34. aurora

426 22 5
                                    

"Otak tuh di pake, udah tau itu jalan banyak begal masih aja malem-malem lewat situ."

"Untung masih bisa ribut lo walaupun kaki udah patah."

Aurora melirik Daffa yang sedang mengomel sambil menyetir. Dia baru tau kalau suaminya itu galak.

Menurut cerita, Ricky di kejar oleh beberapa preman, dia tadinya tidak ingin berkelahi tapi karena motornya di tendang dan dia jatuh akhirnya dengan terpaksa dia melawan para preman itu.

Motor Ricky rusak, dan kakinya sakit mungkin patah tulang. Untung saja dia bisa melawan preman itu walaupun kakinya sakit. Sekarang, saat sudah aman berada di dalam mobil dia malah mendengar omelan dari Daffa.

"Namanya juga musibah, ga ada yang tau bang" jawab Ricky sedikit membela diri.

"Tetep aja lo beg--"

"Sutttt, udah." Aurora melerai.

"Iky mau ke rumah sakit ga?" tanya Aurora menoleh ke belakang untuk Ricky.

"Ga usah kak, bi Inem bisa ngurut. Di urut aja ini mah, ribet kalo ke rumah sakit sembuhnya lama."

Ricky paling tidak suka di bawa ke rumah sakit. Setiap dia sakit Hilma selalu membujuknya agar mau di rawat di rumah sakit tapi dia selalu menolak.

Aurora menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka akan mengantarkan Ricky pulang, tapi mereka sepertinya tidak akan menginap di sana.

Mobil Daffa memasuki pekarangan rumah tempat dia tumbuh sejak kecil. Setelah mobilnya berhenti, Daffa langsung keluar membantu Ricky berjalan dan Aurora hanya mengikuti di belakang sambil memeluk jaket suaminya itu.

"Ya ampunnn. Kebiasaan banget Iky tuh iihhhh greget bunda." Hilma berkacak pinggang dengan wajah kesalnya.

Aurora tadi sudah memberitahu Hilma dan wanita itu sepertinya khawatir juga kesal. Ricky memang banyak gaya, sejak kecil dia sering jatuh dan mendengar Ricky sekarang jatuh lagi Hilma tidak terkejut.

"Duh den kebiasaan banget." bi Inem ikut mengeluh.

Yang Ricky lakukan saat ini hanya menyengir bodoh. Sepertinya semua orang sudah hafal dia.

"Sana masuk kamar, nanti bi Inem yang urut" suruh Hilma.

Daffa langsung membantu Ricky untuk masuk ke kamar. Aurora, gadis itu menghampiri Hilma lalu mengusap lembut lengan wanita itu.

"Heran bunda, anak itu kalo sebulan ga jatoh kayanya ga bisa!"

Aurora tertawa pelan, "Sabar bun. Namanya juga cowok kalo bawa motor pasti ga bisa pelan."

"Iya emang, Daffa juga sama kaya Iky."

"Ra ayo."

Daffa muncul dengan tangan kanan yang memeluk toples berisi keripik pedas, itu dia ambil dari kamar Ricky.

"Kalian ga nginep aja? Udah malem loh" kata Hilma.

"Ngga bun" jawab Daffa.

"Yaudah deh, hati-hati. Daffa jangan ngebut inget lagi bawa istri."

"Iya bundaaa" lembut Daffa.

"Aku pulang ya bun, nanti aku main ke sini lagi" pamit Aurora sambil mencium punggung tangan Hilma.

"Iya sayang."

Daffa merangkul Aurora dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya memeluk si toples yang dia ambil dari kamar Rikcy.

Hilma mengikuti langkah mereka, "Besok-besok kalo ke sini bawa oleh-oleh dongg."

Aurora menoleh lalu tersenyum, "Bunda mau apa emangnya? Nanti aku bawain."

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang