Daffa memeluk guling Aurora sambil tersenyum, mengingat ekspresi kesal Aurora tadi membuatnya gemas. Istrinya itu sedang berada di dapur, tadi saat baru sampai rumah dia langsung masuk ke kamar dengan beberapa cup es krim milik Aurora. Di kamar Aurora ada lemari es mini, isinya es krim dan beberapa botol coca cola. Jika camilan Aurora menyimpannya di dalam nakas juga di laci meja santainya.
Dia masih bingung dengan perasaannya, tapi yang pasti dia tidak akan terlambat menyadari seperti dulu.
Berbicara tentang perasaan Daffa bahkan tidak tau apa Aurora mencintainya atau tidak. Jangankan perasaan, Aurora berasal dari mana, makam ayahnya saja Daffa tidak tau.
Mungkin Daffa akan menanyakannya nanti, dia harus datang ke makam ayah Aurora.Benar kata Aurora, mereka butuh waktu lebih lama untuk saling mengenal. Dia ingin mencari rumah untuk tempat tinggalnya dengan Aurora, tidak mungkin mereka selamanya tinggal di apartemen. Tapi, dia tidak tau seperti apa rumah impian Aurora.
Daffa menarik lebih tinggi selimut milik Aurora, kamar Aurora sangat nyaman di tambah wangi parfum gadis itu yang sangat tenang dan nyaman. Daffa suka wangi parfum Aurora, Daffa suka memeluk tubuh mungil istrinya. Karena Aurora sedang di dapur Daffa memilih memeluk guling milik gadis itu, dia ingin tidur sambil menunggu Aurora memasak.
Dia akan pergi ke kantor nanti siang, hanya untuk meeting setelah itu pulang. Sekarang hari sabtu dan setiap hari sabtu dia selalu bekerja setengah hari.
🍭🍭🍭
"HEH LEHER LO DI CUPANG JUGA?!"
Aurora tersentak kaget, dia mundur dua langkah saat mendengar pekikan Adel yang berada di depannya.
"Santai Del lo mau bikin gue jantungan?" kata Aurora masih menampilkan ekspresi terkejutnya.
"Leher lo anjir? Ga mungkin nyamuk, masih merah juga."
Aurora menghembuskan nafasnya, hanya karena melihat tanda yang di buat Daffa saja Adel sudah heboh.
"Tadi gue mampir ke minimarket, gue iket rambut terus dia ga suka. Debat dulu terus akhirnya dia ngizinin tapi malah bikin ini" jelas Aurora sambil menunjuk lehernya.
"Oohhh." Adel dan Angela tersenyum menggoda.
"Gue kira Daffa ga normal loh," ucap Angela.
Dia sudah tau tentang Aurora dan Daffa dari Adel tentunya.
"Gila lo, udah lanjut masak mau laki lo pada mati kelaperan?"
"Dih ga elit banget mati kelaperan," ucap Adel.
Saat memasak tadi Aurora lupa dengan tanda kemerahan di lehernya, dia mengikat rambut karena gerah dan Adel langsung melihatnya.
Alvin dan Devian berada di taman belakang, mengobrol sambil minum teh. Biasalah, bapak-bapak.
Angela menata meja makan, masakan sudah siap. Tadinya Aurora ingin meminta bi Sutri yang memasak jadi saat mereka pulang dari pasar hanya tinggal makan saja, tapi Daffa mau memakan masakan Aurora bukan bi Sutri.
Aurora pergi ke kamarnya, dia akan membangunkan Daffa karena lelaki itu tidak bisa kalau tidak sarapan. Sebelum berkegitan perutnya harus terisi dulu dan Aurora tau itu dari Hilma.
"Daffa" panggil Aurora.
Dia membuka gorden yang menutupi pintu balkon, tadi pagi gordennya sudah dia buka dan sekarang tertutup lagi siapa lagi kalau bukan Daffa yang menutupnya.
Berjalan pelan sambil mengambil kaos Daffa yang berada di sofa. Daffa tidur dengan keadaan shirtlees dan kaosnya berada di sofa, kalau bukan suami sudah Aurora usir dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
aurora
Romance(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) ____ seperti apapun hasil akhirnya aku tidak akan pernah menyesali itu -Aurora. Ketika orang yang dia suka kembali. Takdir tidak ada yang tau, Aurora tidak bisa mendapatkan orang itu saat SMA tapi dia bisa mendapatkannya se...