⬆️Kunto Aji — Rehat⬆️
Happy Reading!###
Bisa terbilang kondisi sekarang bukanlah akhir dari permasalahan. Perlahan sedikit terbuka yang awalnya kias menjadi lebih jelas.
"Jujur sama gue lo yang ngelakuin itu, kan?" Atensi milik Miki menghunus pada Cika. Tak membuat gentar Cika justru balik menatap Miki.
"Lo anggap hubungan kita apa?" Berbeda tidak seperti biasanya, Cika yang angkuh, keras dan terkadang konyol kini nampak melemah, matanya berkaca-kaca.
"Gue selama ini sabar atas perlakuan lo dan selalu berusaha menjadi orang seperti yang lo inginkan, gue acuh ketika orang mendikte gue bucin lo, gue babu lo." Tidak seperti yang Cika harapkan jika Miki akan merespon pertanyaannya, ternyata Miki masih menuntut kejujuran dari Cika.
"Apa karena gue yang keluarin Dea dari grup chat, lo merasa menyesal atas hubungan kita? Selama ini lo gak pernah mengeluh sama sekali, lo sesayang itu sama gue, siapapun tau itu."
"Jangan jadikan kesalahan gue saat ini menjadi alibi lo untuk menutupi rahasia lo selama ini."
"Selama ini gue udah bilang jangan ikut campur urusan mereka. Tindakan lo itu malah membuat keadaan semakin gak terkendali, entah pada siapa hati Lova yang sebenernya dia inginkan lo gak berhak untuk memihak satu pihak. Lo belum tahu pihak mana yang sebenarnya benar."
Cika tertawa miris. Disaat seperti ini Miki masih mengkhawatirkan hubungan antara ketiga orang itu.
"Gue udah nanya baik-baik tapi lo masih memperdulikan mereka, sekecil apapun kesalahan gue saat ini akan menjadi kesalahan besar buat lo. Lo bilang udah sabar selama ini atas hubungan kita, lalu bagaimana dengan gue? Lo kira ada cewek di luar sana yang bertahan ketika cowok seenaknya pergi tanpa kabar, datang tanpa merasa bersalah, tanpa penjelasan seolah tidak terjadi apa-apa. Lo tahu selama ini gue merasa bego, peran gue seperti orang asing yang diikat oleh status."
Jika ada yang merasa asing dalam sebuah hubungan maka Cika sudah merasakannya. Seolah dekat tapi jika dirasakan lebih dalam kedekatan itu bukanlah apa-apa. Cika masih merasakan jarak antara Miki yang selalu menutup rapat tentang kehidupan pribadinya. Jika ditanya apa saja yang Cika ketahui di dalam diri Miki maka Cika menjawab hanya 40%.
Bukan hanya sekali dua kali Cika ditinggalkan oleh Miki, menghilang berhari-berhari lalu datang dengan senyuman.
"Kalau dipikir-pikir lo itu asing buat gue." Ucapan Cika malah melukai dirinya, mengungkap fakta yang baru saja ia sadari.
"Jangan temuin gue jika itu bukan penjelasan lo tentang surat yang Lova maksud. Jika sekarang lo merasa lelah coba pikir lagi selama ini siapa yang lebih berusaha agar hubungan kita terlihat baik meski pada kenyatannya ada begitu banyak hal-hal yang terlalu diabaikan."
Cika bergegas pergi. Keadaannya tentu saja tidak baik. Bayangan tentang sebuah persahabatan yang selama ini ia idamkan tidak semudah itu untuk membentuknya. Selama ini Cika berpikir jika persahabatan mereka dikatakan erat seperti yang harapkan. Sahabat yang bisa menjadi wadah keluh kesah kehidupan, sahabat yang bisa bertukar pikiran satu sama lain, sahabat yang bisa menyebar kebahagiaan. Cika pikir itulah hubungan yang mereka jalani tetapi semua itu hanyalah kiasan yang Cika ciptakan.
Nyatanya, persahabatan itu berawal dari kebohongan.
Lova dan Dea yang awalnya berpura-pura tidak saling mengenal ternyata memiliki hubungan yang berarti, Miki yang notabennya sebagai kekasih nyatanya belum bisa membagi kehidupannya. Cika tertawa miris, hanya dirinya yang menganggap pentingnya persahabatan yang terjalin selama ini sedangkan mereka dengan senangnya berperan memakai topeng. Ah, betapa bodohnya Cika selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeaLova
Teen Fiction"Cinta memang tidak tahu kapan ia datang, tapi cinta tahu kapan semestinya ia pergi." Dea. "Mencintaimu adalah keputusanku yang mutlak, dan menyakitimu ketidaksengajaan yang ku perbuat." Lova. _DeaLova_