CHAPTER 35

17.2K 411 30
                                    

Alea berada disini hingga larut malam, awalnya Alea ingin menginap namun tiba-tiba papa meneflon dan menyuruh Alea untuk segera pulang.

Sebenarnya Alea menolak namun papa memaksa untuk tetap pulang dengan alasan bahwa aku dan Aletta masihlah pengantin baru yang membutuhkan banyak waktu bersama.

Untuk kali ini aki setuju dengan papa, ya aku memang membutuhkan lebih banyan waktu berdua dengan Aletta, kehadarina Alea disini sedikit menganggu.

Tak sedikit lagi, memang menganggu lebih tepatnya. Belum apa-apa saja ia sudah merusak momen pagiku dengan Aletta, bullshit jika aku bilang aku tak marah nan kesal padanya. Namun mau bagaimana lagi, toh sudah terjadi.

"Yaudah iya aku pulang" ngalah Alea dengan lemas, "yasudah cepat pulang, nanti papa tambah uang jajannya" balas papa dari sambungan telfon.

Alea yang mendengar kata uang tentu saja langsung berbinar, ia yang awalnya lemas langsung kembali antuasias, "beneran pa?" tanya Alea sangat antusisas, "iya, udah buruan pulang. Nanti makin malem" balas papa.

"Siap-- eh btw ini aku pulang sendiri gitu?" aku tau apa yang difikirkan oleh Alea, ini sudah malam dan ia adalah seorang perempuan, mana mungkin ia bisa pulang sendiri di situasi seperti ini.

"Sudah papa tambah uang jajannya masa harus papa jemput juga. Tanggung, mama udah ganti baju dinas" balas papa, "aelah, dinas mulu perasaan" aku tertawa begitu mendengar kata 'dinas' disaan, aku tau betul apa yang dimaksud dinas disana.

Aletta yang melihatku tertawa langsung menyenggol lenganku dan berbisik lirih, "dinas apaan? Bokap lo mau kerja lagi?" tanya Aletta dengan nada polo, "bukan" balasku enggan untuk menjelaskannya.

"Terus?" tanyanya terdengar semakin penasaran. "Malem pertama" balasku masih tak mau memperjelas yang dimaksud.

"Lah? Bokap lo nikah lagi?" ingin sekali ku keplak kepala Aletta, bagaimana bisa ia tak faham dengan kata 'dinas' yang dimaksud, "ngewe anjir" kesalku.

Aletta memelototkan matanya syok lalu memukul lenganku, plak. "Udah tua mana sempet begituan bego" umpatnya, awlanya kukira ia polos, ternyata aku salah. Ia tak polos, tapi bodoh.

"Ngewe mana mandang umur tolol" balasku sembari mengumpatinya, Aletta kembali memukul lenganku namun kali ini tak sekeras yang tadi, plak. "Ngarang" ucapnya lalu menjauh dariku.

"Terus pulangku gimana? Pesen taxi?" Alea masih bingung dengan caranya pulang, sebenarnya aku tau harus apa tapi aku enggan melakukannya. Jadi aku memilih untuk diam.

Aku sudah berusaha untuk menutup mulut agar tak kena, rupa-rupanya Aletta malah menghancurkan segalanya. Ia dengan sok baiknya malah menyebutkan namaki agar akulah yang mengantar Alea pulang, "gak pa-pa biar Al aja yang anter pulang" ucap Aletta.

Aku yang tak terima tentu saja langsung membuka suara, "ih apa-apaan si, Tha. Kok gue sih" kesalku.

Bukannya memberi penjelasan Aletta malah menyuruhku diam, "udah sst" balasnya sembari meletakan jari telunjuknya didepan mulutnya, seolah memberiku isyarat untuk menutup mulut.

"Dasar menyebalkan" umpatku dalam hati.

Setelah perdebatan panjang akhirnya akupun mengalah dan memilih untuk mengantar Alea pulang, selama perjalanan aku tak henti-hentinya menggerutu, dan Alea hanya mengatakan, "udah deh santuy aja, besok gue traktir cilok dua rebu" ucapnya.

"Cilak pala lo, gue gak suka cilok" balasku kesal lalu segera menambah kecepatan laju mobil ku.

Selesai mengantar Alea pulang aku pun segera menghampiri Aletta, membuka pintu kamar dengan lemas lalu berjalan lemah kearah Aletta, memeluk Aletta yang tengah sibuk bermain ponsel.

HE IS MY HUSBAND 18+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang