30. aurora

467 18 0
                                    

"Pergi Daffa, jangan bikin aku tambah benci sama kamu."

Daffa menghembuskan nafasnya pelan, dia menatap Aurora lalu meletakkan tangannya lagi di paha Aurora.

"Kamu boleh benci sama aku tapi tolong dengerin aku dulu Ra, masalah ga akan selesai kalo cuma diem aja."

Aurora berdecak, dia mendongak lalu mengerjapkan matanya beberapa kali menghalang air yang akan keluar dari matanya.

"Aku ga mau denger sekarang." suara Aurora bergetar, menahan tangis.

"Ra jangan kaya gini" lirih Daffa.

"AKU KAYA GINI KARENA KAMU!"

Hancur sudah pertahanannya. Menangis di hadapan Daffa adalah hal yang paling dia hindari tapi sekarang air matanya mengalir deras.

"Aku sa--"

Ucapan Daffa menggantung karena Aurora langsung berdiri, menarik lelaki itu lalu membawanya keluar kamar hotel.

"Kamu balik ke hotel, udah malem."

Brakk.

Aurora menutup pintu kamar hotelnya cukup keras, dia langsung berjalan dengan pelan ke arah ranjang. Tubuhnya terasa lemas karena cukup lama menahan tangis.

Cklek.

Daffa masuk tanpa sepengetahuan Aurora, dia mengunci pintunya lalu segera menarik Aurora ke dalam pelukannya. Dia tau Aurora pasti terkejut tapi dia tidak peduli, sekarang dia hanya ingin memeluk gadis itu, menyampaikan permintaan maaf lewat pelukannya.

"Daf lepas! Kenapa kamu masuk lagi?!"

Aurora berontak tapi tenaganya jauh lebih kecil di banding Daffa.

"Ra dengerin aku dulu."

"Aku bakal dengerin tapi ga sekarang."

"Tapi aku maunya jelasin sekarang."

Dengan mudah Daffa mengangkat tubuh Aurora, membawanya naik ke ranjang.

"Nangis aja Ra, aku ga mau kamu pura-pura kuat."

Aurora mendongakkan kepalanya, "Kenapa kamu harus bohong sih?" cicitnya.

"Ra maaf."

Aurora menggigit bibir bawahnya lalu kembali menunduk, dia tidak boleh luluh hanya karena tatapan Daffa saja.

Daffa kembali memeluk Aurora, "Iya aku salah, aku bohong sama kamu. Tapi aku bohong karena ga mau bikin kamu tambah marah Ra. Aku tau kamu ga suka sama Fely."

"Buat masalah izin juga handphone aku mati Ra, aku ga sempet charge." Daffa mengelus lembut punggung Aurora.

Dia tau Aurora menangis. Tidak bersuara memang tapi kaos bagian dadanya terasa basah.

"Maaf."

"Maafin aku."

Aurora tidak menjawab dia hanya diam menikmati usapan di punggungnya, dia masih marah dengan Daffa tapi dia tidak bisa menolak pelukan Daffa yang membuatnya semakin merasa nyaman.

"Ra, aku sayang kamu."

🍭🍭🍭

Daffa tersenyum memandang wajah Aurora yang sedang tidur di sebelahnya. Dia mendekat, menarik tangan Aurora lalu meletakkan tangan Aurora di atas perutnya.

Aurora sudah memaafkannya?

Tentu saja belum. Setelah dia mengucapkan kata sayang semalam Aurora mencengkram kaos bagian belakangnya, dia tidak bisa melihat Aurora menangis atau tidak tapi dia bisa merasakan kalau kaos di bagian dadanya basah.

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang