Aletta melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipiku dan menatap mataku dengan tatapan lelah, ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara, "sorry, Al. Tapi gue enggak bisa percaya sama lo, gue gak bisa percaya kalau semalem lo nggak ngelakuin apa-apa sama Gina, iya gue tau gue egois, tapi hati gue beneran gak bisa percaya. Jadi buat tenangin diri gue, izinin gue buat nyium lo dan ngilangin bekas Gina disini, iya gue tau gue egois, tapi-" betapa bahagianya aku mendengarnya mengucap itu.
Belum sempat Aletta menuntaskan ucapannya, aku sudah lebih dulu menyelanya, "tanpa lo izin pun gue udah mempersilahkan bibir ini buat lo cium Tha. Lo gak perlu izin dari gue karna dari awalpun semua yang ada ditubuh gue milik lo" selaku.
Aletta tersenyum dan mengangguk. Namun ia tak langsung menciumku, aku yang sudah kelewat senang langsung mengambil tindakan lebih dulu
Ku tarik tengkuknya dan ku lumat bibirnya, kuabsen setiap ornamen yang ada didalam sini, kumainkan lidahku didalam sana, dan ku tekan tengkuknya agar semakin dalam ciuman ini.
Aletta tak hanya diam saja, ia ikut membalas lumatan ini, ia berusaha mengimbangiku, berusaha mengambil alih dan memandu ciuman ini namun tak bisa karna akulah yang memandunya.
Ku lumat bibir Aletta, tak kubiarkan Aletta berusaha terlalu keras untuk mengimbanginya, karna aku tau Aletta masih cupu dalam hal ini.
Ku gigit kecil bibir bagian bawahnya, namun aku tetap berusaha untuk tak menyakitinya. Tangan Aletta turun dari pipiku dan bertenteng manis dileherku, Aletta mengalungkan tangannya disana, dan melingkarkan kakinya ke pinggangku.
Aletta memajukan tubuhnya dan memirinkan kepalanya, tak ingin diam saja. Aku pun melakukan hal yang sama, kukikis jarak diantara kita dan kulepas ciumannya untuk berganti mencium bagian lehernya. Kugigit kecil dan hisap lehernya hingga memunculkan tanda merah disana.
Aletta tak marah, ia menengadahkan kepalanya keatas, memberiku ruang untuk menjelajahi lehernya lebih luas.
Disela ku beri tanda lehernya, aku sempat menoleh keatas untuk melihat Aletta, dan disana kulihat Aletta tengah memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya.
Usai dengan bagian leher aku pun kembali kebibirnya, kembali kulumat bibir itu dengan rakus dan tak kuberi ruang untuk Aletta berkerja ekstra karna aku telah memegang penuh kendali dalam ciuman ini.
Ku pegang bagian belakang kepala Aletta dan kurebahkan tubuhnya ke ranjang, kutarik kaki kanannya dan kuelus ringan, Aletta memejamkan matanya dan menedesis lirih, "ahh".
Senyum kecil muncul dari bibirku saat mendengarnya mendesah, "okay?" bisikku dengan nada sensual.
Alett tak menjawab, ia hanya menggeleng dan sepersekian detik kemudia ia segera menenggelamkan wajahnya keceruk leherku.
Lengkungan dibibirku semakin melebar, ku tarik Aletta dan kembali kulumat bibirnya.
Ku beranikan diri untuk menyelusupkan tanganku kedalam baju Aletta, kulepas kaitan branya lalu kutarik lagi tanganku untuk keluar.
Selesai dengan kaitan bra Aletta, sekarang mulai kulepas setiap kancing yang ada di pakaian Aletta, namun Aletta menahannya, menatapku dengan tatapan yang mengisyaratkan, "jangan".
Aku seolah hilang akal, kuabaikan tatapan itu dan tetap kubuka kancing Aletta. Aletta kembali menahan tanganku, ia kecup bibirku lalu sepersekian detik kemudian ia mendorongku dan duduk diatasku. "Al" lirih Aletta
"Apa?"
"Lo gila?" aku menggeleng dan segera merubah posisi kembali, Aletta kembali berada dibawahku dan segera kubuka pakaian Aletta dengan cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/249713259-288-k915608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MY HUSBAND 18+ (END)
Dla nastolatkówCerita kali ini mengkisahkan tentang Alvaro dan Aletta, sekelas selama tiga tahun tak berarti menumbuhkan interaksi serta kedekatan diantara keduanya. Hingga akhirnya sebuah kejadian yang sangat mendadak, membuat hubungan keduanya berubah.