61

343 17 4
                                    

⬆️Rossa — Terlalu Cinta (cover)🎵⬆️

Siap-siapin mata kalian. Ini chapter panjang banget nget nget nget pokoknya. Kasih tanda kalau ada typo.

Gak mau apa-apa, cukup stay dan selalu suport dengan VOMENT.

•••

Dea duduk dengan santainya. Pagi-pagi sekali ia dikejutkan dengan kedatangan dari keluarga Lova entah apa tujuan mereka. Dian sebagai Bundanya sudah menyajikan beberapa makanan ringan.

Sekilas Dea melihat gelagat Lova yang tidak biasanya, nampak resah dan sering kali menghela napas berat. Dea memasukan kedua tangannya ke saku piyama yang ia kenakan, ia belum sempat mandi. Lagian bertamu di waktu seperti ini apa tidak terasa kurang sopan?

"Kenapa gak kasih kabar dulu, Rim?" Tanya Dian.

"Maaf sebelumnya kedatangan kami mengganggu aktivitas pagi kalian." Hitto bersuara penuh wibawa.

"Gini, loh, An. Kamu masih ingat rencana kita beberapa bulan yang lalu?"

Dian berpikir sejenak,"rencana yang mana? Maklum, udah tua jadi gampang pikun." Dian tertawa kecil.

"Biar saya yang jelaskan." Hitto kembali mengambil alih. Menatap serius Dea dan Lova.

"Kita tahu hubungan anak-anak selama ini. Bisa dilihat juga hubungan mereka bukanlah seperti pasangan yang lain, saya bisa melihat keseriusan antara Lova dan Dea selama ini. Bahkan, kita sekeluarga sudah saling mengenal. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami yang pagi buta sudah bertamu seperti ini, tujuan saya dan sekeluarga ingin membicarakan tentang pertunangan yang sudah kita bicarakan beberapa bulan yang lalu."

Dian terperanjat pun Dea tidak bisa mengontrol wajahnya penuh tanya.

"Apa tidak terlalu cepat kita membicarakan hal ini?" Dian menjawab cukup ramah. Mau bagaimanapun Dian sedikit ragu untuk melepaskan Dea ke jenjang lebih dari itu.

"Mereka bahkan belum lulus." Tambah Dian meyakinkan.

"Sebentar lagi mereka UN, lulus,  dan saya rasa pertunangan bukan hal salah. Daripada status mereka sekadar pacaran. Ini juga bisa menjadi mempererat tali persaudaraan kita, An." Rima menatap yakin pada Dian. Dian terdiam cukup lama, bukan kehendaknya juga untuk memutuskan masalah ini karena yang akan menjalaninya adalah anaknya sendiri.

"Dea, bagaimana menurut kamu?"

Ucapan Dian sontak mengembalikan kesadaran Dea yang bergelut dengan pikirannya. Menatap semua orang dengan wajah serius.

"Maaf tante, jika Dea diperbolehkan berbicara."

"Ko panggil tante? Bunda, biasanya juga kan panggil gitu." Ralat Rima.

"Iya Bunda." Dea membenarkan posisinya. Sekali lagi ia menatap Lova yang masih diam, entah apa yang ada dipikiran laki-laki itu?

"Aku tidak mengira jika Bunda Rima dan Nda sudah membicarakan hal ini sebelumnya. Dan sekarang Om Hitto deng—"

"Papah, panggil saya Papah."

Dea mengembuskan napasnya semakin bingung. Harus dari mana ia menceritakan hubungan yang sebenarnya dengan Lova, untuk mengandalkan Lova sepertinya tidak bisa karena laki-laki itu masih diam seolah kedatangannya kali ini tidak bersama nyawanya sendiri. 

"Kalau menurut Lova bagaimana, Bun?"

"Lova sudah setuju." Jawab Rima cepat membuat Lova beralih pada Lova. Padahal Dea bisa melihat jika rencananya ini tidak diketahui Lova sama sekali. Dea tahu bagaimana Lova, ketika ia diam dihadapan orang tuanya maka kebebasan Lova sudah direnggut.

DeaLovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang