CHAPTER 18

12.9K 424 23
                                    

Marchel :"gue sampai sore tha"
Marchel :"jadi ketemu kan?"
Marchel :"pasti ketemu sih"
Marchel :"kalau enggak auto bakar rumah lo"

Marchel adalah teman lamaku, kami telah lama lost contact karna kesibukan kami masing-masing. Marchel yang sibuk dengan kuliahannya dan aku yang sibuk sekolah sembari menyelesaikan masalah ku disini.

Entah kenapa semenjak aku kembali menetap di Surabaya ini, masalah ku kian tak tau diri, membeludak.

Tuhan seolah tak memberiku waktu untuk bernafas, tuhan selalu memberiku masalah hingga terkadang aku merasa frustasi sendiri.

Entah karna tuhan ingin menguji ku dan memberitauku bahwa aku kuat, atau memang ingin membuatku gila.

Aku bertemu dengan Marchel saat papa ada kerjaan di Bandung, kala itu papa sangat menyayangiku. Masa-masa dimana papa jauh lebih memprioritaskan aku dari pada Zidan. Papa selalu mengajakku saat ia ada kerjaan dimana pun, bahkan papa lebih sering bersamaku dari pada mama dan Zidan.

Namun semua berubah saat Zidan mulai memenangkan berberapa olimpiade dan kejuaraan di berbagai bidang pendidikkan dan karate.

Mungkin masaku bersama papa telah usai, dan mungkin waktu itu saatnya Zidanlah yang bersama papa, pikirku saat itu.

Namun ternyata semakin kesini aku malah diabaikan dan kerap kali diposisikan di tempat yang rugi. Tapi yasudahlah, toh semua telah lewat.

Aletta :"jam brp?"
Aletta :"gue jemput"

Marchel ke Surabaya naik kereta, yang dimana itu artinya jika aku menjemputnya maka aku akan menjemputnya distasiun.

Aku lebih menyukai stasiun dari pada bandara, karna saat aku pergi ke stasiun, aku tak pernah merasakan kesedihan. Stasiun adalah tempat penyambutan, bukan kehilangan, pikirku sampai saat ini.

Marchel :"empatan mungkin"
Marchel :"gak usahlah"
Marchel :"nanti kita lngsng ketemuan di tempat aja"
Marchel :"lo kan gatau jalan"
Marchel :"nanti klo nyasar kan gue juga yang repot😒"

Aletta :"🖕🖕"
Aletta :"ga usa kek tai deh"
Aletta :"stasiun mana?"

Marchel :"🐵🐵"
Marchel :"gubeng"

Aletta :"🐽🐽"
Aletta :"jauh bgt gila"

Marchel :"makanya gak usah ege"

Aletta :"gapapa nanti gue jemput"
Aletta :"nanti jngn pergi sebelum ada gue"
Aletta :"oke?"

Marchel :"ogah bgt nunggu elo"
Marchel :"mending gue lngsng cabut"

Aletta :"lo gak nungguin gue"
Aletta :"gue bakar rumah lo"

Marchel :"takutt bingitz🥺"

Aletta :"tae"

Jarak rumahku dan stasiun Gubeng lumayan jauh, namun tak apa lah, sekalian jalan-jalan juga.

Setelah kejadian disekolah tadi, aku langsung pulang kerumah, aku telah tak didalam mood yang baik untuk melanjutkan kegiatanku disekolah.

Al memang brengsek, membuatku hilang selera untuk sekolah. Awas saja, aku akan membalasnya nanti.

Ku rebahkan tubuhku disofa, kuletakan tasku dilantai dan aku mulai memejamkan mata berusaha menetralkan tubuhku. Rasanya lelah sekali berjalan sampai rumah, aku pun sok ngide sekali jalan, padahal jarak sekolah dan rumahku lumayan jauh.

Rasanya kakiku telah remuk, "tak akan lagi aku ngide untuk jalan, rasanya sangat melelahkah, kakiku terasa kebas karna saking lelahnya, bahkan terkesan mati rasa, rasanya"

HE IS MY HUSBAND 18+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang