OM 36

6.4K 394 10
                                    

Bismillah, yuuuukk gasss votenya and ramein dengan komentar kalian ya...

Happy Reading

Setelah kejadian pengungkapan fakta yang selama ini disembunyikan oleh Haikal dan orang tuanya dari Era dan Ira, akhirnya beberapa hari setelahnya suasana kembali seperti semula. Terlebih Ro juga sudah mengetahui hal tersebut karena Era dan Ira lah yang menceritakannya sendiri meskipun tidak begitu detail, ketika mereka meminta Ro untuk menemani mereka berdua belajar.

Ro pun tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika mendengar fakta ini, tetapi dirinya mencoba untuk tenang dan berusaha memahami perasaan kedua gadis kembar itu. Mengetahui kebenaran jika ternyata orang tua yang selama ini merawat kalian bukanlah orang tua kandung kalian, tentu saja bukanlah hal yang mudah untuk menerima fakta itu dengan lapang dada. Terlebih Era dan Ira yang bisa dibilang masih seorang gadis belia, tapi sudah disuguhi oleh kenyataan seperti ini tentu saja perlu perjuangan keras untuk mengikhlaskan hati mereka terkait permasalahan ini.

Saat ini Ro tengah menemani Kezraf yang masih terlelap dalam tidurnya, mungkin karena kelelahan bermain seharian dengan sang Ayah sehingga Kezraf tampak tertidur begitu pulas di atas ranjang milik Haikal itu. Memang hari ini Haikal memutuskan untuk rehat sebentar dari aktivitas kantornya dan memilih bermain dengan anak-anaknya karena bertepatan dengan hari weekend juga, jadi Era dan Ira pun juga berada di rumah. 

"Ro." Mendengar namanya di panggil, Ro pun sontak menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi mengusap lembut perut mungil Kezraf dan membalikkan badannya.

"Iya, Bu." Ternyata Mama Haikal lah yang memasuki kamar sang putra dan melihat Ro yang tengah duduk di pinggir ranjang sambil mengelus cucunya.

"Kezraf udah tidur dari tadi atau baru aja?"

"Baru saja tertidur, Bu. Mungkin karena kecapekkan habis main sama Abang, jadi tidurnya kelihatan pulas sekali." Sahut Ro, sambil tangan mungilnya mengelus lembut rambut hitam milik Kezraf yang tampak berantakan itu. 

"Syukurlah, Ro. Saya kira Kezraf nanti nggak nyaman pas diajak main Ayahnya, karena Haikal yang belakangan ini selalu sibuk dengan pekerjaannya."

"Iya, Bu. Alhamdulillah, Kezraf tadi kelihatan senang sekali sewaktu bermain dengan Ayahnya."

"Saya ikut seneng dengarnya. Oh iya, kamu sibuk nggak Ro?"

"Tidak, Bu. Memangnya ada apa ya?"

"Em, begini. Saya minta tolong sama kamu buat anterin minuman sama buah-buahan ke ruang kerjanya Haikal ya, biar saya yang jagain Kezraf di sini soalnya saya ngantuk. Malem tadi saya nggak bisa tidur Ro, pinggang saya rasanya pegel banget abis nemenin Papanya Haikal ke Semarang kemarin."

"Ya Allah, sekarang pinggangnya masih pegel Bu? Kalau masih saya pijit ya."

"Alhamdulillah, sekarang udah agak mendingan. Malah merepotkan kamu lagi kalau nyuruh mijitin, kamu bisa kan anterinnya sekarang?"

"Iya, Bu. Ro bisa antarkan sekarang."

"Terima kasih ya, Ro. Maya juga belum balik dari kampung, jadi maaf kalau terus merepotkan kamu."

"Tidak merepotkan sama sekali kok, Bu. Saya senang jika keberadaan saya bisa membantu banyak di sini." Ucap Ro dengan suara lembutnya, sambil tersenyum manis ke arah wanita paruh baya itu.

"Alhamdulillah, kalau begitu kamu bisa ambil buah sama minuman buat Haikal di meja makan ya Ro. Tadi saya sudah siapin di sana."

"Baik, Bu. Kalau begitu Ro permisi dulu ya."

"Iya, Ro." Mama Haikal pun tersenyum penuh makna ketika melihat punggung Ro sudah menghilang dibalik pintu.

"Seharusnya kalau ta'aruf itu harus semakin tahu satu sama lain kan, jadi semoga Ro semakin kenal sama Haikal dan akhirnya mereka bisa bersama. Kezraf juga pengin Ro jadi Ibu Kezraf ya kan, Nak." Gumam Mama Haikal sambil tersenyum lebar dengan tangannya sudah memeluk tubuh mungil cucunya itu. 

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang