ALVARO POV :
Setelah kepergian Aletta, perasaanku menjadi kacau. Ada sedikit perasaan tak tenang karna takut Aletta akan mengadu ke guru karna mempergokiku merokok, sudah bukan rahasia lagi bahwa wanita itu begitu tak menyukaiku.
Tak bermaksud berfikir buruk, tapi siapa yang tau. Kita tak tau apa yang akan orang lakukan saat tak menyukai kita, bisa saja orang itu akan mencari keburukan kita dan mengumbarnya agar kita mendapat masalah.
"Ah sial, menganggu acara merokokku saja" gerutu ku kesal, jujur aku kesal. Karna rokokku tadi adalah rokok keduaku yang sialnya sama sekali belum kusentuh, aku baru saja mematiknya dengan korek api.
Baru ingin ku hisap dan Aletta masuk, membuatku dengan spontan langsung membuangnya. Sedikit tak rela membiarkan sebatang rokokku terbuang sia-sia.
Aku menghela nafas kasar lalu memutuskan untuk kembali kekelas, aku berjalan kearah kelas, tak jauh dari kelas kudengar kegaduhan didalam, "kenapa berisik sekali? Apakah mereka tidak ditegur?" tanyaku dalam hati
Kelasku berada tak jauh dari ruang rapat, yang tentu saja jika ada sedikit kegaduhan dan keramaian, maka akan sampai keruangan rapat.
Aku membuka pintu dengan perlahan, dan kulihat Caca, Felix, serta Leo tengah beradu argumen disana. Kulihat Caca sangat emosi, bahkan nampak sekali urat-urat dari lehernya. Dan Felix sendiri tak kalah emosi, sedangkan Leo hanya berusaha menengahi dengan sedikit menyentak dan membentak.
Aku menghela nafas kasar melihat kekacaun itu, kelas ini sudah biasa diisi dengan kekacauan dan kegaduhan yang diakibatkan oleh Caca dan Felix.
Dua manusia itu seolah tak bisa akur walau hanya semenit, Caca si emosian dan Felix si pemancing masalah sungguh perpaduan yang sangat sempurna untuk setiap pertengkaran dan percekcokan.
Aku menggeleng pelan dan menghampiri Andra, ku tepuk bahunya pelan, "Aletta mana?" tanyaku berbisik padanya. Aku bertanya karna aku tak melihat ada Aletta dan tas Aletta di dalam kelas.
Andra yang mendengarku menanyakan Aletta merasa sangat heran, "ha? Tumben nanya Aletta?" bukannya menjawab pertanyaanku, Andra malah balik bertanya, membuatku merasa malas untuk membalasnya. "Jawab aja kenapa sih? Rempong banget malah nanya balik" kesalku.
Andra terkekeh pelan, "pulang kayanya, gue juga gak tau, tiba-tiba masuk kaya orang emosi terus cabut gitu aja" jelas Andra yang hanya kubalas anggukan kecil, "Oh" balasku mengangguk kecil.
"Tuh dua orang bertengkar kenapa lagi? Tiap hari tengkar mulu perasaan" tanyaku mengalihkan pembahasan, aku takut Andra berfikir yang macam-macam. Andra termasuk orang yang peka, entah peka dalam hal percintaan atau masalah.
"Biasa, kaya gak kenal mereka aja" balas Andra melipat tanhan didepan dada sembari asik menikmati kekacauan yang Caca dan Felix buat.
"Gak lo pisahin kah? Kedengeran sampai luar loh" tanyaku, aku hanya takut ditegur oleh guru, kelasku termasuk kelas unggulan dan saat melakukan setitik kesalahan maka akan diungkit-ungkit terus dan dibanding-bandingkan dengan kelas sebelah yang termasuk kelas unggulan juga.
"Biarin aja, lagi seru" balas Andra acuh.
Aku mengangguk kecil dan duduk disamping Andra, ku buka ponselku dan aku mulai bermain game kesayanganku, yang tak lain adalah game toxic mobile legends.
Sekitar tiga match ranked dan dua match classic tak lama setelah itu bel pulang pun berbunyi. Ku masukkan ponselku kedalam saku dan ku beresi semua barang-barangku.
"Gue cabut dulu ya, udah ditunggin nyokap hehe" pamitku ke teman-temanku, biasanya sepulang sekolah kami akan pergi nongkron kesalah satu cafe atau tempat angkringan biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY HUSBAND 18+ (END)
Teen FictionCerita kali ini mengkisahkan tentang Alvaro dan Aletta, sekelas selama tiga tahun tak berarti menumbuhkan interaksi serta kedekatan diantara keduanya. Hingga akhirnya sebuah kejadian yang sangat mendadak, membuat hubungan keduanya berubah.