46. aurora

168 4 0
                                    

Di dalam ruangan yang sepi dan tenang Daffa duduk sambil mengusap usap kepala istrinya dengan lembut, hanya terdengar suara elektrokardiogram yang sedari tadi menemani Daffa. Dia menatap nanar sang istri yang terbaring lemah dengan beberapa alat yang menempel di tubuhnya.

Hari ini tepat tiga bulan Aurora berada di dalam kamar inap itu dengan kondisi yang masih sama. Daffa sudah mulai bekerja semenjak berbincang dengan Ian kala itu. Setiap ingin berangkat dia selalu menemui sang istri untuk berpamitan, dan pulangnya dia akan langsung ke rumah sakit menemani Aurora. Seperti sekarang ini, Daffa baru saja pulang dari kantor dan seperti biasa dia datang dengan bucket bunga yang indah dan berbeda beda setiap harinya bahkan terkadang dia membawa makanan yang di sukai Aurora walaupun berakhir makanan itu di berikan kepada Sam atau teman-temannya yang kadang ikut menjaga Aurora.

Seharusnya hari ini jadwal Adel yang menjaga Aurora. Tadinya Daffa ingin terus berada di rumah sakit, dia tidak masalah jika harus terus menerus tidur di rumah sakit tapi teman-temannya melarang. Mereka sepakat untuk membuat jadwal jadi mereka akan bergantian menjaga Aurora dan Daffa bisa pulang ke rumah beristirahat. Tubuh lelaki itu terlihat semakin kurus sekarang karena dia menjadi jarang makan semenjak Aurora di nyatakan koma, biasanya dia makan satu hari tiga kali atau bahkan empat kali karena di temani oleh Aurora tapi sekarang dia hanya makan satu kali sehari atau malah dia tidak makan sama sekali.

"Daf."

Devian masuk ke dalam sana, jika Adel yang menjaga maka Devian tentu saja ikut. Seperti sekarang, Devian menghampiri Daffa karena Adel masih memiliki pasien malam ini.

"Mau makan apa?" tanya Devian saat sudah duduk di sofa yang ada di sana.

"Lo aja."

Devian berdecak pelan, "Jangan kaya bocah lo, gue liat-liat lo dari kemaren ga makan apa-apa."

"Istri gue udah tiga bulan ga makan apapun, masa gue makan juga? nanti dia gimana?"

"Lo liat tuh selang-selang, itu nutrisi buat Aurora. Walaupun dia ga makan apapun tapi selama ini tubuhnya di isi nutrisi sama yang lainnya yang ngga gue ngerti. Kalo lo kan ngga, jangan kaya remaja yang baru putus cinta deh. Kalo lo sakit siapa yang bakal jaga bini lo? lo mau gitu tiduran di ranjang rumah sakit juga?" ceramah Devian.

"Jangan beg-"

"Soto ayam."

"Nah gitu kek." Devian mengutak atik handphonenya, dia sedang memesan makanan online untuk dirinya dan juga Daffa.

Kebetulan Devian juga baru pulang dari kantor dan belum makan malam jadi sekalian saja dia mengajak Daffa yang sekarang menjadi susah makan.

"Soal kasus itu gimana Daf?" tanya Devian.

"Masih belum ada perkembangan. Sampe sekarang semua orang cuma nyebut rambut panjang bergelombang."

"Anjing siapa sih tu cewek!" kesal Devian karena sudah tiga bulan kasus yang mereka selidiki tidak ada perkembangan sedikit pun.

"Lo curiga ke siapa?" tanya Daffa.

"Fely. Dia ga dateng waktu itu padahal kan dia dulu satu eskul sama kak Putri, dan mereka juga lumayan deket. Kalo lo siapa?"

"Gladys. Dia yang berkemungkinan besar nyelakain Aurora. Satu lagi, gue curiga ke Cintia karena dia telat dateng waktu itu di tambah rambutnya panjang bergelombang."

Devian menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba gatal, "Gue rasa agak ga mungkin kalo Cintia. Adel bilang emang hari itu Cintia tugas dan Cintia sempet ngasih tau jadwalnya di grup kelas mereka buat bukti kalo dia beneran ga bisa dateng ke acara Andi."

"Terus kenapa dia akhirnya dateng?" tanya Daffa.

"Maybe nyempetin diri karna katanya dia sampe sana masih pake seragamnya sambil bawa koper," ucap Devian.

auroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang