33. aurora

357 25 2
                                    

Memang pada dasarnya para lelaki itu licik. Trio A sudah mengganti pakaiannya tapi ketiga laki-laki itu tetap ikut dengan alasan mereka akan menunggu di restoran terdekat atau di Starbucks.

Dengan sangat terpaksa trio A akhirnya setuju tapi mereka masih dalam mode marah.

Daffa tidak masalah jika Aurora merajuk, itu urusan mudah yang terpenting dia bisa ikut dan mengawasi Aurora.

"Pake black card yang aku kasih, jangan pake uang kamu" kata Daffa masih fokus menyetir.

"Hm."

"Gue abisin duit lo awas aja." Aurora membatin dengan penuh ancaman.

"Aku tunggu di Starbucks nanti. Jangan ngelakuin yang aneh-aneh, jangan lirik-lirik cowok."

"Hm."

Daffa mendengkuskan senyumnya. Ekspresi Aurora saat sedang marah membuatnya gemas.

Mobil Daffa telah berhenti di parkiran. Aurora yang ingin segera turun mengurungkan niatnya saat Daffa menggenggam tangannya.

"Manyun-manyun gitu mau aku cium?"

Aurora berdecak sebal, dia sangat kesal dengan Daffa hari ini.

"Sini peluk dulu." Daffa merentangkan tangannya.

Entah sejak kapan Daffa berubah menjadi laki-laki yang banyak bicara. Sikapnya yang jauh lebih lembut, bahkan setelah pertengkaran kemarin Daffa tidak ragu-ragu lagi untuk memanggil Aurora dengan sebutan 'sayang'

Intinya Daffa menyayangi dan mencintai Aurora lebih dari Aurora mencintai dirinya sendiri. Hal itu sudah terjadi sejak masa SMA dan akan terus berlanjut hingga dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Dia tau Aurora juga mencintainya. Dia tidak ingin bodoh seperti dulu, dia tidak ingin Aurora pergi dan dia baru menyadari perasaannya.

Aurora diam saja saat Daffa memeluknya, dia tidak membalas tidak juga memberontak.

"Ra aku ga ngelarang kalo kamu mau pergi jalan-jalan, tapi aku harus ikut. Kemanapun kamu pergi aku bakal ikut gitu juga sebaliknya, cukup dulu aja kamu pergi ke Jepang tanpa bilang-bilang sama aku."

Aurora mendongak, menatap Daffa dengan tatapan bingung.

"Kamu--"

"Ngobrolnya nanti aja. Sekarang kamu jalan-jalan dulu ya nanti malem kita nonton."

Aurora menurut, dia keluar mobil dengan semangat tapi tidak bisa di pungkiri bahwa dia penasaran dengan ucapan Daffa tadi.

Para wanita melangkahkan kakinya memutari mall sedangkan para laki-laki langsung pergi ke tujuan awal mereka, Starbucks.

"Salon dulu yokk, sama spa udah lama nih" ajak Angela.

"Ayoo" jawab kedua wanita itu kompak.

"Gue mau nanya deh."

Adel dan Angela menatap Aurora bingung.

"Apa?" tanya Adel.

"Waktu gue pergi ke Jepang dulu Daffa nyariin ga?"

Adel dan Angela saling tatap, ah iya mereka baru ingat kalau dulu saat baru lulus SMA Daffa mengakui menyukai Aurora tapi Aurora sudah tidak ada lagi di Indonesia.

"Waktu itu, seminggu setelah lo berangkat ke Jepang Devian nelpon tapi ada Daffa di sana" kata Adel.

"Terus?"

"Daffa nanya lo kenapa blokir nomornya. Gue ga tau alesannya, gue bilang lo udah ga di Indo tapi gue ga sebutin lo pergi ke negara mana. Terus sebelum gue matiin sambungan telponnya Daffa minta buat ga bilang-bilang lo kalo dia nanyain lo."

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang