44. aurora

238 9 1
                                    

"Maaf tuan kami gagal menjaga bu Aurora." Sam menunduk hormat serta merasa bersalah, bagaimana pun itu adalah tugasnya untuk menjaga Aurora tapi dia lalai sehingga nyonya besarnya itu mengalami kecelakaan bahkan sekarang masih terjebak di sana karena para warga menghalangi mereka.

Nafas Daffa tercekat, matanya terpaku melihat ke arah pengemudi yang masih tertutup rapat dan istrinya masih berada di dalam sana.

"Keluarin anjir! Ayo keluarin" ajak Devian menggebu gebu, matanya juga ikut memerah dia bingung harus bilang apa pada Adel nanti, dia berjanji akan menjaga orang-orang yang Adel sayang tapi dia gagal menjaga Aurora.

Daffa mendekati mobil Rizky tapi beberapa warga menahannya.

"Mas tenang dulu mas kita tunggu polisi sama ambulance dateng."

"DIA ISTRI GUE ANJING? LO NYURUH GUE TENANG WAKTU NGELIAT ISTRI GUE ADA DI SANA?!"

Daffa meledak saat itu juga, amarah serta air matanya keluar begitu saja.

Sam dan ketiga anak buah lainnya menahan para warga yang menghalangi mereka, sedangkan Rizky Devian dan Daffa langsung menuju mobil Rizky.

"Mas ini salah saya, saya yang nabrak jadi saya mohon tunggu polisi dulu biar semuanya gampang di urus" pinta seorang bapak-bapak yang ternyata supir truk.

"OH JADI LO YANG NABRAK?!" Rizky berbalik dan menarik kerah supir itu, dia sudah menangis duluan air matanya mengalir begitu saja saat tau bahwa teman terbaiknya berada di dalam mobil yang keadaannya sudah hancur parah.

Daffa tidak mempedulikan perkataan supir itu, dia memilih membuka pintu mobil Rizky mencoba mengeluarkan istrinya dengan bantuan Devian.

"Ra. Sayang." panggil Daffa.

"LAH KOK BELOM DI KELUARIN ANJINGG?" Ian muncul setelah meminggirkan mobil Daffa dari kemacetan, dia ikut membantu Daffa dan Devian mengeluarkan Aurora dengan susah payah.

Selang lima menit dengan kebrutalan Ian dan Devian yang mencopot apa saja yang menghalangi mereka, Aurora berhasil di keluarkan Daffa langsung menggendong sang istri dan mengeluarkannya dari mobil.

"AYO AYO MOBIL LO UDAH DI DAERAH YANG GAK MACET." Ian menggiring Daffa yang sedang menggendong Aurora menuju ke arah mobil Daffa yang sudah berada di tempat yang tidak macet.

Devian menarik Rizky yang masih emosi dengan supir truk.

"Lo duluan urusan supir truk biar gue yang urus sama anak buahnya Daffa" suruh Rizky.

"Yaudah, lo kabarin yang lain."

"Iya."

Devian berlari memasuki mobil Daffa dan duduk di sebelah Ian.

"Cepet yan!" suruh Daffa.

Ian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia mengklakson setiap kendaraan yang menghalangi bahkan Devian sampai membuka jendela dan berteriak kencang menyuruh beberapa kendaraan itu menyingkir.

"D-d-af."

Daffa menatap sang istri yang berada di pelukannya.

"S-ak-it"

"Tahan ya sayang, sebentar lagi sampe rumah sakit. Sebentar yaa." Daffa mengusap wajah Aurora yang di penuhi luka dan darah, air matanya sudah keluar sejak tadi dia menangis sambil memeluk Aurora.

"Ja-ngan na-n-gis."

"Ssstt jangan banyak ngomong nanti tambah sakit lukanya" kata Daffa.

"Sa-k-it Daf g-ga ku--"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Aurora sudah pingsan, Daffa yang menyadari itu langsung menepuk nepuk pipi istrinya.

"Ra? sayang? hey."

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang