat ke arah Gara lalu memfokuskan kembali pada ponselnya.

"Gak usah. Biarin aja lah, nanti juga gue pasti tau orangnya."

"Kalau dia masih belum bisa nampakin diri ke lo, gimana?"

"Yaudah. Biarin aja, nanti juga dia capek ko ngirim surat begituan."

Gara menyudahi aktivitas dari ponselnya, lebih dekat ke arah Dea."Yakin dia bakal berhenti? Ini udah dua tahun lamanya tapi dia sampai sekarang masih ngirim surat. Pengecut, sih, kalau dia gak berani nampakin diri."

Dea menghela napas. Sebelumnya ia bercerita kepada Gara jika ia sempat mencurigai bahwa pelakunya adalah Lazuardi dengan dugaan Dea bahwa ada kemungkinan Lazuardi adalah pelakunya. Dia ingat bahwa Lazuardi pernah tinggal di Bali, dan ia pernah mengatakan kepada Dea jika laki-laki itu menyukai seseorang saat di Bali. Selain itu Lazuardi pun mengetahui hobby Dea yang tidak banyak diketahui orang lain.

Dan Dea harus menguburkan keinginannya untuk mengetahui siapa pelakunya ketika Dea mulai bertanya kepada Lazuardi dan laki-laki itu menolak dengan mentah. Bahkan Dea harus ditertawakan dengan keras saat itu.

Pembicaraan serius antara keduanya harus terhenti ketika pintu ruangan terbuka dan memunculkan sosok Lova dengan kedua tangan dipenuhi oleh beberapa keresek. Dea terkesiap dan mengambil alih beberapa keresek di tangan Lova.

"Giliran makanan siap siaga," ujar Lova yang tidak diacuhkan.

Dea membuka kotak makan pesanannya. Seblak spesial dengan rasa yang paling pedas sangat menggiurkan untuk menggoyang lidah Dea yang haus akan rasa pedas. Kepulan asap panas menerpa wajah Dea, Dea tersenyum.

"Makanan lo berlemak terus," ucap Cika.

"Yang berlemak yang paling enak. Lo sirik karena gak bisa makan ginian?"

"Selagi masih ada yang sehat kenapa harus milih yang bawa penyakit?"

"Gue sering makan yang kata lo bawa penyakit, tapi gue baik-baik aja, kan?"

"Lagian lo buat apa, sih, diet segala. Terima apa adanya kali. Lagian Miki juga gak bakal berpaling dari lo. Nyawa taruhannya." Tambah Dea.

"Gue merawat tubuh gue karena diri sendiri, bukan karena Miki atau siapapun."

"Masa? Apa bukan karena lo takut kalau Miki bakal suka ke gue?"

"Emang lo suka dia?" Tanya Cika mulai sedikit emosi. Dea terkekh dalam hati, entah kenapa akhir-akhir ini ia senang sekali menggoda Cika.

"Mungkin. Gue gak tahu."

"Jangan coba-coba buat nikung gue kalau wajah lo masih belum bisa menyaingi wajah si Angel."

"Mik, emang lo suka ke cewek karena wajah?" Tanya Dea beralih pada Miki. Spontan saja Miki kelabakan. "E-ehmm. Gak juga."

"See? Berarti gue ada kesempatan dong." Kekeh Dea semakin menyulutkan emosi Cika.

DeaLovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang