CHAPTER 1

64K 1.2K 14
                                    

Guru-guru sedang mengadakan rapat dan itu membuat berberapa kelas kosong tanpa pelajaran. Sama halnya dengan kelas-kelas lainnya yang menyukai jam kosong. Anak kelas MIPA 3 pun sedang bersorak senang karna kekosongan jam kali ini.

"Kosong lagi nih bro, kapan lagi kosong dua hari berturut-turut yekan!" sorak Leo senang. Menjadi kelas unggulan sungguh melelahkan untuk kelas ini, setiap ada jam kosong, kelas MIPA 3 kerap kali disuguhi dengan berberapa tugas mempusingkan. Namun beruntungnya kali ini kelas MIPA 3 benar-benar kosong tanpa guru dan tanpa tugas sialan itu.

"Yoi. Ngegame yuk" timpal Felix, menawarkan untuk bermain bersama. "Yoklah gas bae kalo gue mah" balas Leo langsung mensetuji ajakan Felix.

Lain halnya dengan Leo yang mensetuji ajakan Felix, Andra malah menolak ajakan itu mentah-mentah. "Gak dulu ah, bosen main sama lo pada. Bukanya menang naikin rank gue, yang ada malah rank gue turun terus ngentod. Mana lo suka ngetroll lagi kan sempak" gerutu Andra. Sudah bukan hal baru jika permainan yang satu ini sangat digemari oleh remaja-remaja di Indonesia. Game yang asik namun toxic sungguh perpaduan yang sangat sempurna.

"Ah bacod lo sempak, lo ngetank aja gak bener. Sok-sokan mau menang" Alvaro mulai angkat bicara. Rasa-rasanya disalahkan begitu saja sangatlah tidak enak. Dia sebagai core digame itu merasa kesal saat Andra menolak bermain bersama hanya karna kalah.

"Toh kalau kalah juga kalah bareng, Ndra" timpal Leo

"Ogah. Al retrinya indomaret, bikin sebel" ledek Andra, "wah ngajak bye one nih bocah" Alvaro bangkit dari tempat duduknya, berjalan kearah Andra hendak menggeplak kepala Andra. Namun buru-buru dihentikan oleh Felix, "woy-woy, kalem bro" ucap Felix menahan tangan Alvaro

"Haha" tawa Andra dan Leo bebarengan. "Ah sempak lo" umpat Al lalu duduk kembali ketempat duduknya.

-

Aletta bangkit dari tempat duduknya, berjalan kearah Andra dan menyerahkan ponselnya yang berisi percakapanya dengan wali kelasnya.

Walas :"aletta, tolong bilang keAndra untuk tetap mengatur kelas agar tak terlalu bising"
Walas :"ibu lagi ada rapat"
Walas :"ibu tau kalian pasti lelah, jadi untuk hari ini kalian bebas tanpa tugas. Kalian boleh melakukan apa saja tapi tolong kecilkan volume suara kalian"
Walas :"mengerti?"

Aletta :"mengerti"

Andra membaca teks percakaan itu dengan seksama, dan ia langsung tersenyum senang setelah membaca teks itu hingga tuntas. "Okey, thanks" ucap Andra mengembalikan ponsel Aletta.

Aletta menganggukkan kepalanya pelan lalu segera pergi dari hadapan Andra, namun baru saja ia balik badan tiba-tiba tanya dicekal oleh Felix.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Felix sangat menyukai Aletta, dan Felix kerap kali menunjukkan rasa sukanya dengan gamblang tanpa rasa malu sedikitpun.

Aletta yang tau jelas bahwa tangnya dicekal oleh Felix langsung memejamkan mata frustasi. "Lepas" ketus Aletta menarik tangannya kasar tanpa menoleh kearah Felix sama sekali. "Jahat banget si beb, kan-" belum selesai Felix berbicara, Aletta sudah lebih dulu menyelanya. "Brisik" sela Aletta lalu segera pergi dari hadapan Andra, Felix, Leo, dan Alvaro.

Setelah kepergian Aletta, Andra langsung menggoda Felix, "utut kesiannya" ledek Andra menoel-noel pipi Felix

"Kesian ditolak terus, gak cape boz ngejar terus? Lepasin aja deh buat gue. Dia tuh gak akan mau sama lo-" ucapan Leo langsung disela oleh Felix

"Terus lo fikir dia mau sama lo, hah?-- dih halu" sela Felix

"Sialan lo" umpat Leo dengan bibir memanyun

"Haha, percaya sama gue deh. Aletta tuh gak akan mau sama lo semua, karna lo tau apa--" Andra menggantungkan ucapnya dengan sengaja agar Felix dan Leo penasaran

"Karna lo semua burik, haha" lanjut Andra dengan tawa puas diakhir kalimatnya. "Sialan lo bangkek!" umpat Felix dan Leo bebarengan. "Terima kenyataan aja kenapa sih, susah amat" ucap Andra.

"Bacod sempak" umpat Felix, Andra terkekeh pelan dan bangkit dari tempat duduknya, berjalan kedepan kelas dengan satu buku yang telah digulung memanjang, "main yuk!" triaknya menggunakan gulungan buku itu. Semua mata tertuju kearah Andra, dan bukannya merasa malu, Andra malah dengan polos tersenyum menampakkan deretan gigi rapinya.

"Yuk!"
"Yuk!"
"Yuks!"
"Yuks!"
"Yuklah!"

Balas berberapa siswa dengan wajah penuh senyuman. Melihat banyak teman-temannya yang setuju untuk bermain bersama, tentu saja Andra merasa sangat senang. Ia kembali tersenyum dan berlari kecil kearah gerombolan teman-temannya yang telah membuat lingkaran kecil.

Melihat Andra yang berlari kearah gerombolan itu, teman-temannya yang lainpun ikut membuntuti Andra dan mulai bergabung pada gerombolan itu, termasuk Leo dan Felix. "Bentuk lingkaran woi! Biar gampang mainnya" ucap Leo yang langsung dituruti oleh teman-temannya.

Andra tersenyum puas melihat teman-temannya telah bergabung, namun dilain sisi ia juga kesal karna Alvaro dan Aletta masih setia duduk ditempatnya tak menghiraukan apapun. Kedua manusia itu seolah acuh dengan keadaan sekitar dan asik dengan duniannya masing-masing.

"Ayoklah, Al!" triak Andra kesal, karna tak melihat ada tanda-tanda dari Al bahwa ia akan bergabung kelingkaran yang telah ia buat bersama teman-temannya yang lain.

"Gak dulu, nanggung lagi lord" tolak Al.

Andra menghela nafas kasar, lalu berjalan menghentak-hentakkan kakinya kasar kearah Alvaro. "Ayokkk" rengek Andra menarik-narik tangan Alvaro, membuatnya kesulitan untuk mengontrol permainanya. "Ah sialan lo, jadi gak kepencet kan retrinya, asu" kesal Al berdecak kasar.

"Makanya ayo main, ih" Andra kembali merengek membuat Al merasa geli. "Geli setan!" kesal Al. "Bodo amat, wle" ledek Andra langsung menggeret Al untuk bergabung kelingkaran yang telah ia buat bersama teman-temannya yang tadi.

Setelah Al bergabung, sekarang saatnya ia membujuk Aletta agar ikut juga kedalam permainannya nanti, "Tha yuk maen" ajak Andra

"Gak dulu, bacaan gue masih banyak" tolak Aletta tak menoleh sama sekali kearah Andra, Andra yang melihat itu tentu saja kesal, "tutup dulu, lanjut dirumah lagi aja" bujuk Andra. "Gak mau" tolak Aletta tetap fokus pada bacaanya.

Andra tak menyerah, ia menarik buku Aletta paksa dan mengangkatnya keatas. Membuat Aletta kesulitan untuk mengambil kembali bukunya karna tinggi badanya yang jauh dibawah Andra, "ck, balikin gak!" kesal Aletta. "Enggak-- ikut main dulu, nanti gue balikin" tolak Andra.

Aletta mendecih kasar lalu kembali duduk ketempat duduknya, "ambil aja gue gak butuh, gue bisa baca yang lain" acuh Aletta mengeluarkan ponsel dari saku roknya.

Andra melongo melihat sikap acuh Aletta, ia membalik buku novel ditangannya dan melihat harga yang tertera disana. Ia memelototkan matanya terkejut melihat angka yang tertera, "gilak buku ginian doang harganya lebih malah dari uang saku jajan gue, anjir. Parah parah parah" ucapnya dalam hati dengan gelengan kepala tak habisfikir.

Karna melihat harga mahalnya buku itu, ada satu ide cemerlang terlintas diotak Andra, "ikut main atau gue buang buku lo" ancam Andra. Bukan tanpa alasan ia kekeh mengajak Aletta bermain bersama. Ia tak pernah bermain bersama Aletta, jangankan bermain, mengobrol lebih dari lima menit saja tidak pernah.

"Buang aja-- bakar juga kalau perlu" balas Aletta dengan tatapan fokus pada layar ponsel ditangannya.

Mendengar jawaban Aletta yang kembali acuh membuat Andra sedikit kesal. Ia menarik paksa ponsel ditangan Aletta dan kembali mengangkatnya keatas, "ikut atau gue jual hp lo" ancam Andra dengan wajah berpura-pura serius. Padahal terlihat jelas bahwa perkataannya hanyalah main-main.

Aletta tersenyum kecut dan menganggukkan kepala, "oke" balas Aletta lalu berranjak dari tempat duduknya dan pergi kearah gerombolan itu.

Ia mengalah bukan karna takut ponselnya dijual, namun ia berusaha menghargai Andra yang telah membujuknya.

Andra bersorak senang melihat Aletta setuju untuk ikut. Ia tersenyum puas lalu membuntuti Aletta dari belakang.

Aletta duduk disamping Caca, "dih katanya gak mau ikut" cibir Caca. "Dipaksa" balas Aletta singkat.

HE IS MY HUSBAND 18+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang