CHAPTER 4

25.4K 727 11
                                    

Aletta pulang kerumah, membuka pintu dengan perlahan dan tak lupa untuk menutupnya kembali. Ia membalik badan dan mendapati kedua orang tuanya, serta kakaknya tengah duduk bersama di ruang tamu.

Aletta sempat diam sejenak, berusaha mencerna ada apa ini sebenarnya. Namun tiba-tiba bi Ijah datang dan membisikinya, "non teh yang sabar ya, bibi yakin non Aletta pasti bisa" Aletta tak faham dengan maksud bi Ijah.

Pasalnya untuk saat ini semua sedang baik-baik saja. Hidupnya tengah damai nan aman santosa, oleh karna itulah tak ada yang perlu dikhawatirkan untuk saat ini.

"Maksudnya?" tanya Aletta bingung. Namun bukannya menjawab, bi Ijah malah memeluk Aletta sembari mengusap punggung Aletta dengan lembut.

"Bi-" belum sempat Aletta menyelesaikan ucapanya, bi Ijah sudah lebih dulu melepaskan pelukannya, mengusap pundaknya lalu segera pergi meninggalkannya. Tanpa memberikan penjelasan sama sekali.

Aletta menghela nafas panjang, menyibak rambutnya kebelakang, lalu segera berjalan menghampiri mama, papa, serta kakaknya itu. Awalnya ia ingin langsung naik kekamarnya, namun begitu mendengar ucapan bi Ijah, ia langsung mengurungkan niatnya dan lebih memilih kesini.

Berharap ia bisa mendapatkan sedikit informasi, dan mencari tau maksud dari perkataan bi Ijah tadi.

Aletta berdiri tepat di samping mamanya, membuat semua mata tertuju padanya. "Kenapa?" tanya Aletta dengan tatapan tak suka, "kok udah pulang?" tanya Zidan.

"Jam kos" balas Aletta tak berbohong.

Zidan hendak membuka suara, namun terlambat. Karna Renata, mama Aletta. Lebih dulu membuka suara, "Tha, duduk situ bentar. Mama mau ngomong sesuatu" ucap Renata sembari menunjuk sofa samping Zidan. "Ngomong apa?" tanya Aletta diam ditempat.

Renata menghela nafas panjang, "kamu duduk dulu baru kita ngobrol" ucap Renata menolak menjawab. "Tapi-" belum sempat Aletta menyelesaikan ucapanya, Renata sudah lebih dulu menyelanya, "duduk dulu" sela Renata.

Aletta mendecih kasar, berjalan kearah sofa yang di tunjuk mamanya tadi dan segera duduk disana.

Setelah Aletta duduk, Renata langsung memutar tempat duduknya menghadap Aletta, ia raihnya tangan Aletta itu dan segera di genggamnya. "Tha, mama tau ini ndadak banget buat kamu, tapi percaya sama mama-- ini demi kebaikan kamu" Renata menjeda ucapanya sejenak.

"Kebaikan aku?"

Renata mengangguk, mengeratkan genggamannya. Menarik nafas panjang, dan setelah itu barulah ia melanjutkan ucapanya, "mama sama papa, mau pindah ke America sama Zidan. Iya kita tau kita salah karna gak bahas ini dulu sama kamu, tapi semua ndadak, Tha. Semua kejadian gitu aja, kita gak bisa mikir jalan keluar lain selain ngorbanin kamu" Renata tampak sangat menyesal, walaupun ia tak terlalu dekat dengan Aletta, namun membiarkan Aletta menanggung semuanya sendiri pun membuat hatinya sesak.

"Mama sama papa udah mikir ini mateng-mateng, dan ternyata emang ini solusi yang bisa kita ambil untuk saat ini" ucap Renata. "Kamu harus nikah sama anak temen papa" imbuh Renata, tepat setelah kalimat itu berakhir, Aletta langsung melepaskan tangan Renata

"Kenapa jadi bawa-bawa aku?" tanya Aletta sedikit meninggikan suaranya, "kita mau pindah, dan kita gak mungkin ninggalin kamu sendirian disini" balas Renata berusaha meraih tangan Aletta kembali.

"Kalau gak bisa ninggalin aku, kenapa kalian nggak bawa aku aja?" tanya Aletta, "nggak bisa dong sayang, gimana sekolah kamu kalau kamu juga ikut kita? Tha, sekolah kamu sebentar lagi selesai, sayang kalau harus ditinggal" balas Renata berusaha menjelaskan dengan lembut.

"Alasanya?" tanya Aletta menepis tangan Renata, "sayang sekolah kamu-"

"Bukan itu-- apa alasan kalian ninggalin aku?" sela Aletta mulai marah, siapa yang tak akan marah jika diposisinya. Mama dan papanya memang selalu egois, namun tak pernah separah ini.

HE IS MY HUSBAND 18+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang