Lina berjalan keluar dari ruangan Aurora sambil membawa beberapa berkas yang sudah di tanda tangani oleh Aurora.
Daffa menatap Aurora yang kini sedang menatap laptop dengan wajah seriusnya.
"Cantik."
"Apa? Siapa yang cantik?"
Daffa terkejut karena Aurora mendengar ucapannya yang sangat pelan, dengan cepat Daffa menunjuk figura di belakang Aurora.
Di figura itu terlihat gadis kecil yang sedang menggendong kucing berukuran besar dengan bulu lebat.
Aurora tersenyum kecil saat melihat foto masa kecilnya di bilang cantik oleh Daffa.
"Itu kamu?" tanya Daffa.
"Iya."
"Gak berubah ya."
Aurora mengerutkan keningnya, "Gak berubah?"
"Tetep cantik."
🍭🍭🍭
Gubrakkk..
Brakk..
"BANGUN WOIII!!!"
Aurora menggeliat, membuka matanya perlahan lalu menutupnya kembali saat cahaya matahari membuatnya silau.
"Bangun putri tidurr, apa perlu gue telpon Daffa buat nyium lo? Biar bangun."
Aurora menggaruk telinganya, teriakan Adel mengganggu tidurnya yang nyenyak.
"Berisik banget lo."
"Udah jam sembilan bodohh, katanya mau jalan sama yang lain!" Adel duduk di sebelah Aurora, single bad itu terlihat luas karena Aurora yang tidurnya sangat tenang dan tidak memakan tempat.
"Iya iya!" Aurora mengambil handphonenya yang terletak di nakas dekat tempat tidurnya.
"Lo semalem ketemu Daffa dimana?" tanya Adel, dia ikut masuk ke dalam selimut tebal berwarna abu abu milik Aurora.
"Hah? Ketupat?" Aurora menatap Adel dengan wajah bantal, suara seperti orang mabuk dengan mata sayu jangan lupakan telinga yang budek.
"Jauh banget anjritt, lo budek banget siii!!" kata Adel setengah kesal.
"Lo semalem ketemu Daffa di mana?" tanya Adel penuh penekanan dengan volume suara yang agak keras.
"Jalan, mobil lo butut."
"Si anjing! Masih untung gue pinjemin."
Aurora tak mempedulikan ucapan Adel, dia kembali meletakkan handphonenya di nakas lalu bangkit.
"Mau kemana?" tanya Adel.
"Mandi napa mau ikut?"
Adel mendelik, dia memilih bermanja manja dengan kasur Aurora. Seprai halus dan nyaman, selimut tebal, bantal empuk, guling, juga parfum kalem Aurora yang menempel di setiap sudut kamar termasuk kasurnya.
Aurora yang sudah masuk kamar mandi mengurungkan niatnya, dia mundur beberapa langkah hingga berada di depan pintu kamar mandi.
"Jangan acak acakin kasur guee!! Jangan make bantal item nanti parfum lo nempel!!"
Adel berdecak sebal, "Iye bawel!"
Bantal hitam dengan motif doraemon itu adalah bantal kesayangan Aurora, wangi parfumnya juga sangat menempel di bantal itu. Dia tidak mengizinkan orang lain menggunakan bantal miliknya dengan alasan takut parfum orang itu menempel di bantalnya.
Setelah memberi peringatan pada Adel, Aurora kembali memasuki kamar mandi.
Adel memeluk guling yang bersarung biru tua dengan gambar satu doraemon besar di tengahnya. Aurora si penyuka kucing, beberapa barang miliknya bermotif kucing, meski begitu barang yang bermotif kucing akan tetap terlihat simple tapi cute.
KAMU SEDANG MEMBACA
aurora
Romance(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) ____ seperti apapun hasil akhirnya aku tidak akan pernah menyesali itu -Aurora. Ketika orang yang dia suka kembali. Takdir tidak ada yang tau, Aurora tidak bisa mendapatkan orang itu saat SMA tapi dia bisa mendapatkannya se...