CHAPTER 14

15.1K 442 19
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang sedikit jauh akhirnya akupun sampai disekolah, aku berjalan sedikit cepat karna jarum jam telah menunjukkan pukul tujuh pagi, aku berlari terlalu kencang hingga tak sempat untuk memperhatikkan jalan.

BRUK

Aku terjatuh karna menabrak seseorang, ah rasanya aku ingin langsung mengumpati orang tersebut. Namun sialnya kali ini aku juga salah karna tak sempat memperhatikkan jalan, "yah, bebeb Letta jatuh" ah sial, lelaki ini rupanya.

Ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu dengan Felix, "gak usah, gue bisa berdiri sendiri" ketusku sembari menepis tangannya yang hendak memegang tanganku untuk membantuku berdiri.

Felix memasang wajah melas, membuatku tak tega dibuatnya. Aku menghela nafas kasar, "sorry" ucapku sedikit melembutkan suaraku.

Felix tersenyum sumringah dan mengangguk, "gak pa-pa. Lain kali hati-hati ya, jangan lari-larian. Nanti jatuh lagi, oke beb" lelaki ini kenapa ceria sekali, tak pernah sekali pun aku nampak melihatnya bersedih apalagi murung. Wajah itu selalu dihiasi dengan senyuman dan ekspresi tengil. Apakah hidupnya berjalan begitu lancar hingga tak ada sela untuknya bersedih dan frustasi?

"Hm" balasku.

"Kenapa lari-larian? Takut telat ya" ucap Felix sembari berdiri disampingku dan berjalan bersamaku kearah kelas, "he'em, tadi gue bangunnya rada telat" balasku tak mau terlalu singkat.

"Semalem habis begadang?" tanyannya, "iya" balasku. "Kenapa begadang? Nonton film?" Felix tak pernah kehabisan topik saat berbincang denganku, ada saja yang ia bahas. Hal tak penting pun akan ia tanyakan saat denganku, "enggak" balasku.

"Terus?" tanyanya lagi sembari melepas tasku dan membawakanya, "eh-" aku terkejut karna ia mengambil tasku, namun saat aku akan membuka suara ia langsung menyelanya, "hp an ya" selanya.

Aku menghela nafas panjang dan membiarkannya membawakan tasku, tasku sedikit berat karna pelajaran hari ini sangat banyak. "Enggak juga" balasku.

"Ck, kenapa enggak semua sih!" kesalnya, aku terkekeh pelan karna mendengar suaranya yang berubah menjadi sedikit alay. "Gak lucu, beb!" panggilan beb telah melekat di Felix, ia selalu memanggilku seperti itu saat berdua denganku.

"Tapi emang salah semua, Fel" balasku menyudahi kekehanku, "ya kasih tau yang bener dong" kesalnya sembari merangkul bahu ku dan menariknya kearahnya, bukan modus tapi ada dua siswa yang lewat disampingku. "Gak mau" balasku bebarengan dengannya yang melepaskan rangkulan dibahuku.

"Tau ah, males" gerutunya lalu diam, aku hanya tersenyum kecil dan ikut diam.

Tak lama dari itu aku dan Felix pun sampai dikelas, Felix mengantarku sampai kursi dan meletakan tasku diatas meja, "semangat belajarnya, jangan mikirin aku yah. Kalau kangen langsung noleh kebelakang aja, oke beb" ucapnya dengan senyum lebar. "Najis" balasku lalu mengusirnya pergi, "udah sana pergi"

"Jahat" gerutunya, "makasih" mendengarku mengucapkan 'makasih' Felix pun langsung menaikkan sebelah alisnya bingung, "kenapa makasih?" tanyanya. "Makasih karna udah jadi babu gue"

"Ha?" cengonya dengan wajah syok, "bawain tas gue-- kan itu sama kaya babu gue" jelasku dengan kekehan diakhir kalimat, "sialan" umpatnya.

"Haha" aku kembali terkekeh sebelum akhirnya Caca datang dan mengusir Felix "ngapain lo disini? Sono pergi" ketus Caca, ah temanku yang satu ini sedikit membuatku kesal. Ia selalu bersikap seolah membenci Felix padahal jelas bahwa ia menyukai Felix.

Kenapa tak mencoba memperbaiki hubungan dan melakukan pendekatan dengan Felix, siapa tau Felix juga memiliki perasaan yang sama. "Apaansi lo! Ngegas mulu kek tronton" balas Felix sewot, jika sudah beradu mulut seperti ini biasanya akan berakhir dengan pertengkaran.

HE IS MY HUSBAND 18+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang