Sinar matahari menganggu tidurku, ku kerjap-kerjapkan mataku sejenak barulah aku dapat membuka mata dengan sempurna. Kulihat Aletta masih tertidur dengan pulas dalam dekapanku, ku kecup puncak kepalanya singkat dan kulepas pelukanku.
Aku turun dari ranjang dan pergi kekamar mandi, untuk apalagi jika tak pergi mandi. Seusai mandi akupun segera turun kebawah untuk menyiapkan sarapan, aku tak pandai memasak, aku hanya memasakannya roti bakar lengkap dengan susu hangat.
Saat sedang mengaduk susu, kudengar suara langkah Aletta yang sedang turun dari tangga. "Udah bangun?" tanyaku sembari mengaduk susu dihadapanku.
"Udah, lo lagi bikin apa?" tanyanya sembari berjalan kearahku, ia berdiri didepanku sebelum akhirnya mengambil susu yang telah kuaduk dan menyeruputnya dengan tampang tanpa dosa.
Aku mendengus kasar dan membawa susu yang saat ini tengah ku aduk kemeja makan, "gak ada yang nyuruh lo buat minum tuh susu jamila!" ucapku dengan wajah kesal.
"Susunya dua, berarti buat gue satu" balasnya membawa susunya yang tadi dan duduk di hadapanku. "Percaya diri itu perlu, tapi terlalu percaya diri itu gak baik" ucapku menyibirnya.
"Iyain ajalah" balasnya acuh.
Aku menyodorkan sepiring roti bakar kehadapannya, "yang itu baru buat lo" ucapku yang langsung dibalasi senyuman tipis olehnya. "Tipis banget senyumnya, kaya akhlak lo" cibirku.
"Brisik, toa" enak saja ia memanggil ku toa, apakah aku seberisik itu?
"Toa bapak lo!" kesalku, "skip baperan" acuhnya sembari mengoleskan selai coklat keatas roti bakar yang tadi kuberikan untuknya.
Suasana hening sejenak, karna aku dan Aletta sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aletta sibuk mengolesi roti bakar dengan selai coklat, sedangkan aku sibuk memakan roti bakarku tanpa isian apapun. "Nih" ucap Aletta menyodorkan roti bakar yang baru saja ia olesi selai.
Aku menaikkan sebelah alisku bingung, "apa?" tanyaku dengan mulut penuh roti, "buat lo, jangan kaya orang miskin, makan roti gak pake isi" balasnya dengan wajah angkuh. "Enakan gak pake isi bego" kesalku karna tak terima dikatainya.
"Bodo amat, udah buru ambil sebelum gue berubah fikiran" ucapnya sedikit mengancam, aku mendengus kecil dan mengambil roti itu dari tangannya.
Aletta tersenyum tipis dan kembali mengulangi kegiatannya yang tadi, namun bedanya, roti kali ini masuk kedalam mulutnya bukan mulutku.
Aku selesai makan lebih dulu darinya, aku bangkit dari tempat dudukku dan membawa piring kotor serta gelas susuku yang tadi ke dapur untuk dicuci, namun saat aku akan mencucinya tiba-tiba Aletta menghampiriku dan menarik tanganku menjauh dari dua benda kotor itu, "taro aja, biar gue yang cuci" ucap Aletta dengan mulut yang penuh roti dan berberapa selai coklat yang cemong dibibirnya.
Aku terkekeh pelan, menangkup wajahnya dan mengusap bibirnya yang sedikit kotor karna selai coklat rotinya. Aletta hanya diam, tak berekspresi apapun ataupun marah, ia tersenyum tipis sebelum akhirnya menjauh dariku, "makasih, tapi lain kali gak perlu kaya gitu-- gue bisa bersihin sendiri" ucapnya mengacungiku jempol lalu pergi ketempat duduknya yang tadi.
Aku mendongkkan kepalaku keatas, berusaha menghalau perasaanku sendiri, "aish, merepotkan"
Aku mengusap wajahku kasar lalu berjalan naik tangga untuk kekamar, "selesain makanannya cepet, kita berangkat lima belas menit lagi" ucapku sembari menaiki anak tangga didepanku, aku tak mau menoleh ke arahnya, takut tiba-tiba wajah salah tingkahku tertangkap olehnya.
"Ha? Maksudnya?" cengonya.
Aku hanya mengangkat bahu acuh lalu mempercepat langkahku, aku masuk kedalam kamar. Mencari seragam sekolahku dan segera mengenakannya, hari ini masih hari sekolah, sebenarnya aku berniat untuk membolos namun tak jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY HUSBAND 18+ (END)
Fiksi RemajaCerita kali ini mengkisahkan tentang Alvaro dan Aletta, sekelas selama tiga tahun tak berarti menumbuhkan interaksi serta kedekatan diantara keduanya. Hingga akhirnya sebuah kejadian yang sangat mendadak, membuat hubungan keduanya berubah.