47. aurora

301 10 2
                                    


"Bangun sayang."

"Ayo bangun, jangan gini terus."

Daffa menggenggam erat tangan Aurora sambil beberapa kali di kecupnya.

"Kita sama-sama berjuang ya? Kamu harus sadar sayang, ayo aku ga mau semua alat-alat ini di cabut waktu kamu belum sadar."

Daffa menghela nafasnya perlahan, setiap hembusan nafasnya kini seperti beban berat yang harus di pikul. Biasanya jika dia sedang lelah pasti Aurora memberi semangat serta keceriaan wanita itu yang mampu membuat rasa lelahnya hilang.

"Daffa."

pintu kamar inap Aurora terbuka, di sana terlihat Hilma masuk dengan satu box makanan.

"Kamu makan dulu ya? Di ruangan Adel, sekalian ada yang mau di omongin katanya. Aurora bunda yang jaga, ngga akan bunda tinggal kok" kata Hilma.

"Ga bisa di sini aja ya bun?" tanya Daffa.

"Kayanya ini soal siapa yang udah lepas alat-alat yang terpasang di tubuh Aurora nak. Bima, Ramzi sama Sam udah di sana. Di depan juga ada Ben sama anak buahnya Sam jadi Aurora aman di sini sama bunda."

"Daffa titip Aurora ya bun? Kalo ada apa-apa langsung telpon Daffa ya?" pinta Daffa lirih.

"Iya nak, kamu yang sabar ya." Hilma mengusap lembut kepala anaknya, dia benar-benar tidak tega melihat Daffa menjadi lebih kurus sekarang di tambah lagi dia seperti tidak mempunyai semangat hidup semenjak Aurora berada di rumah sakit.

Daffa menganggukkan kepalanya pelan, dia mengambil box makanan itu lalu bergegas menuju ruangan Adel.

sesampainya di sana bisa dia lihat semua orang menatap satu suster yang keadaannya cukup kacau di tambah lagi suster itu menangis.

"Langsung aja" kata Bima saat Daffa sudah duduk di sofa.

Sam yang mengerti langsung membuka mulutnya, menjelaskan kejadian tadi yang terjadi sangat cepat.

"Ini suster yang memeriksa bu Aurora tadi. Hari ini bu Aurora di periksa oleh suster karena yang saya tau dokter Adel sedang memiliki banyak pasien, saya mengizinkan suster ini masuk karena dari nametagnya hingga ciri-cirinya dia adalah suster yang biasa ikut bersama dokter Adel ketika sedang memeriksa bu Aurora."

"Kesalahan saya adalah saya tidak ikut masuk untuk tetap memastikan bahwa bu Aurora aman. Saya membiarkan suster ini masuk sendiri karena saya kira dia tidak akan melakukan hal nekat seperti tadi, entah bagaimana caranya. Hanya selang sekitar lima belas menit suster ini keluar dan berucap hal yang sama setiap harinya. Setelah suster ini pergi saya, Bima dan yang lainnya mendengar suara nyaring dari elektrokardiogram yang berada di dalam kamar inap bu Aurora."

"Saat di periksa ternyata alat-alat yang menempel di tubuh bu Aurora sudah terlepas di tambah lagi luka di bagian keningnya kembali mengeluarkan darah."

Daffa mengepalkan tangannya mendengar cerita dari Sam.

"Suster Diana" panggil Adel tiba-tiba.

"Y-ya Dok?" jawab suster yang bernama Diana itu lirih.

"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?"

"Sejak berdirinya rumah sakit ini."

"Apa pasien itu punya salah sama kamu? atau ada orang yang bayar kamu?" tanya Adel.

"Tapi bukan saya yang ngelakuin itu dok. Saya berani sumpah" kata suster Diana membela diri.

"Ini aneh. Saya memang melihat suster yang masuk itu mirip dengan suster Diana, tapi saat saya kejar tadi suster Diana berada di dalam toilet dengan kondisi yang cukup berantakan juga di keningnya terdapat luka kecil" jelas Sam.

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang