OS 15

11.9K 587 7
                                    



Happy Reading

Haikal yang seakan terbius dengan wajah ayu milik Ro, membuat dirinya tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Tatapan matanya seakan ingin memakan Ro saat itu juga yang membuat sang empunya merasa takut sekaligus aneh secara bersamaan, ketika melihat kelakukan Haikal yang seperti itu.

"Tu-Tuan?, anda kenapa Tuan?." Ucap Ro dengan badan yang sudah terpojok hingga membentur box bayi milik Kezraf.

"Ro." Haikal pun kini sudah berdiri menjulang di hadapan Ro yang tampak sangat mungil bila bersanding dengan badan besar dan kekar milik Haikal.

"Kamu tahu, kalau kamu itu sangat cantik dan begitu manis. Entah apa yang kamu lakukan padaku Ro, hingga aku menjadi seperti ini. Aku bingung Ro, bisakah kamu jawab akan hal ini?." Kata Haikal lembut dengan tangan kekarnya kini dengan berani merangkul lembut pinggang ramping Ro yang membuat sang empunya terbelalak lemah seakan tak percaya akan apa yang terjadi.

"Tu-Tuan..."

Ro tak sanggup lagi untuk berucap, kini tubuh mungilnya begitu dekat dengan badan kekar milik Haikal. Bagaimana dirinya tahu jawaban dari pertanyaan Haikal yang menurutnya sangat aneh itu.

Sepertinya Haikal masih belum tersadar dari keterpukaunnya, yang membuat dirinya kini malah semakin berani memajukan wajahnya mendekati wajah milik Ro.

*Cup...*

.......................................

*Oek oek oek...*

Tangisan bayi yang terdengar begitu nyaring di kamar yang cukup besar itu, langsung membuat seorang gadis yang sedari tadi termenung sembari menatap rintikan hujan lewat balkon yang terbuka itu tersadar dan bergegas menghampiri sang bayi yang tengah menangis itu.

"Baby ganteng kok nangis, cup cup cup. Iya Sayang, kamu haus ya? Iya?." Ujar gadis itu seraya menggendong bayi gembul itu ke dalam dekapannya dan tak lupa kecupan lembut ia bubuhkan di kedua pipi tembam bayi itu.

Seperti terhipnotis dengan suara gadis itu, kini tangisan bayi mungil itu berangsur berhenti dan digantikan dengan tawa khasnya yang membuat sang gadis ikut tersenyum dibuatnya.

"Udah bisa ketawa ya, iya?. Kamu haus ngak Sayang?." Ujar gadis itu dengan senyum manis masih tersungging di wajah ayunya.

"Iya, haus Onti." Gadis itu pun tertawa geli dengan kelakuannya.

"Bentar ya, Tante ambilkan susu kamu di dapur dulu. Sambil jalan-jalan ya, supaya ngak bosen di kamar terus." Gadis itu pun mulai berjalan menuju pintu kamar dengan bayi menggemaskan itu masih tenang berada dalam dekapannya.

Tetapi begitu sampai di dapur, gadis itu mendengar percakapan yang berasal dari ruang keluarga yang dengan dapur memang jaraknya cukup dekat.

"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sih, bisa-bisanya kamu berbuat hal semacam itu. Ini keterlaluan kamu tahu." Suara wanita paruh baya yang sepertinya tengah memarahi seorang laki-laki tampan dan berpawakan kekar yang duduk dihadapannya.

"Iya aku tahu Ma, aku juga ngak tahu apa yang terjadi sama tubuh aku. Salahkan saja pesona milik dia yang membuatku seakan terbius seperti tadi." Balas laki-laki berpawakan kekar itu dengan nada yang terdengar santai.

"Jangan ngaco kamu, kamu aja yang agresif dan suka memaksa." Ujar wanita paruh baya yang terlihat kesal dengan jawaban yang diutarakan oleh laki-laki tampan yang berada di hadapannya itu.

"Udah lah Nak, jujur saja dengan kita. Kamu suka kan sama dia? Makanya kamu bertindak seperti ini." Kata laki-laki paruh baya yang sedari tadi duduk di samping wanita paruh baya itu.

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang