45. aurora

292 8 0
                                    

Aurora sudah di pindahkan ke dalam kamar inap vvip, semua Adel yang mengatur. Dia mengaturnya senyaman mungkin walaupun saudarinya itu masih dalam keadaan koma.

semua teman dan keluarganya satu persatu sudah menjenguk Aurora, kini tersisa Daffa yang sudah kembali ke rumah sakit. Dia sudah bersih dan sudah membawa beberapa pasang baju Aurora. Saat tiba di rumah sakit dia langsung masuk ke ruangan sang istri, duduk di kursi samping ranjang sambil terisak pelan.

"Maaf."

"Aku bodoh ya? aku berkali kali bikin kamu kecewa."

"Kamu istri yang baik buat aku, tapi aku bukan suami yang baik buat kamu."

"Kamu boleh pukul aku, kamu boleh lampiasin semuanya tapi tolong jangan tinggalin aku."

"Aku...aku."

Daffa menunduk, tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia bangkit memeluk tubuh lemah sang istri lalu mengecup beberapa kali keningnya yang di perban.

"Nggak papa kalo kamu cape, nggak papa istirahat sebentar tapi jangan lama-lama ya? aku bakal di sini nunggu kamu sampe kamu bangun."

Dia duduk kembali, tangan Aurora sedari tadi selalu dia genggam dan di kecup beberapa kali. Mengingat kejadian tadi dimana detak jantung Aurora sempat menghilang dia benar-benar takut.

"Daf."

Menoleh sekilas, dapat Daffa lihat Hilma masuk sambil membawa box yang dia tebak itu adalah makanan.

"Makan dulu ya? Aurora bunda yang jaga" suruh Hilma.

"Nanti bun."

Hilma menghela nafasnya pelan, setelah berganti pakaian dia kembali lagi ke rumah sakit.

"Yaudah bunda taro di meja ya? di depan ada temannya Aurora mau jenguk boleh kan dia masuk?"

Daffa menganggukkan kepalanya, sedari tadi dia terus berada di dalam ruangan Aurora jadi teman teman dan keluarga yang ingin menjenguk hanya bisa masuk satu persatu secara bergantian.

Hilma keluar, selang lima menit ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu.

Gadis tinggi dengan rambut panjang yang bergelombang itu berjalan mendekati Daffa.

"Ya ampun Raa, kenapa bisa gini sihh?" ucap gadis itu sambil menangis.

Daffa yang mendengar suara orang lain menoleh dan mendapati Dwika yang berada di sebelahnya.

Iya yang masuk itu Dwika, dia baru dapat kabar dari Nino dan langsung datang bagaimanapun Aurora adalah teman baiknya.

"Sabar ya Daf, Aurora pasti sembuh. Dia pasti bisa sadar" kata Dwika, dia mengusap bahu Daffa.

Daffa hanya mengangguk lalu sedikit menyingkir agar Dwika tidak bisa mengusap bahunya, jika Aurora tau maka wanita itu akan cemburu. Dia tidak mau membuat sang istri cemburu dan merajuk. Ah mengingat itu Daffa jadi kembali sedih, mungkin lebih baik istrinya itu merajuk dari pada harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit seperti ini.

"Daf, gue mau ngomong sesuatu" kata Dwika.

Daffa menoleh sebentar, "Apa?"

"Gue udah liat supir yang nabrak mobilnya Aurora, ah maksud gue mobil Rizky yang di pake Aurora."

"Dari mana lo tau kalo itu mobil Rizky?" tanya Daffa bingung, karena itu mobil baru milik Rizky dan teman-temannya belum banyak yang tau tentang mobil Rizky yang itu.

"Sebelum ke sini gue sempet ikut yang lain, karena gue penasaran sama yang udah nabrak Aurora. Gue tau karena di ceritain sama mereka, tapi bukan itu yang mau gue bilang."

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang