﷽
Happy Reading
Bingung, cemas, dan takut. Itulah yang kini tengah dirasakan oleh Ro, saat dirinya memikirkan tentang perasaan Haikal kepada dirinya. Bolehkah dirinya mengatakan jika semua ini terjadi terlalu tiba-tiba. Haikal datang dengan ungkapan cintanya, dan tiba-tiba mengutarakan niatnya untuk mengajak dirinya berta'aruf.
Sudah tiga hari lamanya, terhitung sejak hari dimana Haikal mengajak dirinya berta'aruf. Dirinya selalu melakukan salat Istiqarah guna menemukan petunjuk atas perihal ini, dan akhirnya entah mengapa dirinya merasakan dorongan kuat untuk mengatakan jawabannya ini.
Kini Ro tengah bermain bersama dengan Kezraf, yang semakin lama semakin aktif. Dirinya benar-benar merasa seperti seorang Ibu yang selalu merindukan sosok balita mungil ini.
"Kezraf? Seru ya mainnya? Iya?"
"Bububu...aaaaaa...pftttt."
"Gemes banget, ya ampun. Ini pipinya buat Tante aja ya, iya?"
"Bu...bu...mbu...mbu."
"Iya, mau bilang apa Sayang?" Tanya Ro yang hanya dibalas celotehan lucu Kezraf, sambil tangan mungilnya memberikan mainnya ke tangan Ro.
*Tok...tok...tok*
"Iya, silahkan masuk!" Ucap Ro, yang saat ini tidak bisa berdiri karena harus menjaga Kezraf yang tengah bergerak aktif itu.
*Cklek...* (Suara pintu terbuka)
"Ro, kamu nanti pulang cepet nggak?" Ucap salah seorang pembantu di rumah Haikal ini yang memang usianya masih muda, tapi umurnya lebih diatas Ro.
"Nggak itu, May. Emangnya kenapa?"
"Haduh, aku tuh mau pulang kampung hari ini. Ibuku sakit dan aku khawatir beliau nggak ada yang jaga, apalagi Ayahku udah meninggal. Gimana ya, Ro? Aku belum izin lagi sama Tuan dan Nyonya."
"Ya Allah, gini aja May. Kamu pulang aja nggak apa-apa, nanti biar aku sampein ke Ibu kalau Ibu kamu lagi sakit makanya kamu harus cepet-cepet pulang."
"Ta-tapi aku takut dipecat, Ro."
"Nggak akan, May. Kalau Ibu atau Tuan marah, nanti biar aku aja yang terima konsekuensinya. Sekarang kamu pentingin Ibu kamu dulu."
"Ya Allah, makasih banyak ya Ro. Tapi aku belum sempat masak buat maka siang nanti, Ro. Gimana dong."
"Em, kamu tenang aja ya. Nanti biar aku usahain buat masak, sambil jaga Kezraf."
"Haduh, pasti bakal repot banget kamu nanti. Apa aku masak dulu aja kali ya, Ro?"
"Insya Allah, nggak May. Kamu tenang aja, sekarang pikiran kamu itu lagi nggak tenang banget. Pentingin Ibu kamu dulu, dia lebih membutuhkanmu sekarang."
"Ya Allah, makasih banget ya Ro. Oh iya, Ro. Tadi pagi Nyonya besar minta buat anterin makan siang ke kantornya Tuan Haikal, kamu bisa nggak anterin ke sana?"
"Kantornya Bang Haikal? A-aku bahkan nggak tahu dimana itu." Ucap batin Ro yang bingung sekaligus gugup ketika membayangkan dirinya harus mendatangi kantor Haikal itu.
"I-insya Allah, aku bisa. Memangnya alamatnya dimana?"
"Alhamdulillah, kamu nanti bilang aja ke Mang Asep buat ngaterin. Beliau udah tahu kok kantor Tuan Haikal dimana."
"Baiklah kalau begitu."
"Sekali lagi makasih banget ya, Ro. Kalau gitu aku pamit ya. Assalmualaikum." Ucap pembantu di rumah keluarga Haikal ini, seraya memeluk Ro sebelum pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Suamiku? [End]
RomanceApa jadinya bila seorang gadis berusia 20 tahun bertemu dengan seorang duda tampan berusia 32 tahun, karena sebuah peristiwa yang membuat mereka terikat satu sama lain. Penasaran??? Cek langsung yuk!!!✨