OS 3

18K 911 2
                                    

Kedua gadis kembar itu masih bertahan dalam keterdiamannya sembari menatap ke arah Ro yang kini nampak bingung dengan dua gadis kembar yang menatap dirinya dengan tatapan penuh arti.

"Dek." Ujar Ro sambil melambaikan tanganya di depan wajah kedua gadis di hadapannya itu.

"Em?." Sahut Era dan Ira bersamaan.

"Kalian baik-baik saja?."
Suara yang begitu lembut nan halus itu seketika membuat semilir angin ketenangan yang begitu penuh makna dalam hati kedua gadis itu.

"Iya ma."
Sungguh ucapan keduanya membuat Esya dan Ro langsung terbelalak. Bahkan kini Esya sudah berdiri di samping Ro.

"Sejak kapan kamu punya anak Ro?, apalagi udah SMA gini lagi."

"Hah?, ya Allah aku masih singlelillah Sya. Kamu mah fitnah aja ih."

"La itu buktinya mereka panggil kamu mama tadi."

"Dek, ini beneran mama kamu?." Tanya Esya sambil menunjuk ke arah Ro.

"Iya."
Jawaban dari Era dan Ira sungguh membuat Esya dan Ro terperangah.

"Dek, saya saja baru kenal sama kalian. Mana mungkin saya bisa jadi mama kalian." Ucap Ro lembut namun tatapan menyiratkan ketidakmengertian.

Era pun langsung tersadar akan keterdiamannya dan langsung menatap ke arah adiknya yang masih termenung.

"Ir, oiiii." Ujar Era sembari menepuk bahu adiknya itu.

"Hah?, apa?."

Mereka pun kembali menatap ke arah  Esya dan Ro yang juga tengah melihat mereka dengan raut wajah terkejut dan bingung.

"Jadi beneran ini mama kalian?." Tanya Esya kembali karena merasa dirinya masih kurang percaya akan pengakuan mereka tadi.

"Ah, ma..maaf mbak. Tadi mungkin kita salah lihat dan mengira kalau mbak ini mama kita. Sekali lagi kami minta maaf ya mbak."

"Huh, kirain. Kalian mah bikin kita jantungan tahu ngak, apalagi mbak Ro ini."

"Maafin kita ya mbak..." Sahut Era yang terhenti karena belum tahu siapa nama wanita yang mereka panggil mama tadi.

"Panggil saja Ro." Jawab Ro sembari tersenyum manis ke arah Era dan Ira.

"Ya Allah, mengapa diriku sangat ingin wanita ini untuk menjadi ibuku." Ucap batin Era yang hampir mirip dengan apa yang dipikirkan oleh Ira.

"Ah, iya mbak Ro. Maafkan kami ya mbak, sungguh kami tak bermaksud apa-apa."

"Iya ngak papa kok, em. Maaf kalau boleh tahu mama kalian lagi pergi jauh ya makanya kalian sampai terbayang-bayang wajahnya karena rindu." Tanya Ro yang begitu penasaran karena dirinya dapat melihat kerinduan yang begitu mendalam dalam tatapan kedua gadis itu.

"Iya mbak, mama sudah pergi. Tapi tidak mungkin akan kembali bersama kami lagi." Lirih Ira yang sudah menunduk karena tak kuasa menahan air matanya. Begitu pun dengan Era yang kini tengah merangkul bahu adiknya itu.

"Ma...maksudnya?."
"Innalillahi, ya Allah maafkan mbak ya." Entah apa yang mendorong Ro yang membuatnya kini langsung menghampiri kedua gadis itu dan langsung memeluknya.

Kehangatan langsung menyergap ke dalam tubuh Era dan Ira, begitu lama mereka tak merasakan kehangatan pelukan seperti pelukan seorang ibu seperti ini.

Era dan Ira pun langsung membalas pelukan dari Ro yang begitu nyaman itu.

Walaupun bisa dikatakan tinggi Era dan Ira lebih tinggi daripada Ro, namun pelukan itu dirasa begitu menetramkan bagi keduannya.

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang